Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Istriku Bidadari Surgaku

🇮🇩Titahkesumaward
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.6k
Views
Synopsis
Menceritakan seorang istri yang setia menunggu suami nya pulang yang pergi keluar kota untuk bekerja. Sampai akhirnya si suami tidak kuat berpisah jauh dari sang istri, lalu sang suami menjemput istrinya ke kampungnya untuk ikut bersamanya bekerja di luar kota, mereka juga di karuniai dua orang anak. Nama tokoh : Titah : Istri Kamil, ibu Kamil Junior dan Citra. Kamil : Suami Titah, ayah Kamil Junior dan Citra. Kaamil Sayhan Thabrani atau Kamil Junior : Anak pertama Titah & Kamil, kembaran Citra. Sucitra Titah Irdina atau Citra : Anak kedua Titah & Kamil, kembaran Kamil Junior. Paijo : Pengasuh anak Kamil dan Titah. Jumiati : Juru masak Kamil dan Titah. Asep : Art Kamil dan Titah. Aiman : Supir Kamil dan Titah. Abdul Latif : Security Kamil dan Titah.

Table of contents

Latest Update2
023 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - 01

Perkenalkan sebelumnya namaku adalah Kamil, aku meninggalkan istriku di hari pernikahan kami yang ke tiga puluh hari atau tepat di pernikahan kami yang ke sebulan untuk bekerja sebagai dokter di luar kota, dan aku hanya bisa pulang ke rumah untuk melepas rindu pada istriku seminggu sekali dan satu tahun sekali.

Sebelum acara pernikahan kami, aku mengajaknya bertemu di lapangan untuk memberitahunya soal perasaanku yang selama ini ku pendam, begitu juga dengan istriku yang ternyata selama ini dia juga punya rasa yang sama seperti ku.

Sebelum menikah..

Jakarta 

Di lapangan..

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Titah.

"Ada apa mil kamu meminta saya datang kelapangan?", tanya Titah.

"Ada yang mau saya omongin ke kamu", jawab Kamil.

"Soal apa?", tanya Titah lagi.

"Soal pekerjaan sebagai dokter yang di pindahkan keluar kota", jawab Kamil lagi.

"Lalu hubungan nya dengan aku itu apa?", tanya Titah lagi.

"Kamu tau kan saya dan kamu berteman dari kecil, dan dari pertemanan kita itu saya mulai ada rasa denganmu, saya akan datang ke rumah bersama kedua orang tuaku, ayah dan ibu sudah tau dan kamu juga akan tau apa yang saya maksud, hanya itu saja yang ingin saya sampaikan", jawab Kamil lagi.

"Oh gitu, ya sudah kalau gitu, kini biarkan saya mengungkapkan apa yang saya rasa juga", kata Titah yang ingin mengungkapkan perasaannya juga pada Kamil.

"Oh ya, aku ingin mendengarnya", kata Kamil yang siap mendengarkan apa yang ingin Titah ungkapkan padanya.

"Baik, sebenarnya saya sudah lama menunggu kamu, saya juga punya rasa padamu, walaupun kamu berkerja jauh di luar kota berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun saya akan tetap menunggu kamu", kata Titah  yang mengungkapkan semua perasaannya.

"Benarkah itu?", tanya Kamil.

"Iya, ya sudah kalau begitu kita pulang saja yuk", jawab Titah.

"Yuk", seru Kamil.

Di rumah Titah, 

Di depan rumah..

"Aku pulang ya", kata Kamil yang pamit pada Titah di depan rumah Titah.

"Gak mampir dulu mil?", tanya Titah.

"Tidak, untuk persiapan nanti malam juga saya ke rumah kamu bersama orang tua saya", jawab Titah.

"Oh ya sudah, kamu hati-hati ya di jalan ya", kata Titah.

"Iya, Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

Di dapur..

"Assalamu'alaikum kok sepi ya", kata Titah yang memberikan salam.

"Assalamu'alaikum", Darmi memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Darmi.

