Vicky terus menggenggam jemari eza sepanjang perjalanan,tangannya begitu dingin hingga ia merasa takut wanita dihadapannya tidak bisa diselamatkan,ia terus berdoa supaya wanita itu bertahan.
Sementara Nando langsung menyusul dari belakang setelah menghubungi kakak eza yang tampaknya syok mendengar kabar darinya.
Dengan cekatan vicky membantu menurunkan eza begitu sampai dirumah sakit,dan pada akhirnya ia harus menunggu didepan UGD saat eza ditangani oleh dokter.
"bapak tunggu disini,kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien..."
"tolong...tolong selamatkan dia dok,. " Pintu UGD tertutup rapat,vicjy nerosot kelantai,tubuhnya lunglai seketika.Tak lama Nando datang menyusul,ia menghampiri vicky yang tertunduk lemas.
"bagaimana ? dia tidak apa apa kan..?"
"dokter masi menanganinya.bagaimana semua terjadi..?" vicky menoleh kearah nando,laki laki itu membuang nafas kasar,ia menceritakan kejadian yang dilihatnya tadi dengan emosi yang membara.
"laki laki itu...dia yang membuat eza harus mengalami semua ini..." vicky mengusap wajahnya kasar,wanita itu benci rumah sakit,dan sekarang ia berada disini,bagaimana jika ia sadar,kondisinya begitu lemah,ah...bagaimana ini,eza...batin vicky seolah bergejolak perih.
"bagaimana keadaan istriku dia baik baik saja.." keduanya tertegun mendengar suara seseorang,mereka menoleh dan mendapati suami eza berdiri dihadapan mereka.
"lelaki brengsek.!! suami macam apa kamu,puas kamu buat eza seperti ini ! aku tidak akan terima jika terjadi apa apa pada eza,..." Nando maju ingin menonjok irawan,namun vicky dengan cepat menghalangi nya.
"Nan,tahan emosi kamu,ini rumah sakit..."
"lelaki ini brengsek kak..."
Irawan menghela nafas,rasanya berat memikirkan untuk pergi jauh dari eza,banyak lelaki yang menyayangi istrinya,istrinya yang baik,hangat,siapapun ingin memilikinya tak peduli statusnya.Eza kamu beruntung banyak yang menyukaimu,maafkan aku...batin irawan lirih.Tiba tiba pintu UGD terbuka,seorang perawat keluar dengan wajah yang sulit ditebak.
"bagaimana keadaannya sus..." vicky lebih dulu bertanya,karna ia tidak sabar ingin tahu kondisi eza.
"Maaf pak,siapa disini suami atau keluarga dari pasien,...."
"ada apa sus,ada hal penting.."
"janin dalam kandungan pasien hancur,jadi kita perlu melakukan tindakan kuretase,kita perlu persetujuan keluarga..."
Bagai tersambar petir irawan mendengar penuturan perawat itu,tak kala kaget vicky mendengarnya,sementara nando,wanita itu sudah mengatakannya sebelum tidak sadarkan diri tadi.
"Kuretase..?" suara vicky terdengar tidak percaya.
"janin.Eza hamil...bagaimana aku tidak tahu,anakku,dia...." suara irawan bergetar mengetahui anak yang diceritakan orang tuanya sudah hadir tanpa ia Ketahui tapi telah pergi begitu cepat.
"eza...eza.." dari luar menyongsong masuk Rere dan juga andi dengan perasaan panik.
"bagaimana kondisi eza,..." andi menoleh kearah vicky.
"Dia harus melakukan kuretase kak.." vicky terduduk lemas,mengingat wanita itu tengah mengandung dan mengalami kejadian ini.
"Kuretase...." rere tampak terkejut,hatinya pilu,putrinya harus kehilangan anaknya tanpa bisa melahirkannya.
"maaf bu,pak,siapa yang akan bertanggung jawab,supaya kita segera melakukan tindakan..." perawat itu menyodorkan lembaran persetujuan tindakan,irawan berniat menandatanganinya namun ditepis oleh Nando.
"kamu tidak pantas menandatanganinya..."
"aku suaminya..."
"suami macam apa yang menyebabkan anak istrinya celaka,bahkan tidak berniat membantu disaat ia sekarat,kamu tidak pantas disebut suami..." suara Nando terdengar sarkas,ia begitu muak melihat sikap irawan.
"cukup.! biar aku yang menyetujuinya,aku kakaknya,dia tanggung jawabku.." Andi akhirnya mengakhiri ketegangan yang terjadi dilorong rumah sakit itu.
Andi meraih kertas itu dan menandatanganinya,perawat itu undur diri.
"suster,tolong lakukan yang terbaik.." vicky menatap senduh kepergian perawat itu kedalam ruang penanganan.
Setelah kepergian perawat itu rere menoleh kearah ketiganya,baju Nando dan vicky penuh dengan noda darah,sementara irawan tampak begitu bersih.
"sebenarnya apa yang terjadi,irawan bukankah eza datang ingin menemuimu,ingin memberitahumu pasal kehamilannya,lalu kenapa jadi begini..." rere tak kuasa menahan rasa harunya,dadanya terasa sesak mendapati kondisi putrinya.
"ma,Maafkan aku,aku tidak tahu jika dia hamil,aku...aku tidak tahu..."
"dia sakit beberapa hari ini,kamu tahu.Betapa sulit baginya dimasa masa awal,dia butuh suami,kemana kamu beberapa hari ini,tidak pedulikah kamu kepada putriku yang malang itu,kamu tahu seberapa menderitanya dia..."
"ma...aku minta maaf.."
"maaf bu saya potong,sebenarnya eza begini karena dia.." Nando memandang kearah mama eza.
"maksud kamu...?"
"saya bertemu dengannya tadi,dia ingin menemui suaminya ini,dia begitu bersemangat,ia begitu bahagia,dia lain,dia tersenyum,aku pikir suasana hatinya lagi bagus,ternyata ia sedang hamil,mungkin dia begitu bahagia,tapi aku melihat ia pergi kekantor itu,sampai di altar ia berjalan mundur sambil menangis melihat suami tidak tau diri ini bersama wanita lain,entah apa yang mereka katakan hingga membuat hancur hati eza,dia berlari tak kuasa menahan tangisnya hingga sebuah mobil menabraknya...aku tidak sempat menolongnya...." Nando berkata dengan senduh dan pilu,airmata tampak menetes beberapa dipipinya.Rere begitu murka mendengarnya,apalagi Andi.
"Siapa wanita itu,siapa...siapa irawan,.." rere membentak irawan.
"Dia desni ma..."
"apa tujuan kamu menemuinya,kenapa dia kekantormu,ir,selama ini aku tidak ingin ikut campur masalah rumah tangga adikku,tapi kali ini...kamu keterlaluan..."
"kak,bukan begitu.aku salah,..aku mohon maafkan aku..."
"kamu bahkan tidak menolongnya,dia istrimu,suami macam apa kamu.sementara mereka yang bukan siapa siapa...." tangis rere pecah.ia salah menjodohkan putrinya,ia salah memberikan putrinya pada laki laki didepannya.
"Andi...bagaimana ini.bagaimana adikmu.." andi memeluk mamanua,ia merasakan betapa terpukul hatinya melihat kondisi eza.Ia juga menatap kearah vicky,laki laki itu tampak frustasi,bajunya penuh noda darah,penampilannya kusut,dia terlihat kehilangan separuh hatinya.