*******
Arsya yang tengah duduk di atas motor miliknya terus mengawasi daerah sekitar, terlihat beberapa motor mendekatinya. Mereka adalah kelompok pengendara yang sejak tadi mengikutinya.
(Waktunya berolahraga, sudah lama aku tidak beraksi. Delapan orang yah, hmmm lumayan untuk mengeluarkan keringat.)
Keempat motor itu kemudian memarkir motor mereka tidak jauh dari Arsya, kedelapan pria tersebut kemudian menghampiri Arsya yang tengah duduk santai di atas motornya.
"Itu dia Boss, pemuda yang berani mengusir kita di kosan tempo hari.!!" Salah satu dari mereka berteriak dan menunjuk Arsya.
"Yah aku sudah mengetahuinya ... Hei anak muda, kita bertemu lagi.!!"
"Oh, ternyata kalian yang mengikuti ku mulai dari toko.!! Apa mau kalian.?" turun dari motornya, Arsya berjalan mendekati mereka dan bertanya keinginan dari mereka.
"Santai bro, kami hanya ingin memberikan pelajaran karena mengganggu keluarga kami.?"
"Heh, pelajaran?? Tapi maaf, aku tidak butuh pelajaran dari kalian semua. Sebaiknya kalian pergi sebelum kalian menyesal.!" sambil menghisap rokok ditangannya, Arsya mencoba memberikan peringatan kepada kedelapan orang tersebut.
"Ha-ha-ha, sungguh berani kamu anak muda. Apakah kamu tidak tahu siapa kami?"
"Aku tidak perduli siapa kalian.!"
"Sombong sekali kau, apakah kau tidak mengetahui Kelompok Rodax penguasa daerah ini.?"
"Ish, Ish, ish... Kalian ini mau berbicara atau apa sih, kan sudah aku bilang bahwa aku tidak perduli siapa kalian.!" sambil menepuk jidatnya, Arsya terus menjawab mereka dengan santai.
Melihat respon Arsya seperti itu, membuat salah satu dari anggota Rodax maju dan mencoba memukul Arsya.
Arsya dengan mudah menghindarinya, dan memukul tekuk pria tersebut sehingga membuatnya terjatuh dan pingsan.
"Anjing kau,!! Semuanya, habisi dia sekarang. Buang mayatnya di tumpukan sampah.!"
Melihat salah satu anggotanya tersungkur, membuat Boss mereka merasa emosi dan memerintahkan keenam anak buahnya menyerang Arsya secara sekaligus.
Melihat enam orang yang berlari menuju kearahnya, membuat Arsya sekali lagi mengisap rokok miliknya dan setelah itu menghembuskan asapnya sambil menatap kearah langit.
"Kalian jual, aku akan beli.!"
Arsya tidak merasa takut sama sekali dan justru berlari menuju mereka kemudian melemparkan rokok di jarinya kearah mereka yang mengenai wajah salah satunya, setelah itu Arsya meloncat memukul wajah pria yang terkena rokok tersebut yang mengakibatkan hidungnya patah. Kelima lainnya mencoba memukul Arsya, namun pukulan mereka sama sekali tidak mengenai Arsya.
Arsya merasa bosan karena terus menghindari pukulan mereka, oleh sebab itu Arsya mencoba memulai serangannya dengan menangkis pukulan yang masuk dan membalasnya dengan pukulan tepat mengarah dada dan wajah mereka.
Satu persatu dari keenam Anggota Rodax terjatuh dan pingsan, kini tertinggal Boss yang sedari tadi diam melihat anak buahnya menghajar Arsya, namun sayangnya justru mereka yang dihajar oleh pemuda yang mereka kejar.
Hal itu membuatnya marah, sambil membuka jaket miliknya dan mematikan rokok yang dihisapnya. Boss Rodax mengakui kehebatan Arsya dalam berkelahi.
"Kamu hebat juga anak muda, tidak cukup beberapa menit telah menjatuhkan mereka."
"Adeh, dari tadi kau itu cuman ngomong saja. Sini sudah maju, capek Aku mau ngomong Mulu.!!"
"Ha-ha-ha, omongan kamu besar juga. Baiklah kalau begitu.!!"
Setelah berkata seperti itu, Boss Rodax mengambil kuda-kuda dan bersiap memukul pemuda yang telah menghabisi anak buahnya. Arsya merasa bosan dengan keenam pria yang barusan dilawannya, karena baginya itu hanya semut kecil yang mudah. Kini Boss mereka maju dan membuat adrenalin Arsya kembali naik untuk kesekian kalinya.
Arsya juga mengambil sikap melawan, tatapannya tajam menuju kearah Boss Rodax. Tanpa berkedip melihat gerakan dari Boss Rodax tersebut.
