Dua bulan kemudian. Ketika badai kehidupan untuk sementara waktu belum datang kembali.
"Jangan pergi, Tha..." Anya tiba-tiba menahan Artha dengan memeluknya dari belakang. "Aku masih rindu..." bisiknya disertai desah manja yang membuat bulu halus di tengkuk Artha meremang karena suara desah manjanya.
Tidak biasanya Anya bersikap seperti ini. Memeluknya seperti habis mabuk kecubung dan menahannya pergi dengan hangat tubuhnya yang membuat bagian depan celana Artha perlahan-lahan menjadi lebih sesak dari sebelumnya.
"Aku juga..." Artha memegang punggung tangan Anya yang melingkari pinggangnya sembari menahan sesuatu yang minta dibebaskan dibawah sana. Jika Anya memaksanya maka apa boleh buat?
"Jadi tunggu apa lagi..." Anya berbisik dengan dagu menindih manja bahu Artha, meloloskan kedua tangannya dari pegangan tangan Artha untuk membuka satu demi satu kancing kemeja yang dikenakan Artha dari belakang.