Terbangun di tengah malam karena nyeri yang hebat di kepalanya, Artha berusaha menahan rasa nyerinya dengan memijat-mijat ringan area belakang kepalanya agar mereda. Namun rasa nyerinya itu benar-benar membuatnya frustasi hingga membuatnya ingin membentur-benturkan kepalanya ke dinding.
Dan ia hampir melakukannya, andai Anya tidak terbangun dan memeluknya dari belakang.
"Kamu kenapa bangun?" tanyanya sambil menyandarkan dagunya di bahu Artha.
"Nggak apa-apa. Cuma tiba-tiba aja terbangun," aku Artha menutup-nutupi dengan nada suara yang ia buat sewajar mungkin. "Lalu kenapa kamu juga bangun?"
Terdengar Anya tertawa kecil di bahunya.
"Tadi aku mau peluk kamu sebagai guling, tapi ternyata kamu nggak ada di sampingku. Jadi aku bangun dan lihat kamu lagi nyender di jendela."
"Ooh..." Artha berbalik dan melingkarkan tangannya di pinggang Anya.
"Beneran nggak ada apa-apa?" tanya Anya lagi masih menyimpan keraguan. "Karena aku lihat tadi kamu lagi pegang-pegang kepala."