Setelah keluar dari kamar, Tang Xinyan berlari ke tempat parkir.
Begitu duduk di mobil, ia menghela napas lega.
Jantungnya masih berdebar kencang. Setelah beberapa menit, detak jantungnya perlahan-lahan kembali stabil.
Sebelum ayahnya meninggal dalam kecelakaan mobil, dia adalah gadis yang percaya diri, murah hati, dan ceria seperti seorang putri. Jika dia menghadapi situasi ini, dia pasti akan memukul pria itu sepuasnya.
Bahkan meskipun pihak lain sangat berkuasa, ayahnya akan tetap mendukungnya.
Tapi sekarang, ia telah dianiaya oleh seseorang dan ia tak bisa berbuat apa-apa.
Tang Xinyan mendongak sedikit agar air matanya tidak jatuh. Ia menyalakan mesin mobilnya.
Namun, kesialannya hari ini belum berakhir. Entah kenapa, mesin mobilnya tidak menyala.
Tang Xinyan mengeluarkan ponsel dari tasnya.
Ada hampir dua puluh panggilan tak terjawab, dan beberapa di antaranya adalah He Meijuan, Tang Yurou, dan Fu Sichen.
Tang Xinyan mengabaikannya. Ia mencari nomor servis mobil dan hendak meneleponnya, tapi tiba-tiba ponselnya mati karena baterainya habis.
Tang Xinyan terpaksa turun dari mobil dan menaiki kendaraan umum.
Ia ingat bahwa beberapa ratus meter dari mansion Yi ada halte bus.
Tang Xinyan berjalan ke lobi dan memandangi gerimis di luar. Ia meletakkan tasnya di atas kepala dan hendak berlari menerjang hujan. Tiba-tiba, ia melihat sesosok tubuh tinggi dan tampan turun dari mobil sport.
Tang Xinyan menggigit bibirnya. Ia berpikir bahwa Fu Sichen telah menyelidiki keberadaannya dan datang untuk menjemputnya. Tepat ketika ia akan menolaknya, terdengar suara manis Tang Yurou. "Sichen, aku di sini."
Tang Xinyan tertegun.
Ia berbalik dan memandang Tang Yurou, yang keluar dari lift dan berjalan bersama para artis.
Meskipun Tang Yurou hanya lebih tua dua tahun darinya, namun kini Tang Yurou terlihat muda. Hanya dengan senyuman lembut dan menawan, ia dapat memikat para pria di sekitarnya.
Tang Xinyan telah lama terbiasa mandiri, jadi ia tidak bisa bersikap manja seperti Tang Yurou.
Fu Sichen memasuki lobi dan berjalan langsung ke Tang Yurou. Ia bahkan tidak memperhatikan Tang Xinyan, yang berdiri di sudut lobi dan terhalang oleh pot tanaman.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya, Tang Yurou memeluk lengan Fu Sichen. Sebelum meninggalkan lobi, ia berjinjit dan mencium bibir Fu Sichen. "Sichen, kau sungguh perhatian. Terima kasih sudah menjemputku." Tang Yurou berbicara sambil melirik ke sudut lobi. Ia melihat sosok ramping yang berdiri diam di sana.
'Lantas kenapa jika kau memiliki keluarga kaya dan sudah menikahi Fu Sichen? Aku tetap bisa merebut karirmu dan suamimu!' Tang Yurou sudah lama ingin melihat Tang Xinyan terpuruk.
Setelah sosok mereka berdua menghilang, Tang Xinyan perlahan keluar dari sudut arra itu.
Perasaannya terhadap Fu Sichen memang tidak bisa dihilangkan dalam semalam, tapi ia pasti akan menghapus perasaan itu dari hatinya secepat yang ia bisa.
Ia tidak perlu bersedih karena pria yang tak tahu malu ini.
Meskipun ia mengerti hal ini, namun ketika melihat Fu Sichen memegang payung dan membuka pintu untuk Tang Yurou, ia tetap saja merasa sedih.
Ketika mereka berpacaran dulu, Fu Sichen juga pernah memperlakukannya seperti ini.
Ternyata, waktu bisa mengubah semua hal…
Gerimis di luar perlahan-lahan berubah menjadi hujan deras.
Tidak merasa kedinginan, Tang Xinyan langsung berlari ke tengah hujan. Beberapa saat kemudian, ia basah kuyup.
Hari sangat gelap, dan jalanan digenangi air. Karena jalannya tak terlihat jelas, ujung sepatu hak tinggi Tang Xinyan tidak sengaja terjebak dalam lubang penutup selokan yang terbuat dari besi.
Dia menarik kakinya beberapa kali, tapi tetap tidak berhasil mengeluarkan ujung sepatu hak tingginya dari sana.
…..