"Eh ono cah ayu, arep di buatkan opo cah ayu?"

(Eh ada anak cantik, mau di buatkan apa anak cantik?), tanya Darmi.

"Boten bi, oh nggih bi, kok omah sepi sih, biyung, romo, mas Aldi, dik Ayu, lan bi Jumiati ndi?"

(Gak bi, oh ya bi, kok rumah sepi sih, ibu, bapak, mas Aldi, dik Ayu, dan bi Jumiati mana?), Titah menjawab pertanyaan Darmi dan Titah bertanya pada Darmi juga.

"Ke pasar nggawe mengko wengi, kan den mas Kamil lan batih gelem ke rumah"

(Ke pasar buat nanti malam, kan den mas Kamil dan keluarga mau ke rumah), jawab Darmi.

"Dadi tenan dong sing neng omong Kamil mau neng lapangan?"

(Jadi benar dong yang di bilang Kamil tadi di lapangan?), tanya Titah.

"Oh nggih cah ayu"

(Oh ya anak cantik), jawab Darmi.

"Inggih bi, ono opo?"

(Ya bi ada apa?), tanya Titah lagi.

"Iki rasukan untuk mangan wengi dino iki"

(Ini baju untuk makan malam hari ini), Darmi memberikan baju kepada Titah.

"Oh inggih bi, soko ibu nggih?"

(Oh iya bi, dari ibu ya?), tanya Titah lagi. 

"Nggih soko kanjeng ibu, cah ayu" 

(Ya dari kanjeng ibu, anak cantik), jawab Darmi.

"Nggih sampun yen begitu tak jajal rasukan iki dulu, assalamu'alaikum" 

(Ya sudah kalau begitu ku coba baju ini dulu, assalamu'alaikum), kata Titah yang pergi ke kamarnya.

"Inggih cah ayu, wa'alaikumussalam" 

(Iya anak cantik, wa'alaikumussalam), jawab Darmi.

Di rumah Kamil,

Di ruang keluarga..

"Calon pengantin prianya sudah datang", kata ibu Kamil.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada ibunya.

"Wa'alaikumussalam, Ibunya menjawab salam dari Kamil.

"Mah sudah siap semua?", tanya Kamil.

"Atos atuh" 

(Sudah dong), jawab ibu Kamil.

"Mah.."

"Naon deui mil?"

(Apa lagi mil?), tanya ibu Kamil.

"Lamun tiasa di percepat wae nya mah acara pernikahan na ulah lama-lama"

(Kalau bisa di percepat saja ya mah acara pernikahan nya jangan lama-lama), jawab Kamil.

"Emang na kunaon mil, naha harus di percepat?"

(Memangnya kenapa mil, kok harus di percepat?), tanya ayah Kamil.

"Biar Titah teu di cokot orang lain yah, kebelet nikah oge da sebenar na, hehe.".

(Biar Titah tidak di ambil orang lain yah, kebelet kawin juga sih sebenar nya, hehe..), jawab Kamil.

"Mah, mah, mah.. anak urang anu hiji ieu"

(Mah, mah, mah.. Anak kita yang satu ini)

"Muhun nya yah, lamun di fikir-fikir, nya atos ditu siap-siap baheula, pake anggoan anu rapih"

(Iya ya yah, kalau di fikir-fikir, ya sudah sana siap-siap dulu, pakai baju yang rapih)

"Tuh anu di gantung"

(Tuh yang di gantung)

"Manten yah?"

(Mana yah?), tanya Kamil.

"Di dalam kamar ibak"

(Di dalam kamar mandi), jawab ayah Kamil.

"Oh oke, haturnuhun ayah"

(Oh oke, terimakasih ayah)

"Muhun duanana"

(Iya sama-sama)

Di rumah Titah,

Di dapur lagi..

"Assalamu'alaikum", ibu Titah memberikan salam pada Darmi.

"Wa'alaikumussalam kanjeng ibu", Darmi menjawab salam dari Ibu Titah.

