Irawan bergegas meninggalkan kediaman orang tuanya,ia ingin bertemu dengan istrinya,ia ingin menanyakan banyak hal yang tiba tiba mengganjal dihatinya.Ia meraih ponselnya dan mendial nomor istrinya.
📞 kamu dimana,sudah balik dari kota P.
📞ehm...aku tunggu dirumah.
irawan mematikan ponselnya dengan cepat,ia menjadi gusar menunggu kepulangan eza,tiba tiba perkataan mamanya berputar putar memenuhi kepalanya,tidak mungkin kan,...pasti tidak benar,mama pasti salah...batinnya sendiri.
Nando berjalan menggandeng tangan eza,wanita disampingnya terlihat begitu mendung setelah melihat lelaki yang lama ia rindukan.Mereka mencari makan siang di salah satu rumah makan yang menyediakan ikan bakar,Saat makan ponsel eza berdering,panggilan dari suaminya.
📞 aku masih dikota P mas,masih makan siang,bentar lagi jalan pulang.Kenapa ?
📞Baiklah...
Eza memasukkan ponselnya kedalam tas,suara suaminya terdengar dingin tak bersahabat,ada aura memyeramkan dari nada bicaranya.Kenapa dia,entahlah....batin eza tidak mau ambil pusing,hatinya masih terasa sakit saat ini.
"Dari siapa za..." Nando menoleh kearah wanita dihadapannya yang tampak bingung usai menerima panggilan.Eza menggeleng pelan,
"Dari suami aku..."
"Dia bilang apa..?"
"aku rasa ada sesuatu,dia menunggu dirumah."
"Baiklah.Mari kita pulang..." Nando membayar tagihan ke kasir dan kembali menggandeng tangan eza buat berlalu pergi.Eza menurut saja ia naik diatas boncengan motor nando dengan telaten nando memakaikan helm kepadanya,eza menjadi merasa semakin bersalah.
"Nan,kamu terlalu baik,terima kasih,tapi ini sedikit berlebihan..."
"aku memang baik,ini sebagai wujud rasa peduli aku terhadap wanita terdekatku,kamu spesial,aku menganggap kamu lebih,.."
"Nando...."
"aku tau,kita hanya teman.itu cukup kok za buat mewakili semuanya...jadi jangan menolak kebaikan..." Nando tersenyum kearah eza uang lantas dibalas senyuman manis wanita itu.
"kamu sudah lebih baikan sekarang..?"
"ehm...aku baikan."
"syukurlah,sebenarnya kita sudah beberapa kali bertemu kak vicky,tapi ia tidak ingin kamu tau,dia hanya memperhatikanmu dari jauh,melihatmu tersenyum,karna tidak ingin membebanimu,apalagi melihatmu seperti tadi..."
"Benarkah ? kapan ?"
"ketika gathering,saat kita pergi nonton bioskop,kita satu gedung,dia duduk dibarisan belakang kita,aku melihatnya memperhatikanmu,tapi ia memintaku diam,tidak memberitahumu,juga saat di tempat kita menginap,dia mengintai kita,dan di wahana permainan air....." Eza mengingat ngingat semua dimana hatinya terasa berdebar tak karuan,juga sosok lelaki saat ia menunggu digazebo,eza terenyuh getir.
"kamu merahasiakan semuanya.."
"kak vicky yang minta..."
"Nando,kamu baik sekali,aku merasa bersalah,sejauh ini aku bukan tidak paham perasaanmu,tapi maaf,kamu tahu bagaimana perasaanku....bahkan aku sudah memiliki suami sekarang..."
"tidak apa.dekat saja denganmu aku bahagia."
Nando menatap eza dari kaca spion motornya,melihat wanita itu berkaca kaca menahan rasa harunya disela terpaan angin diwajahnya.
"eza,terima kasih.."
"untuk apa ?"
