Eza memutar pandangannya keseluruh gedung lab,hatinya hampa...perasaannya hambar.Tidak kutemukan lagi sosok yang selalu diam diam memperhatikanku,sosok yang diawal jumpa memacu kencang detak jantungku,dia pergi telah pergi....eza terdiam pilu sendiri.Bahkan bulan depan lina sahabatnya juga akan resign karna akan menikah dan balik ke kampung halamannya,kenapa satu persatu orang terdekatku pergi meninggalkanku,pikir eza.
Eza menatap kursi dibaris kedua ruang staff yang tak lain meja yang digunakan vicky.'Sepenuh hatiku hilang bersamamu,karna cinta ini sepenuh jiwa....jauh yang menyiksa dalam rindu yang tak terkira,....Dimana pun dirimu,kau selalu kucintai meski kita tak lagi sama'....air mata eza luruh beberapa bulir dengan kata kata hatinya.
"kak eza..." seketika suara nando menyadarkannya dari lamunan,ia terkaget dengan kehadiran nando.
"apakah kak eza begitu memiliki perasaan mendalam pada vicky,sebegitu berartinya dirinya..." nando menatap lekat manik mata eza saat keduanya terduduk berdua diteras gedung lab yang menghadap ketaman.
"aku menemukannya setelah sekian tahun,dia...aku pernah punya keinginan berjodoh dengannya saat aku sakit keras.Dia merawatku,tidak ada orang lain yang mengisi hatiku selain dirinya,....sampai kini....walau kenyataannya aku sudah milik orang lain..."
"kak eza,sesungguhnya aku tidak tau perasaan apa ini...tapi,kumohon jangan berpikir untuk menjauhi ku,aku nyaman dengan kakak,meski aku tau ini salah.Tidak seharusnya,tapi aku hanya ingin dekat denganmu,itu cukup jika melihatmu bahagia..."
Eza menatap kembali juniornya itu,ia sedang mengutarakan isi hatinya yang eza sendiri tau merujuk kemana.Eza tampak mengulas senyum kearah nando,"bukankah kamu punya wanita yang kamu sukai..."
"ehm,aku sudah menembaknya..."
"diterima ?"
"ehm....tapi tidak seperti awal aku mengincarnya,setelah aku mengenal kak eza,hatiku merasa tidak ada perasaan padanya."
"tidak boleh seperti itu,jadilah lelaki setia.." eza kembali mengulas senyum dan meraih jemari nando,"Lagian aku sudah menikah,kamu masi muda tau.." eza tertawa ringan untuk mencairkan suasana yang terbawa arus kegundahan.Nando senang melihat eza yang sudah bisa tertawa,"kak eza,itulah kekuatanmu...kakak ..." nando pun mencecar dengan tawa yang tak kalah riuh yang langsung membuat pipi eza memerah seperti tomat.Dasar junior resek!! batin eza.
Tidak ada yang lebih indah dari melihat senyumnya dan tawanya,mengapa terlambat aku menemukan wanita dihadapanku ini.Jika saja dia tidak milik orang,jika saja dia tidak mencintai orang lain,kupastikan dia harus bahagia bagaimanapun hanya denganku...batin Nando yang masih melihat sepuasnya tawa eza yang akhir akhir ini jarang terlihat.
Saat kembali kerumah eza menemukan keluarga irawan sudah berada dirumahnya,mereka akan membicarakan pasal pembebasan suaminya.
"gimana za,apa kamu akan melepaskan tabunganmu untuk membebaskan suamimu ??" kak andi menoleh kearah adiknya yang tampak merenung dan menatap kosong.
"ehm...,iya kak " eza tersadar dan mengangguk pelan.Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan,berat namun harus.Demi kebaikan hubungan pernikahannya.
"aku akan usahakan untuk memperingan tuntutan suamiku dengan menyodorkan uang,tapi berjanjilah tidak ikut campur urusan rumah tanggaku saat irawan bebas nanti.." eza mengutarakan keinginannya pada mertuanya itu.Dengan tatapan sinis dan senyum yang dipaksa mama Ana mengiyakan,hanya sekarang...Lihat apa yang akan dilakukannya kelak saat irawan bebas eza sendiri pun tidak tau.
"Baiklah...,yang terpenting irawan bisa bebas."
Keluarga sudah menyepakati,tidak peduli bagaimana perasaan eza,yang terpenting dirinya tidak ingin terus merasa terdesak dengan keluarga suaminya.Andi mengamati raut muka adiknya,apa yang dilakukan eza pastilah berat,impiannya akhirnya kandas,...adikku yang malang,mengapa tidak ada bahagia menghampirimu...bisik andi sendiri menatap eza yang masi merenung setelah kepergian keluarga mertuanya.
"kakak akan pulang kerumah,ada beberapa pekerjaan yang kakak tinggalkan tadi,kamu tidak masalah dirumah sendiri kan ?"
"mama kemana kak,kok enggak kemari ?"
"mama sedang menginap dirumah temannya,tidak masalahkan kakak tinggal..?"
"ehm.aku sudah terbiasa.."
Andi memeluk adiknya haru,ia mengusap kepala eza dengan lembut,"bersabarlah...ada saatnya bahagia datang padamu,ini ujian.Kamu wanitaku yang paling hebat,jangan menangis,perhatikan kesehatanmu...." Andi melepaskan pelukannya dan berlalu meninggalkan rumah yang kini ditempati oleh adiknya itu..