"Mi, Darmi.." 

"Inggih kanjeng ibu, ana apa?"

(Iya kanjeng ibu, ada apa?), tanya Darmi.

"Rasukan sing kulo titipkan ke panjenengan sampun panjenengan asih ke Titah durung?"

(Baju yang saya titipkan ke kamu sudah kamu kasih ke Titah belum?), tanya kanjeng ibu juga.

"Sampun kanjeng ibu, sampun kula asih rasukan ne  ke cah ayu"

(Sudah kanjeng ibu, sudah saya kasih bajunya ke anak cantik), jawab Darmi.

"Oh nggih sampun yen ngono, panjenengan sing gelis nggih sediluk meneh calon besane kula lan calon semahe anake kula gelem sampai ke omah niki"

(Oh ya sudah kalau gitu, kamu yang cepat ya sebentar lagi calon besan ku dan calon suami anak ku mau sampai ke rumah ini)

Di rumah Kamil,

Di kamar Kamil..

"Tinggal minyak wangi doang yang belum, eh iya lupa jam tangan dimana ya?", Kamil bertanya-tanya.

Di ruang tengah..

"Duh Kamil manten nya, lila sekali di kamar"

(Duh Kamil mana ya, lama sekali di kamar)

"Sabar mah.." 

Lima menit kemudian..

Di kamar Kamil lagi..

"Sudah selesai, tinggal ke bawah dan berangkat deh ke rumah Titah, hehe.." 

Di rumah Titah,

Di kamar Titah..

"Tinggal pasang bulu mata selesai deh nak, coba menghadap ke ibu, nduk" 

"Nggih bu"

(Ya bu)

"Haduh, haduh.., putra ne kula ayu tenan nggih, nggih ta mi?"

(Haduh, haduh.. anak ku cantik sekali ya, ya kan mi?), tanya ibu Titah pada Darmi.

"Inggih kanjeng ibu, ayu tenan"

(Iya kanjeng ibu, cantik sekali), jawab Darmi.

"Ya sudah kalau begitu saya tunggu di bawah, nak, anak cantik ibu tunggu di bawah ya" 

"Inggih mbok.."

(Iya bu..) 

"Nah ini sudah selesai anak cantik, Waktu nya turun ke bawah untuk siap-siap bertemu dengan seseorang yaitu den mas Kamil" 

Di ruang keluarga..

"Sebentar lagi calon menantu ku datang, Maklum.." 

"Nggih kanjeng ibu"

(Ya kanjeng ibu), jawab Maklum.

"Kulo mung mengingatkan panjenengan wae, eling tugas panjenengan opo ta?"

(Saya hanya mengingatkan kamu saja, ingat tugas kamu apa kan?), tanya ibu Titah.

"Nggih mesti wae kulo eling dong kanjeng ibu, berjaga-jaga neng ngarep untuk menyambut batih den mas Kamil ta?"

(Ya tentu saja saya ingat dong kanjeng ibu, berjaga-jaga di depan untuk menyambut keluarga den mas Kamil kan?), tanya Maklum.

"Bener panjenengan, nggih sampun kono saiki laksanakan tugas panjenengan"

(Benar kamu, ya sudah sana sekarang laksanakan tugasmu), pinta ibu Titah.

"Jagi laksanakan kanjeng ibu"

(Siap laksanakan kanjeng ibu), Maklum menuruti perintah ibu Titah.

Di depan rumah Titah..

"Akhirnya saya bisa melamar dan menikah dengan teman kecilku dan orang yang ku cintai", kata Kamil dalam hati.

"Assalamu'alaikum", Ayah Kamil memberikan salam.

"Wa'alaikumussalam", Maklum menjawab salam dari ayah Kamil.

"Saya..", kata juragan yang di potong oleh Maklum.

"Calon besan kanjeng ibu?", tanya Maklum.

"Iya..", jawab ayah Kamil.

