Eza mengerjabkan matanya perlahan ia membuka mata melihat kesekelilingnya,kepalanya masih terasa pusing,juga kedua pipinya yang masih terasa kebas akibat tamparan wanita tadi.Ia menggerakkan tangannya untuk sekedar memijit pelipisnya,namun gerakannya membangunkan seseorang yang tengah tertidur sambil memegang erat tangannya.
"kamu sudah bangun sayang.Kamu membuatku takut...."
"kak vicky,kenapa tidur disini ? kamu bisa sakit tidur begini...." lelaki itu meraih tangannya dan menciuminya berulang kali.
"aku tidak perduli jika aku sakit karenamu,yang terpenting kamu baik dan aku bisa selalu disampingmu...."
vicky menangkupkan tangannya diwajah eza,hatinya terasa sakit melihat bekas dipipi mulus wanitanya.
"Apakah masih terasa sakit,kamu membuatku khawatir.Kamu sakit dan tidak bilang,kamu pingsan dengan hidung berdarah,kamu membuat aku takut sayang.Aku memanggilmu berulang kali,jantungku hampir meledak menahan rasa takut....jangan seperti ini lagi.Aku tidak ingin kehilanganmu...."
"kepalaku terasa pusing....sangat pusing..."
"itu karena kamu terlalu banyak berpikir,tetap jaga kondisi kamu,aku tidak ingin sesuatu terjadi lagi padamu,kita akan segera menikah sayang...."
"kak,aku tidak merebutmu dari Nandini kan? Bukan aku,bukan aku....Nandini yang memberikanmu.Aku hanya mengambil milikku yang tak dimiliki lagi,aku tidak bersalah kak.Kenapa dengan kejam dia mengatakan aku wanita jalang....aku.....hatiku,hatiku sakit.Aku tidak seperti yang ibu Nandini tuduhkan...." Eza mulai menangis lagi dihadapan vicky,entah mengapa kalimat jalang itu selalu mengobrak abrik relung hatinya,Vicky tertegun menghapus bulir airmata dipipi eza.Ia membawa wanita itu dalam pelukannya,namun eza menolaknya dan menepis tangan vicky yang masih memegangnya.
"jangan dekati aku kak,jangan sentuh aku.Aku tidak merebutmu dari siapa pun....." Eza mulai bicara ngawur,ya seperti saat pasca kecelakaan,dia depresi,,psikisnya terganggu akibat ucapan tadi.Dengan cepat vicky menarik wanita dihadapannya dalam pelukannya,dengan sekuat tenaga ia menarik eza yang bersikap melawan.Wanita ini akan semakin menjadi jadi jika trauamanya itu kembali,Ah sial...kenapa harus bertemu dengan orang tua Nandini diwaktu yang tidak tepat...pikir vicky.
"sayang tenanglah ! tidak ada yang menyalahkanmu,ibu Nandini hanya salah paham.Kamu tidak merebutku dari siapapun sayang,aku memang milikmu....Jangan begini sayang....fokuskan pikiranmu,tenanglah.Tidak akan ada lagi yang menyakitimu,maaf atas kesalahan hari ini,aku pastikan dia tidak akan menemuimu atau menyentuhmu barang seujung kuku..." vicky mengusap lembut puncak kepala eza,wanita itu masih menangis dalam pelukannya.Ia meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apapun supaya wanita itu bisa tenang dan tidak berkata yang aneh aneh.Perlahan wanita itu akhirnya bisa tenang,vicky mengusap sisa sisa airmata diwajahnya.
"jangan menangisi hal bodoh.Aku ini milikmu,kamu tidak merebutku dari siapapun karena sedari dulu kita saling memiliki.Abaikan makian dari wanita tadi,dia hanya hilang arah mendengar perceraian anaknya,dia hanya bingung.Nandini yang memintaku pergi,Nandini yang memintaku melepaskannya...kamu tidak tau apa apa,kamu hanya kembali pada milikmu yang sempat tertukar....Sayang,jangan seperti ini.Hatiku sakit....dokter sudah mengatakan bahwa kamu kelelahan dan banyak berpikir,itu penyebab kamu terus mengalami mimisan akhir akhir ini.Jaga kondisi kamu,hanya itu yang aku inginkan....fokuskan pikiranmu,jangan berpikir dan bersikap aneh.Aku hanya milikmu....." Eza kembali menenggelamkan wajahnya dipelukan vicky,diaa hanya takut berlebihan.Dia hanya tidak terima dikatakan jalang,itu saja.
Dari luar kamar tempat mereka saling menguatkan kedua orang tua vicky berdiri memperhatikan dari pintu yang tak tertutup rapat.Mereka terharu mendengar besarnya perasaan keduanya,mereka tak pernah tau jika Putra mereka sampai sedalam dan setulus itu mencintai seorang wanita.Vicky tak pernah mengatakan bagaimana ia mencintai wanita itu,tapi saat wanita itu menikah dan mereka menjodohkannya dengan Nandini tampak Raut wajahnya berubah muram,tanpa senyum,atau ekspresi lain selain dingin yang membekukan setiap orang yang menatapnya.Berbeda saat ia berada didekat Reza,calon istrinya kini...Putra mereka terlihat bersemangat,antusias juga selalu tersenyum dan tertawa.Andai mereka bisa bersama sedari awal,pasti tiidak akan membuat keduanya merasakan sakit yang berarti.
"Istirahatlah,sudah larut malam.Besok kita akan kerumah ibu kamu...." vicky membantu membaringkan eza diranjang,ia menyelimutinya dan dengan setia duduk disisi ranjang menemani sampai wanita itu tertidur.Saat dilihat wanita itu sudah tertidur pulas ia beranjak menuju kamarnya untuk istirahat juga,namun ia menemukan kedua orang tuanya menunggu diambang pintu.
"Bapak,ibu...kalian disini.? belum tidur...?"
"apa dia sering seperti tadi Nak..."
"Maksud ibu..?"
"Apa dia sering bicara Aneh atau merasa ketakutan seperti tadi..."
"ehm....pasca kecelakaan dia sering tantrum,dia selalu bermimpi buruk dan ketakutan,dia membutuhkanku disaat saat seperti itu,hanya aku yang bisa membuatnya tenang,itu mengapa aku memilih tinggal bersamanya juga disisinya bu..."
"lalu keluarganya..."
"Dia begini karena mantan suaminya,aku ingin menjauhkannya dari mantan suaminya,untuk itu aku membawanya kesini.Keluarganya membiarkanku merawatnya,aku memohon izin dari mereka..."
"sampai sekarang dia masih begitu..."
"tidak pak.Dia sudah mengikuti terapi,kami juga berkonsultasi dengan psikiater untuk memperbaiki psikis dan rasa traumanya.Dia sudah membaik,jauh membaik.Kemungkinan dia begitu karena merasa tersudut dengan caci maki ibu Nandini tadi.Dia akan baik baik saja pak,aku bersamanya..." lelaki parubaya itu menepuk bahu vicky seeolah mengapresiasi keberanian serta kesabaran putranya.
"istirahatlah.Besok kami akan meminangnya untukmu...." seru lelaki yang dipanggil bapak tersebut.Vicky tersenyum malu,ia tidak sabar menunggu hari esok.