Memandang pemandangan kanal yang dibangun pada abad 14 di depannya yang dilalui oleh kapal-kapal yang hilir mudik mengangkut penumpang, Bima tampak seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu.
Sesuatu yang membuatnya resah beberapa hari ini. Sesuatu yang ingin ia ungkapkan sebelum terlambat.
Bima menatap layar ponselnya. Hari ini Artha, kakak sulungnya akan bertunangan dengan Gita. Dan lelaki itu bahkan tidak pernah tahu mengenai Amoka, bocah laki-laki tampan yang kemungkinan besar adalah darah dagingnya.
Tak ingin menyembunyikan lebih lama mengenai keberadaan Anya, Bima putuskan menghubungi Artha melalui telepon.
"Hallo, A..."
"Hallo, orang Belanda! Kamu pasti mau ngucapin selamat ya? Jangan repot-repot Bim..."
"Nggak kok, A..."
"Lantas ngapain kamu telepon? Sebentar lagi acaranya mau dimulai nih."
"A, aku dengar teh Anya di Utrecht," Bima berkata pada Artha di detik-detik Artha sebentar lagi akan bertunangan dengan Gita.
Artha terdiam mendengar Bima menyebut keberadaan Anya.