"Silahkan masuk kedalam sudah di tunggu oleh kanjeng ibu", Maklum mempersilahkan keluarga Kamil masuk dan Maklum juga mengawal keluarga Kamil masuk ke dalam rumah Titah.

Di ruang keluarga lagi..

"Assalamu'alaikum", Maklum dan keluarga Kamil memberikan salam pada keluarga Titah.

"Wa'alaikumussalam", Semua keluarga Titah menjawab salam dari Maklum dan keluarga Kamil.

"Apakah acara ini sudah bisa dimulai?", tanya kakek Kamil.

"Sudah pak, silahkan langsung saja dimulai", jawab ibu Titah.

"Baik kalau begitu bisa dimulai dan tidak ada yang di tunggu lagi kan bu, maaf?", tanya kakek Kamil lagi.

"Iya bisa langsung dimulai dan tidak ada yang di tunggu lagi kok", jawab ibu Titah lagi.

"Baik langsung saja kita mulai, hari ini adalah hari dimana ananda Kamil, cucu saya, putra dari bapak Ubaidillah dan ibu Yeti Rohayati akan meresmikan sebuah hubungan atau lamaran, yakni melamar ananda Titah putri dari almarhum bapak Sujatno dan ibu Rusmini Puji Astuti, apakah ananda Titah menerima lamaran dari ananda Kamil?", tanya kakek Kamil lagi.

"Nduk, cah ayu jawab nggih"

(Nak, anak cantik jawab ya) 

"Nggih bu.."

(Ya bu..)

"Bagaimana ananda Titah, apakah ananda Titah menerima lamaran dari ananda Kamil?", tanya kakek Kamil lagi.

"Iya pak, saya menerima lamaran dari Kamil", jawab Titah.

"Alhamdulillah.., silahkan di pakaikan cincinnya ibu Yeti Rohayati" 

"Iya pak.., sudah pak" 

"Baik sekarang saatnya ibu Rusmini Puji Astuti yang memakaikan cincin ke jari manis Kamil" 

"Sudah pak" 

"Alhamdulillah lamaran ku sudah kamu terima dan itu artinya kamu akan menjadi milikku selamanya dan kita akan menjadi satu", kata Kamil dalam hati sambil tersenyum memandang Titah.

"Untuk selanjutnya saya persilahkan putra saya yakni bapak Ubaidillah" 

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", ayah Kamil memberikan salam pada semua yang berada di acara lamaran Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang berada di acara lamaran Titah dan Kamil menjawab salam dari ayah Kamil.

"Untuk selanjutnya kami akan menentukan tanggal pernikahan Titah dan Kamil, sebelum Kamil bertugas keluar kota, baik kalau begitu langsung saja dimulai penentuan tanggal pernikahannya, saya serahkan kepada istri saya dan besan saya" 

"Untuk tanggal pernikahan Titah dan Kamil, tanggal dua puluh saja jeng?", tanya ibu Kamil.

"Saya setuju jeng, kalau bulan pernikahan Titah dan Kamil, bulan Desember saja jeng pas hari kelahirannya Titah, bagaimana jeng setuju tidak?", tanya ibu Titah juga. 

"Setuju jeng..", jawab ibu Kamil.

Di depan rumah Titah..

"Tah..", Kamil menghampiri Titah.

"Iya mil..", Titah hanya tersenyum ketika Kamil menghampirinya.

"Kamu senang tidak?", tanya Kamil.

"Senang dong, masa enggak sih", jawab Titah.

"Kira-kira tanggal berapa ya?", tanya Kamil dalam hati masih dengan tersenyum memandang Titah.

Di ruang keluarga lagi..

"Saya dan mama Titah sudah sepakat tanggal dan bulan pernikahannya Titah dan Kamil" 

"Baik, saya ingin tau kapan tanggal dan bulan yang pastinya kapan, untuk mama Titah saya persilahkan" 

"Baik, tanggal.., loh Titah dan Kamil mana ya, Emm lum, Maklum.." 

"Inggih kanjeng ibu, ono opo?"