Sebuah pukulan mengarah ke wajahnya, namun Arsya menangkisnya dan membalas pukulan yang mengarah keperut Boss Rodax. Pukulan demi pukulan selalu di tangkis oleh mereka. Belum ada dari pukulan keduanya yang tepat sasaran, saring jual serangan dan tangkisan.
"Hebat juga kamu anak muda.!!"
Arsya tidak membalasnya, melainkan cuman tersenyum. Boss Rodax kembali melancarkan pukulan, namun kali ini Arsya menghindari dengan meloncat kesamping dan menendang kepalanya sehingga membuat Boss Rodax hampir terjatuh. Tidak berhenti disitu, Arsya kembali memukul rahang Boss Rodax ketika melihatnya hampir terjatuh. Satu, dua, tiga pukulan telak mengarah ke tubuh Boss Rodax.
Hal itu membuatnya terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, melihat darah yang keluar membuat Boss Rodax emosi dan mengeluarkan senjata tajam berupa Badik Panjang miliknya.
"Sepertinya aku memang harus membunuhmu.!!"
"Silahkan kalau bisa.!!"
Boss Rodax kemudian maju sambil memegang badik miliknya dan mengarahkan ke perut Arsya. Dengan sigap Arsya menangkisnya dengan tangan kosong kemudian memukul tangan kanan Boss Rodax yang memegang Badik, hal itu membuat badik yang dipegang oleh Boss Rodax terjatuh dan terlempar di pinggir jalan.
Setelah berhasil menyingkirkan badik yang dipegang Boss Rodax, Arsya kemudian kembali menendang perut lawannya yang membuat lawannya menundukkan kepalanya, melihat itu Arsya kembali memukul kepala Boss Rodax dan akhirnya jatuh tersungkur sama seperti anak buahnya.
Arsya menghampiri Boss Rodax dan meraih kerah bajunya seraya berkata : "Inilah yang terjadi, jika kalian hanya mengandalkan premanisme. Nasib baik, aku tidak membunuh kalian. Mulai sekarang, jangan pernah mengganggu ku lagi dan kosan tempatku tinggal. Jika tidak, maka markas kalian akan aku hancurkan.!! Paham.!!"
"Siapa kamu sebenarnya anak muda.? Aku akan mengikuti permintaan kamu.!"
"Namaku adalah Arsya,!!"
"Arsya..!"
Setelah mendengar nama itu, Boss Rodax kemudian pingsan dan terjatuh. Arsya kemudian meninggalkan lokasi tersebut dan kembali ke kosannya. Namun satu hal yang Arsya tidak ketahui, bahwa ada seseorang yang telah merekam perkelahian mereka sejak awal.
Setelah hari itu, kelompok Rodax tidak berani lagi mengganggu kosan tempat Arsya tinggal.
*******
Beberapa setelah kejadian tersebut, Arsya mendapatkan sebuah notifikasi di smartphone miliknya. Notifikasi tersebut berbunyi.
{Saudara Arsya.
Berhubung karena terjadinya pemutusan kerja dari kantor pusat. Maka mulai hari ini, Anda tidak perlu lagi datang ke toko untuk bekerja. Kami akan mengirimkan pesangon yang berhak Anda terima.
Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Hormat Kami
Direksi Toko}
"Apa-apaan ini, pemutusan kontrak sepihak dan lebih parahnya melalui via WhatsApp lagi.!!"
Arsya yang baru saja bangun tidur mendapatkan notifikasi pemutusan kontrak dari Direksi Toko tempatnya bekerja, tak lama kemudian notifikasi kedua masuk yang memberitahukan bahwa transfer telah berhasil, Direksi Toko telah mentransfer pesangon milik Arsya.
Setelah membaca notifikasi tersebut, Arsya kemudian melihat Mobile Banking miliknya untuk mengecek jumlah transfer yang diterimanya. Terlihat beberapa digit nominal yang masuk kedalam rekening miliknya.
Tak lama kemudian, sebuah notifikasi baru masuk lagi. Kali ini berasal dari sebuah perusahaan yang menawarkan sebuah pekerjaan kepada Arsya.
Arsya mencoba mengingat dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, pertama pemutusan kontrak, kedua yang pesangon, dan ketiga tawaran kerja. Arsya merasa ada seseorang yang mencoba bermain dengannya, tapi dilihat dari nominal pesangon yang masuk lumayan besar membuat Arsya membuang pikiran tersebut, karena tidak ada orang yang akan memberikan pesangon sebanyak itu. Terlebih lagi sekelas Minimarket tempatnya bekerja.