"untuk hari ini,meski kita bukan sepasang kekasih sungguhan,aku senang,aku bahagia saat orang menatap iri kearahku saat berjalan denganmu,kamu cantik,kamu wanita terbaik yang pernah aku kenal....terima kasih untuk semuanya..."
Eza tersenyum membalas ucapan itu,apalagi yang bisa ia lakukan,toh tidak banyak yang ia perbuat lelaki itu mengucapkan rasa terima kasih yang begitu tulus.Perjalanan hari ini begitu terasa indah bagi Nando,hari dimana ia berdua saja dengan wanita yang ia kagumi meski wanita itu berstatus istri orang,ia menghargai itu,ia terima asal ia bisa melihat wanita itu tersenyum,sementara bagi eza,hari ini hari dimana hatinya terasa dihujam duri begitu ia melihat kembali lelaki yang amat ia cintai bersama orang lain,yaitu istrinya.Hah...menyesakkan sekali.
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam setengah mereka sampai di depan rumah eza,eza mengucapkan terima kasih,barang barang yang mereka beli ia bawa kedalam rumah setelah Nando berlalu pamit pulang.
"kamu sudah pulang ?" suara irawan begitu mengejutkannya,ia melihat suaminya duduk diruang tv dengan wajah yang tidak bisa ia jelaskan.
"iya mas,mas sudah pulang ? kenapa cepat sekali..."
"ehm...mas libur hari ini...ada urusan dirumah mama tadi..." eza mengangguk mendengar ucapan suaminya,ia meletakkan barang barang yang dibawanya didekat tas kerjanya.
"Aku ingin bicara sesuatu...?"
"apa mas...? ada hal serius,sampai kamu bersikap aneh begini..."
Tiba tiba irawan mendekati eza,membelai wajah wanita yang terlihat cantik,ia begitu tergila gila mencintai wanita dihadapannya,bukan hanya cantik,wanita ini mampu menggetarkan hatinya,dia begitu spesial.Tiba tiba irawan memeluk erat istrinya,seolah enggan melepaskannya,tapi ia bingung harus apa.
"sayang,apakah kamu tidak mencintaiku...apakah kamu tidak menganggap keberadaanku...apakah aku penting bagimu..."
"mas,kamu kenapa..?"
"jawab aku,aku butuh jawabanmu sayang..." airmata eza langsung menetes begitu mendengar suara menyedihkan suaminya,selama ini ia hanya berpura pura menyayangi suaminya,menerimanya hanya karena ia ingin jadi istri yang baik.
"kenapa kamu menangis,apa kamu tidak pernah mencintaiku selama ini,apa kamu tidak menyimpan sedikit pun perasaan untukku selama ini..?"
"kamu ingin tau perasaanku mas,dari awal kamu sudah tau jawabannya..." eza menunduk pilu,irawan mengangkat wajah istrinya,ia menatap tajam bola mata wanita itu.
"apa karna itu kamu tidak ingin memiliki keturunan dariku,lalu apa hubungan kita selama ini,sebatas kewajiban saja bagimu,sebatas itu,tidak adakah perasaan lebih sedikit saja untukku,aku suami kamu za..." irawan turut mennagis,ia meninggihkan ucapannya membuat eza sedikit kaget,mengapa suminya tiba tiba berubah,mengapa tiba tiba laki laki ini menanyakan hal ini,apa yang salah,ada apa dengannya..
"aku sedang berusaha menerimamu mas,aku...aku berusaha ,aku berusaha menjadi istri yang baik untukmu,aku berusaha menyampaikan perasaanmu agar masuk dihatiku,...aku minta maaf mas..."
"aku yang salah....istirahatlah.tidak perlu kita bahas lagi,..." irawan begitu saja meninggalkan eza dengan wajah kecewanya,eza menjadi bingung atas sikap suaminya itu.Ia sendiri bukan tidak bisa menerima irawan,ia sudah berusaha,tapi sikap keluarga suaminya membuat ia sedikit jengah.
"Maafkan aku.." desihnya lirih.