Hari berlalu dan eza melewati semua dengan perasaan hampa,ia bekerja seperti biasa dengan penampilannya yang terlihat sedikit kurusan.Ia wanita yang profesional memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan,meski banyak mulut mencibir saat mengetahui kasus suaminya.Eza cukup akrab dikalangan pekerja ditempat ia bekerja,ia ramah dan murah senyum bahkan banyak lelaki dengn terang terangan mengucapkan kata suka padanya meski ia berstatus istri orang.
"eza...." teriak seseorang padanya saat ia ikut nining kelapangan pagi ini.Seseorang dari divisi sebelah melambaikan tangan kearahnya,"hei pak dandi..."sapa eza kembali dengan ramah,ia tersenyum seperti biasa ia bertemu dengan siapapun itu.
"kok ikut kelapangan kamu,nanti hitam loh.."
"emang uda item loh pak," eza tergelak memasang wajah polosnya,itulah nilai plus bagi setiap orang yang melihatnya,dia humoris meski hatinya gerimis.
"kemana si lina,tapi biasa sama lina ibu..." tanyanya kearah nining yang geleng geleng dengan kedekatan keduanya,ia tau jika banyak orang mudah akrab dengan karyawannya satu ini.
"Lina hari ini berangkat,jadi dia tidak begitu intens bekerja lagi hari ini..."
"loh jadi si lina resign rupanya bu..." tanya dandi dengan logat nias nya yang masih terbawa.
"hmm....begitulah..."nining menjawab dengan bahu yang digerakkan.
"tinggal kamu lah yang senior za,mau ngapain si lina itu resign,uda banyak rupanya duitnya."
"mau nikah dia loh pak," jawab eza dengan pandangan fokus mengikut nining.
"nikah nikah nanti pusing kaya kamu,jadi kurusan gini.." mata eza membulat sempurna mendengar ucapan dandi,ternyata lelaki ini cukup jeli memperhatikannya,dasar...umpatnya.
"mana ada aku pusing,apalah pak dandi ini.." eza dengan muka masam berlalu meninggalkan dandi yang tertawa karna berhasil mengerjai eza.Lelaki itu hanya berbeda empat tahun dari eza,namun ia memanggilnya bapak karena dandi sudah berkeluarga,dia memiliki istri dan dua orang anak.
Eza menyusul nining mengikuti pengamatan dilapangan yang masih berada dilingkungan divisi tempat gedung kerjanya.Mereka bekerja dengan cepat karna pekerjaan eza dilab masi memanggil manggil untuk diselesaikan.
"aku pergi ya geng..." lina memeluk eza dan reka bergantian,setelah perpisahan pagi tadi dengan seluruh staf dan karyawan yang bekerja didivisinya.
"jahat banget sih ninggalin kita,..."reka tampak memonyongkan bibirnya kearah lina,ia begitu kehilangan teman sekamarnya itu.
"kemarin pak vicky,sekarang kamu....entahlah..." eza tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan kehilangannya."kamu baik baik disana ya lin,makasih uda mau jadi sahabat aku selama ini...."
"kamu juga,bagaimana ? apa kamu sudah merelakan vicky,aku dengar kamu menghadiri pernikahannya...."
"Entahlah lin..."
"Kamu harus bahagia,kamu wajib bahagia.Aku doakan suami kamu cepet bebas dan kamu bisa berkumpul dengan tenang." lina memeluk eza dengan erat,selama ini lina dan reka tempat berbaginya,rasanya ia ingin menangis tak rela melepas kepergian lina.
"Makasih lin untuk suport dan wejangan nya...makasih untuk semuanya..."
"Dan satu lagi cepat dikasih momongan biar mertua kamu berubah memandang kamu,bukankah pernikahan kalian sudah hampir setahun...."Eza tersenyum kecut mendengar doa terakhir lina,ia tidak terlintas tentang hal ini sebelumnya.
Dengan masih melambaikan tangan eza melepas kepergian sahabatnya dengan haru,satu per satu orang terdekatku menghilang,huh....rasanya aku ingin menangis kencang tidur dan tak bangun lagi....bisik eza sendiri.Namun lamunannya buyar ketika kedua tangan seseorang menutup matanya dari belakang.
"Siapa..?" tanya eza dengan kagetnya.Tiba tiba sosok laki laki muncul dihadapannya dengan senyum khasnya yang membuat siapa saja tidak jemu melihatnya.
"Nando..." pekik eza melihat lelaki yang saat ini begitu dekat dengannya hingga menjadi perbincangan beberapa orang.
"kamu sedih...?"
"untuk apa..?" Nando melempar pandangannya kearah lina yang semakin lama tak terlihat lagi.Eza tersenyum kemudian menghela nafas dalam."dia teman berbagiku,aku kehilangan sahabat tempat aku mencurahkan segala bebanku...."
"mulai sekarang ceritakan apapun itu padaku,aku siap mendengarkan apapun itu..." Eza menoleh kearahnya,Nando memperlihatkan kesungguhannya dibalik senyum yang selalu membuat eza merasa lelaki ini terlalu baik untuknya.