(Iya kanjeng ibu, ada apa?), tanya Maklum.

"Tolong kamu cari Titah dan Kamil, suruh ke sini ya untuk menyebutkan penentuan tanggal dan bulan pernikahannya" 

"Jagi laksanakan perintah kanjeng ibu"

(Siap laksanakan perintah kanjeng ibu) 

Di depan rumah Titah..

"Oalah neng merene ta, neng ngolek'i soko mau, timbak no neng merene, assalamu'alaikum, nyuwun sewu, ngapura cah ayu, den mas Kamil..

(Oalah di sini, di cariin dari tadi, ternyata di sini, assalamu'alaikum, permisi, maaf anak cantik, den mas Kamil) 

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Maklum.

"Ngapura den mas Kamil lan cah ayu neng panggil kanjeng ibu"

(Maaf den mas Kamil dan anak cantik di panggil kanjeng ibu)

"Oh iya nanti saya dan calon istri saya ke dalam kok mas" 

"Sediluk meneh nggih, tolong omong ngono karo simbok Nggih lik Maklum"

(Sebentar lagi ya, tolong bilang gitu dengan ibu ya lik Maklum) 

"Oh nggih cah ayu, assalamu'alaikum"

(Oh ya anak cantik, assalamu'alaikum) 

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari Maklum.

Di ruang keluarga lagi..

"Assalamu'alaikum", Maklum memberikan salam pada semua yang ada di ruang keluarga.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di ruang keluarga menjawab salam dari Maklum.

"Ono opo Lum?"

(Ada apa Lum?), tanya ibu Titah.

"Kulo arep memberitahu yen cah ayu lan den mas Kamil sediluk meneh akan ke ruang batih kanjeng biyung" 

(Saya ingin memberitahu kalau anak cantik dan den mas Kamil sebentar lagi akan ke ruang keluarga kanjeng ibu), jawab Maklum.

"Oh nggih sampun, kembali ke ngarep kono"

(Oh ya sudah, kembali ke depan sana) 

"Jagi laksanakan perintah kanjeng ibu"

(Siap laksanakan perintah kanjeng ibu) 

Di depan rumah lagi..

"Ya sudah yuk kita kembali ke dalam" 

"Yuk.." 

Di ruang keluarga lagi..

"Assalamu'alaikum", Kamil dan Titah memberikan salam pada semua yang ada di ruang keluarga.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di ruang keluarga menjawab salam dari Kamil dan Titah.

"Nah ini dia calon menantu ku, tanggalnya sudah di tentukan" 

"Oh ya kapan bu?", tanya Titah.

"Coba tanyakan pada ibu mertuamu nduk", jawab ibu Titah.

"Mah..", Kamil memberikan kode pada ibunya.

"Baik, tanggal pernikahannya adalah tanggal dua puluh Desember", jawab ibu Kamil.

"Tanggal dua puluh, berarti dua bulan sebelum saya bertugas keluar kota, alhamdulillah..", Kamil mengucapkan syukur di dalam hati.

"Piye panjenengan seneng boten ngger, nduk?"

(Bagaimana kamu senang tidak nak?), tanya ibu Titah.

"Kula seneng bu.."

(Kula senang bu..), jawab Titah.

"Yen panjenengan piye ngger?"

(Kalau kamu bagaimana nak?), tanya ibu Titah lagi. 

"Titah, maaf itu artinya apa saya tidak mengerti?", Kamil bertanya pada Titah di saat calon mertuanya bertanya padanya.

"Artinya kamu senang tidak mil", jawab Titah. 

"Oh..", seru Kamil.

"Ngger loh kok malah bisik-bisik an ta?"

(Nak loh kok malah bisik-bisik an sih?), tanya ibu Titah lagi.

"Saya senang bu, sangat senang sekali", jawab Kamil yang baru tau artinya.

