krekk..!! pintu ruangan terbuka dari luar irawan menyongsong masuk memecahkan percakapan mereka.
"Kenapa kamu masih disini,pergi...aku menyuruhmu pergi..."
"Tenanglah eza...jangan begini..." Andi mencoba menenangkan sang adik,eza merasakan kebas karna hanya bagian atas tubuhnya yang bisa ia gerakkan,ia ingin melangkah turun mendorong agar lelaki yang amat melukai hatinya itu pergi dari hadapannya.
Brukk..!! eza tersungkur dilantai,sontak Andi dan rere terkejut karna spontanitas eza yang tak terkendali.
"Eza..." dari luar sosok lelaki menggumamkan namanya,berjalan menghampirinya yang masih histeris.Lelaki itu merunduk mendekati nya.
"kak vicky..." mata eza berkaca kaca begitu melihat bahwa dirinya tidak bermimpi,lelaki itu disini sekarang,menatapnya dengan lembut bahkan mengangkat tubuhnya kembali keatas brankar.Eza menepuk nepuk kakinya,seakan mati rasa,ia mencubitnya tapi tidak berasa.Mencoba menggerak gerakkan nya namun nihil tidak ada pergerakkan.
"kakak....aku kenapa ?"
"ada apa ? apa ada yang sakit..."
"kakak...kakak...kaki ku mati rasa,aku tidak bisa menggerakkannya,aku tidak bisa merasakan apapun,kakak..." eza menangis kembali,ia meraung histeris.Andi menjadi bingung ia mendekati adiknya.
"tidak,dokter akan memeriksamu.Bersabarlah.tidak akan terjadi apapun.Irawan...kemana dokternya..."
"mereka sedang berjalan kesini kak..."
Dari luar seorang dokter bersama perawat masuk untuk memeriksa kondisi eza.
"Dokter aku tidak merasakan apapun pada kakiku,apa ada yang salah,kakiku kenapa dokter...?" eza meracau tak karuan saking takutnya,Andi dan vicky mendampingi dengan perasaan campur aduk.Dokter itu memeriksa kondisi kakinya,memberikan rangsangan namun tidak ada respon dari kedua kaki eza.
"apa ada yang salah dokter...?" vicky menatap dokter itu dengan perasaan takut,ekspresinya menyiratkan ketidak baikan.
"sepertinya pasien mengalami cidera saraf motorik yang menyebabkan mati rasa pada kedua kakinya.."
"maksud dokter...?"
"pasien mengalami kelumpuhan..."
Deg..!!! bagai dihantam badai eza mendengarnya begitu pun mereka yang ada diruangan itu.
"enggak...enggak mungkin,dokter pasti salah...aku tidak mungkin lumpuh...kakak,mama,...eza tidak mau lumpuh...tidak..." eza meraung sembari menangis,Andi mencoba menenangkannya..
"saya permisi pak,mohon tenangkan pasien,kondisinya masih belum stabil..." dokter dan perawat itu pergi meninggalkan ruangan eza.
"Tenanglah..." andi mengusap punggung eza namun adiknya masih tidak bisa tenang dan menerima kondisi nya saat ini.Vicky mendekatinya hingga andi melepaskan pelukannya dan membiarkan lelaki itu membujuk adiknya.Vicky memeluk eza,seketika wanita itu diam tak bergerak,meringkuk dalam pelukannya,hanya sesekali tubuhnya bergoncang akibat menangis meratapi kemalangannya.
"Tenanglah,kamu harus istirahat.tolong jangan begini,dunia tidak akan berpaling hanya kamu lumpuh...."
"Lepaskan istriku,aku suaminya,tidak seharusnya kamu menyentuhnya dihadapanku..." irawan menegur sikap vicky yang seolah tidak menghargai kehadirannya.
"aku hanya mencoba menghiburnya..."
"kamu mengambil kesempatan..." irawan menatap dengan tatapan tajam dan mengerihkan.
"pergilah dari sini,kamu lihat,kamu puas dengan kondisi adikku,Jangan menambah masalah,jangan usik dia lagi..."
"tapi aku suaminya kak..."
"suami macam apa yang membuat istrinya menjadi seperti ini,belum puas kamu menghancurkan hidup putriku,kau menghilangkan nyawa calon cucuku,membuat kondisi putriku seperti ini,bahkan dia lumpuh....apalagi yang akan kamu lakukan..."
"ma....tolong Maafkan aku..."
"Pergi...sudah kukatakan pergi.Aku membencimu,aku membencimu...aku tidak ingin seperti ini ...pergi..." Vicky semakin mengeratkan pelukannya agar eza tidak lagi bergerak dan marah marah yang membuat kondisinya semakin memburuk,meredam amarah yang berkecamuk dihati wanitanya.
"Pergilah ir,dan kumohon tinggalkan adikku,pergi sesukamu,lepaskan dia..."
"kak...apa maksudmu ?"
"ceraikan adikku..."
"kak..."
"aku sudah menahannya,kamu tau ir,aku menahan betapa menderitanya adikku aku sanggup menahannya,sekarang aku minta dengan tegas tinggalkan adikku,ceraikan dia...dia lumpuh...aku tidak mau dia diperolok keluargamu...tinggalkan dia..."Andi mengeluarkan seluruh emosi yang selama ini ia tahan,ia sudah tak bisa menahan jika sehat adiknya diperlakukan tak layak bagaimana sikap keluarga irawan jika kondisi eza lumpuh.
"haruskah kami berpisah kak..."
"itu yang terbaik.Pergi sekarang,urus secepatnya,kami tidak ingin melihatmu lagi."
Irawan menangis terseduh meninggalkan ruangan itu,hatinya tercabik,rumah tangganya sudah berakhir.Ia ingin mengakhirinya kemarin karna ia berpikir eza tidak akan pernah mencintainya.Tapi setelah ia diminta meninggalkan eza hatinya sakit,dia tak rela,ia sadar wanita itu berharga dihatinya,ia menyesal namun sudah terlambat,semua terlambat.
"Tenanglah za..." vicky mengusap pipi eza dengan lembut,ia membantu wanita itu berbaring.
"istirahatlah,kondisimu masih lemah..."
"aku lumpuh kak,aku lumpuh...aku tidak ingin lumpuh..."
"tenanglah.Kakak akan lakukan segala cara bagaimana agar kamu sembuh.Kakak akan cari pengobatan untuk kamu,kamu masih bisa berjalan za,..."
"tidak mungkin..."
"mungkin,ini hanya kerusakan saraf sementara,kamu masih bisa berjalan.Tenanglah,jangan takut...kakak disini untuk kamu.Istirahatlah.." Eza mengangguk pelan,hatinya langsung sejuk mendengar ucapan vicky,entah mengapa ia begitu luluh mendengar semua perkataan lelaki disampingnya.
Andi tersenyum disela tangisnya,lelaki ini yang dibutuhkan adiknya.Lelaki ini yang mampu menyejukkan hati adiknya,ada perasaan lega sesaat yang singgah dihatinya.Sementara rere merenung jikalau ia mendengarkan ucapan putrinya dahulu,ah...sudahlah...semua sudah terjadi seperti ini.