Chereads / Sandiwara Kehidupan Kedua / Chapter 25 - Uang adalah Barang Berharga

Chapter 25 - Uang adalah Barang Berharga

Ji Ming berpikir lagi bahwa tampaknya gadis itu seperti tidak mengenal tuannya.

Ketika luka Tang Li sudah selesai dibalut, mobil berhenti di depan sekolahnya. Tang Li pun mengambil tasnya dan berpamitan pada Song Baiyan, "Saya sudah sampai. Tuan hati-hati di jalan."

"Iya, masuklah," kata Song Baiyan.

Setelah Tang Li turun dari mobil, ia berjalan masuk ke kampusnya. Beberapa saat kemudian, ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Namun, mobil Lexus itu sudah tidak ada.

Banyak pikiran yang saat ini melintas di benak Tang Li hingga kini ia merasa seperti merasa ada di persimpangan jalan dan tidak tahu harus ke mana. Pengalaman Tang Li di kehidupan sebelumnya seolah membuatnya tidak percaya dengan adanya orang baik di dunia ini. Namun, sekarang sepertinya ia sudah menemukannya lagi.

Ketika Tang Li akan kembali ke asramanya, ia mendengar suara Jiang Yining yang tampak sedang menenangkan seseorang, "Sudah, sudah. Tidak usah memikirkan masalah celana. Waktu SMA, aku juga pernah waktu duduk dan berdiri, lalu celanaku sobek. Jadi, ini bukanlah masalah besar."

"Tapi, begitu banyak orang yang melihatnya," kata Yu Sui sambil terisak-isak, lalu melanjutkan, "Kamu tidak mendengar apa yang dikatakan orang-orang menyebalkan itu? Mereka pasti sudah menyebarkannya di asrama pria."

"Jika mereka mau menyebarkannya, biarkan saja. Lagi pula, mereka tidak punya bukti nyata. Jika kamu tidak menganggapnya sebagai masalah yang serius, mereka akan bosan sendiri ketika kamu tidak menanggapinya."

Setelah Jiang Yining baru saja selesai membujuk, terdengar suara Wu Xuehan yang terdengar ragu-ragu, "Di situs kampus ada foto celana Yu Sui."

Yu Sui segera meraih ponsel Wu Xuehan. Ia melihat berita utama di situs kampus akademi seni. Terdapat sebuah foto yang diambil dari belakang. Karena diambil dari sudut yang bagus, orang akan bisa melihat pantat dan pahanya yang putih. Foto itu diunggah oleh mahasiswa jurusan koreografi. Selain itu, terdapat juga foto yang memperlihatkan tali renda milik Yu Sui.

Seketika jeritan histeris menggema di asrama. Ketika Tang Li membuka pintu asramanya, kebetulan ia melihat Yu Sui membanting ponsel Wu Xuehan di lantai hingga layar ponselnya rusak.

"Ponselku..." kata Wu Xuehan lirih. Tak, lama kemudian matanya memerah.

Wu Xuehan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ponsel itu dibeli dengan gaji ayahnya selama bekerja sebulan. Setelah lulus nanti, ia berencana untuk bekerja dan membeli ponsel baru yang lebih bagus. Namun, Yu Sui membuang ponsel tersebut seperti membuang sampah.

Melihat Wu Xuehan berjongkok untuk memeriksa ponselnya, Yu Sui berkata dengan sarkastik, "Ponselnya sudah usang. Untuk apa menangis?"

Setelah berkata begitu, Yu Sui mengambil dompetnya yang diletakkan di tempat tidur. Ia mengambil sejumlah uang, lalu melemparkannya ke kaki Wu Xuehan dan berkata, "Uang ini cukup untuk membeli tiga barang usang seperti itu."

Beberapa saat kemudian, seseorang mencengkram tangan Yu Sui hingga membuatnya menoleh ke arah orang itu. Tang Li memegang tangan Yu Sui dengan tangan kirinya yang diperban, lalu menunjuk ke arah uang tunai. "Ambil uangnya," kata Tang Li. Namun, kata-kata yang diucapkan terdengar tidak setenang tatapan matanya.

Setelah terkejut beberapa saat, Yu Sui tertawa dan berkata, "Begitukah caramu memaksa orang?"

Tang Li hanya menatap Yu Sui yang kesal, lalu menarik sudut bibirnya. I pun melepaskan tangannya dan berjongkok mengambil uang tersebut satu persatu. Lalu, ia kembali menegakkan tubuhnya dan berkata, "Uang adalah barang berharga. Jika suatu hari nanti kamu sudah tidak menghambur-hamburkannya lagi, kamu akan ingat betapa berharganya dia."

Bibir Yu Sui gemetar, namun ia hanya terdiam. Tang Li langsung berjalan ke arah Wu Xuehan dan memberikan uang tunai yang ada di tangannya, "Ini adalah kompensasi teman sekamar yang diberikan untukmu. Terimalah. Untuk selebihnya, anggap saja dia memberikan ganti rugi atas rasa tertekanmu."