Chereads / Sandiwara Kehidupan Kedua / Chapter 31 - Audisi

Chapter 31 - Audisi

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Tang Li dengan ringan. Ketika ia menoleh, ternyata ada sepasang mahasiswa yang mendatanginya. Salah satu dari mereka bertanya, "Teman, bisakah kamu duduk di sini sebentar?"

"Bisa," kata Tang Li. Lalu, ia membawa tasnya dan pergi untuk duduk di tempat yang dimaksud. Kemudian, ia melihat novel Original Sin. Ia tidak tahu apa yang saat itu terjadi. Namun, ia melihat ada salah satu halaman buku itu yang dilipat di bagian sudutnya. Ia pun membuka halaman tersebut.

Dari atas panggung, terdengar suara seorang gadis yang berakting, "Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Karena adik kami sudah pergi, hal pertama yang perlu kami lakukan adalah membiarkannya tenang. Bukan di sini tempatnya untuk saling tanya jawab. Membuat keluarga berantakan saja."

Tang Li memindai isi halaman itu novel dengan cepat dibantu cahaya samar pada ponselnya. Ketika ia mendengar suara gadis yang berada di atas panggung, ia langsung bahwa bagian ini menjadi plot yang digunakan untuk audisi hari ini. Penampilan gadis yang selanjutnya mengkonfirmasi dugaan Tang Li.

Lampu menyorot gadis yang duduk di depan meja rias sambil membaca kalimat, "Daripada Mama ke sini untuk mencurigaiku, lebih baik Mama ke kamar untuk berdiskusi dengan Papa untuk memesankan pemakaman tunggal untuk Adik. Jika Papa dan Mama ingin memesan juga, akan ada 20% diskon untuk paket keluarga." 

Rambut gadis itu dikuncir ekor kuda dan ia memiliki alis yang tipis, sama seperti deskripsi Ying Xuan'er di novel. Namun, mungkin ia terlalu gugup sehingga kurang mendapat emosi karakter Ying Xuan'er. Ying Xuan'er adalah seorang gadis yang begitu cantik, namun memiliki sisi gelap dan hatinya begitu kesepian.

Ibu Ying Xuan'er mengalami depresi dan melompat dari gedung ketika ia berusia 6 tahun. Ketika tubuh ibunya jatuh dari jendela lantai atas, gadis itu sedang berlatih keterampilan dasar di ruang dansa di lantai pertama. Tidak ada yang tahu bahwa kejadian itu menjadi mimpi buruk yang selalu menghantuinya selama 12 tahun. Sejak tahun itu pula, ia mulai membenci menari.

Tak lama setelah ibunya meninggal, sang ayah membawa pulang seorang kekasih dan seorang anak yang ternyata telah dibesarkan di luar. Ying Xuan'er sudah mengalami suasana berkabung di usia mudanya dan melihat ayahnya yang seperti itu, ia berangsur-angsur memiliki sifat yang ekstrim karena selalu merasa kesepian. Meskipun karakter Ying Xuan'er adalah penjahat, penonton tidak merasa membencinya. Bahkan, banyak orang memahami motif Ying Xuan'er yang ingin membunuh seseorang.

Sang ayah memang tidak membunuh ibunya secara langsung. Namun, setelah membawa kekasih baru dan seorang anak, pria itu terus memarahi Ying Xuan'er. Semua ini mulai mengubah gadis yang normal menjadi gadis yang yang selalu memiliki emosi negatif. Untuk masalah pembunuhan, Ying Xuan'er layak diurus secara hukum. Namun, sekarang ia merasa senang saat berhadapan dengan ibu tirinya yang telah kehilangan putrinya.

Para juri di bawah panggung mulai berbisik. Gadis yang sedang berakting di panggung merasa semakin gugup hingga merasa tenggorokannya seperti terkunci. Guru perempuan yang berakting dengannya mulai menggerutu layaknya ibu tiri, "Baiklah! Sekarang, keluarlah! Aku ingin mencari papamu dan memberitahunya agar dia tahu bagaimana putrinya begitu menginginkan papanya untuk mati lebih awal."

Setelah mengatakan hal itu, sang guru berbalik dan berjalan keluar. Menurut plot yang ada di novel, Ying Xuan'er ingin memegang ibu tirinya. Namun, permainan drama keduanya belum berakhir. Gadis itu masih duduk didepan meja riasnya dan tidak menahan guru yang hendak pergi tersebut. Ini jelas berbeda dengan plot novel. 

Melihat guru perempuan itu keluar dari panggung, tiba-tiba ada kekuatan yang menarik lengannya. Orang yang baru muncul itu berkata, "Seorang ibu telah meninggalkan putrinya. Aku mengalaminya hingga bisa mengerti masalah mental. Namun, jika saat ini kamu masih ingin melakukan provokasi, hal ini hanya akan menyingkirkan beberapa hal."

Sang guru hanya mendengarkan sambil menatap ke arah gadis berambut biru keabu-abuan yang berbicara.