Dari dapurnya, Anya mulai meracik semua bahan masakannya dengan cekatan. Sesekali ia memperhatikan Artha, Bang Sultan dan Ayahnya sedang bermain poker. Sementara ia memasak Ayam Tangkap request dari Artha, nasi liwet ala Sunda dan sambal goreng udang ala Aceh.
Beruntungnya lagi, ia sedang bersemangat sekali memasak. Tidak seperti hari-hari sebelumnya saat ia sering didera rasa mual. Yang anehnya, rasa mualnya terhadap aroma masakan pun seakan hilang seiring dengan dipenjaranya Pasha. Sehingga ia bisa memasak dengan lancar. Mungkin juga karena pengaruh dari adek bayi di perutnya yang tidak rewel jika ibunya sedang bahagia. Anya merasa begitu.
Mengusap peluhnya yang bercucuran, ia melihat Artha tampak memperhatikannya dari tempatnya berada kini.
Anya hanya melempar senyum kepada Artha yang terus memperhatikannya.
"Sini bantuin," pinta Anya dengan suara nyaris tak terdengar, namun Artha dapat membaca gerak bibirnya dengan mudah.