"Ngapunten kanjeng ibu, calon garwa kawula boten priksa bahasa jawa dhaharipun wau bisik-bisik"

(Maaf kanjeng ibu, calon suami saya tidak mengerti bahasa jawa makannya tadi bisik-bisik), Titah menjelaskannya pada ibunya bahwa Kamil tidak mengerti bahasa jawa.

"Ealah nggih sampun boten punapa-punapa"

(Ealah ya sudah tidak apa-apa), sambung ibu Titah yang memaklumi calon menantunya tidak bisa atau mengerti bahasa jawa.

Akhirnya aku dan Titah bertunangan dan tinggal menunggu waktu yang dinanti oleh ku dan Titah keluarga yaitu tinggal tujuh hari lagi.

                     **

Tujuh hari kemudian..

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Kamil dan Titah serta keluarga akhirnya tiba juga yaitu hari pernikahan Titah dan Kamil.

Di rumah Titah,

Di ruang tengah..

"Bagaimana apakah ananda Kamil sudah bisa di mulai akad nikah nya?", tanya pak penghulu.

"Sudah pak", jawab Kamil. 

"Baik kalau begitu langsung kita mulai saja, ananda Kamil jabat tangan wali hakim" 

"Baik pak" 

"Saya nikahkan engkau ananda Muhammad Kamil bin Ubaidillah dengan Titah Kesumawardani binti almarhum Sujatno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Titah Kesumawardani binti almarhum Sujatno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai" 

"Bagaimana saksi sah?", tanya penghulu pada saksi yang menghadiri pernikahan Titah dan Kamil.

"Sah..", jawab saksi yang menghadiri pernikahan Titah dan Kamil.

"Alhamdulillah..", kata penghulu dan mengucapkan syukur dan di lanjutkan doa.

"Mana mempelai wanita nya?", tanya penghulu.

"Di dalam..", jawab ibu Titah.

"Untuk mempelai laki-laki silahkan di jemput yang sudah sah menjadi milikmu atau istrimu" 

"Baik pak penghulu, duh deg deg an nih, huh..", jawab Kamil yang berjalan menuju ke kamar Titah sambil menghela Nafas.

Di kamar Titah..

"Assalamualaikum", Kamil memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

"Gak nyangka tambah cantik saja kamu Titah, yang kini sudah halal untukku", kata Kamil di dalam hati. 

"Mas..", Titah mencium tangan Kamil.

"Iya istriku", Kamil pun mencium kening Titah.

                     **

Malam harinya..

Di kamar Titah lagi..

"Mas.." 

"Iya, hari ini adalah malam pertama kita atau malam pengantin kita"

"Iya mas benar, lalu?", tanya Titah.

"Apakah kamu sudah siap?", tanya Kamil juga.

"Sudah mas, mas sendiri bagaimana?, jika sudah siap, saya laksanakan malam pengantin kita dan malam pertama kita dan tentunya saya sebagai istri kamu yang berbakti pada perintah suaminya mas", jawab Titah.

"Ya sudah yuk mulai"

"Yuk mas", kata Titah masih dengan manja pada Kamil. 

Lima menit kemudian..

Di dapur..

"Mi.." 

"Inggih lum, ono opo?"

(Iya lum, ada apa?), tanya Darmi.

"Iku suara opo nggih mi, kok kaya kucing kawin mi?"

(Itu suara apa ya mi, kok kaya kucing kawin mi?), tanya Maklum juga.

"Mboh.., nanging kayanya suara iku soko kamar cah ayu lan den mas Kamil deh lum.."

(Gak tau.., tapi kayanya suara itu dari kamar anak cantik dan den mas Kamil deh lum..), jawab Darmi.

"Mi, mi, mi.." 

"Inggih opo meneh lum?"

(Iya apa lagi lum?), tanya Darmi lagi.

"Panjenengan krungu boten, tuh tolong, tolong, tolong?"

(Kamu dengar tidak, tuh tolong, tolong, tolong?), tanya Maklum juga.

"Oh nggih krungu lum"

(Oh ya dengar lum), jawab Darmi.