Eza terbangun dari tidurnya,ini sudah hampir sore dan ia sudah tertidur dua jam lamanya,ia melirik sofa yang berada didekat ranjang,lelaki itu masih tertidur disana.Ia mengusap lembut pipi lelaki yang dengan setia menemaninya disaat terburuknya,lelaki yang mengorbankan waktu juga hal yang ia punya untuk dirinya.Eza merapikan anak rambut yang berjajar rapi diwajah yang terlelap itu,Bulu mata yang lentik,alis yang lebat tersusun rapi,rahang kokohnya juga bibir yang selalu tersenyum menatapnya.Sudah lama hatinya tertambat pada laki laki ini dan ia tak pernah seintens ini memperhatikan wajah tampan vicky.
"Aku ingin berada disisimu,aku pastikan.Terima kasih sudah menungguku,aku tidak akan sampai begini tanpa dirimu..." eza bergumam seraya membelai wajah tampan itu,vicky menggeliat merasakan sentuhan tangan lembut itu namun matanya masih enggan terbuka.
Eza merangkak turun dari atas ranjang,kakinya seolah ringan melangkah tanpa beban,ia menyadari,ia bisa...dirinya sudah bisa tanpa alat bantu untuk berdiri.Eza perlahan maju sedikit demi sedikit.Ia tak percaya ini,ia mengatup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.Apa aku bisa berjalan normal sekarang,pekiknya dihati.Eza tertatih menuju dapur,hatinya bahagia,meski jalannya masih seperti mummi,tetapi ia bersyukur akan perubahannya.Didapur ia berpikir untuk menyiapkan makanan,sudah lama ia tidak berkutat dengan dapur,ia rindu memasak,eza akan membuat kejutan pada lelaki yang dicintainya.
Sementara vicky terbangun saat mencium aroma masakan yang mengusik indera penciumannya,ia menoleh kearah ranjang namun tak mendapati wanita yang ia cintai.Dengan cepat ia bangkit dari tidurnya keluar kamar mencari cari eza,ia mendapati sosok wanita dengan tubuh kecilnya berbalut pakaian bernuansa blue tengah sibuk memasak didapur.Vicky berlari berhambur memeluknya dari belakang,ia terlambat menyadari sesuatu.Ia panik saat tak mendapati wanita itu disisinya,ia berpikir aneh setelah ada pria lain melirik minat pada calon istrinya.
"kamu membuatku takut,aku mencarimu.Sedang apa dirimu sayang..." bisiknya dengan masih memeluk wanita itu dari belakang.
"sayang,aku lagi masak.Lepasin dulu ya.." suara wanita itu terdengar merdu dihati vicky,hatinya lega...tapi,tunggu dulu...memasak katanya...?
Vicky mengurai pelukannya,menatap betul betul wanita yang berdiri membelakanginya,ia begitu tak percaya,vicky membalik tubuh wanita itu agar berbalik kearahnya.Ia menutup mulutnya yang hampir berteriak histeris saking bahagianya,ia terlambat menyadari.
"sayang benarkah ini kamu ? kamu...kamu sudah bisa berjalan...?"
Eza mengangguk pelan sebagai jawaban terbaiknya,dengan tiba tiba vicky kembali memeluknya dengan haru.
"sungguh ?"
"iya sayang..."
"oh,akhirnya.Aku bahagia,aku bahagia,terima kasih sudah berjuang sampai seperti ini sayang...." lelaki itu terseduh dalam pelukan eza,ia terharu sampai tak bisa menahan airmatanya.
"kenapa menangis...?"
"aku bahagia,ini tangis bahagia sayang..." vicky kembali memeluknya dan membelai wajahnya.
"oke.Sudah dulu terharunya,ayo kita makan,aku sudah lapar sayang.Kebetulan aku masak makanan kesukaan kamu..." Eza melepas pelukan vicky,ia berjalan menuju meja makan dengan perlahan,namun langkahnya limbung.Ia terduduk dilantai...
"aww..." pekiknya pelan,vicky langsung menghampirinya.
"sayang kenapa..?kamu pasti kecapean,jangan melakukan apapun dulu untuk sekarang,kamu baru pulih.jangan memaksakan diri..."
"tidak apa.Mungkin terlalu lama berdiri itu saja.aku tidak apa sayang..."
"baiklah..." vicky mengangkat tubuh kecilnya dan mendudukannya dikursi,mereka menikmati makanan dengan lahap,untuk pertama kalinya setelah sekian lama akhirnya eza bisa membuatkan makanan untuk calon suaminya.
"Masakannya enak.Aku suka sayang..."
"oh ya...aku akan sering sering memasak untukmu jika kamu suka...."
"jangan terlalu lelah sayang,aku tidak mau kamu kenapa napa..."
"baiklah.."
Vicky kembali menatap wanita yang kini berbaring diatas pangkuannya,setelah selesai makan dan melaksakan shalat magrib mereka duduk menikmati camilan sambil menonton tv.Sesekali ia memainkan hijab yang menutupi kepala wanita dipangkuannya,hatinya sudah tidak sabar melihat wanita itu tanpa penutup kepalanya itu dirumah.Sejatinya ia lelaki normal,hatinya berdesir saat didekat wanita itu terlebih mereka tinggal satu rumah,juga ia sering memeluk wanita itu,lelaki mana yang tak merasakan gelanyar aneh didekat pujaan hatinya.Namun ia mencoba menahan nafsunya,ia tahu batasannya.
"sayang besok sepertinya aku tidak akan bekerja..?" eza menatap wajah lelaki yang berada diatas wajahnya.
"kenapa ?kamu sakit ?"
"ya sepertinya." mendengar itu eza segera bangkit dari posisinya yang semula berbaring,ia menatap intens lelaki disampingnya.
"kakak beneran sakit ? apanya ?kok aku enggak tahu..."
"kakak sakit disini..." vicky menunjuk hatinya,eza memiringkan kepalanya mencoba mencerna ucapan lelaki itu,ia bukan wanita bodoh yang tidak tahu maksud lelaki yang ia cintai itu.
"sayang,besok kita akan kerumah ibu dan bapak,orang tua kakak...,kakak ingin segera menikah.Kamu tahu kita serumah dan rasanya seperti mau gila saat berada didekatmu...."
"iya baiklah..." eza langsung tersenyum dan mengangguk pelan,ia mematah kan ucapan vicky yang belum sempat diselesaikan.
"benarkah..? kamu setuju.."
"tidak ada lagi yang perlu kita tunggu bukan.Aku tidak mau lebih lama menyiksa kakak,aku bukan wanita bodoh yang tidak paham kondisi dan situasi kak,itu akan lebih baiK buat kita.Hubungan kita harus sah secepatnya,kita sudah lama tinggal berdua...aku tahu itu..."
"ehm.begitulah.kamu paham betul,"
"besok kakak akan libur sehari...?"
"tidak.Seminggu.Pernikahannya harus berlangsung minggu ini juga,kakak tidak mau terlalu lama...."
Eza terkekeh mendengar ucapan vicky yang menggebu gebu,lelaki ini tidak pernah seagresif ini sebelumnya.Entahlah,mungkin mereka terlalu lama tinggal bersama sehingga membuat lelaki ini gerah tidak bisa leluasa menyentuhnya tanpa sebuah ikatan pernikahan.