Eza menghentikan langkahnya mendadak mengingat obrolannya tadi dengan polisi yang ia kenal.
"bukankah aku ikut kesini karna ada beberapa berkas yang harus aku setujui,lalu kemana AURI tadi ?" tanya eza kearah wito,lelaki itu hanya menggeleng,"entahlah,katanya sih begitu."
"aku merasa kita dipermainkan olehnya..." seru eza lagi,ia tertegun sejenak mencari cari keberadaan mertuanya yang bersama anggota AURI tadi.
"kita pulang sekarang..." tak lama eza tertegun mertuanya itu sudah berada didekatnya.
"kenapa pulang,bukankah kalian bilang ada berkas yang harus aku setujui ?"
"tidak ada,ayo cepat..." kata mertuanya itu dengan ketus.Eza hanya menurut tidak ingin bertekak diarea tersebut.
"untuk apa aku ikut,toh tidak ada yang benar benar harus aku urus." eza mulai meluncurkan protesnya kearah mertuanya.Dalam hati ia sudah mengumpat,sial !! aku sudah izin tapi tidak membuahkan hasil apapun.
"AURI itu meminta sejumlah uang untuk pelicin,ia mengatakan untuk membuat perdamaian pada pihak keluarga,juga untuk menyogok jaksa..."
Sudah diduga pasti embel embelnya adalah uang,mereka benar benar tertipu telak.AURI itu hanya menginginkan uang,tidak benar benar membantu malah mempersulit dan membuat semakin lama waktu pengurusan yang berbelit belit.
"aku tidak percaya pada orang itu ma,lebih baik kita urus sendiri..."
"jangan sok tau kamu,kita hanya perlu memberikan uang dan irawan akan bebas.." mertuanya tetap bersikeras,Dasar mertua satu ini.Dia benar benar tidak tau telah dikelabui,umpat eza kesal.Dia yang notaben nya orang berpendidikan sangat peka jika ada yang janggal dari AURI itu,namun mertuanya yang terkesan katrok dan buta huruf tentu dengan patuh mengikuti saja asal anaknya beres.
"Terserah mama,aku tidak ikut campur.Mama mau pinjam ke siapa aku enggak peduli,toh sudah kuperingatkan..."
"Dasar menantu tidak tau diri.." cela mertuanya dengan kesal,eza hanya menatap kearah lain saat mertuanya mulai mengoloknya,wito hanya bisa menggeleng melihat ibu irawan yang tak lain bibi nya kakak ayahnya sendiri.Eza wanita ini terlalu berbesar hati dengan sikap arogan mertuanya itu,sayang sekali....batin wito sendiri.
Eza tak lagi mau tau perihal pengurusan irawan yang terkesan berbelit belit,Namun sang mertua melakukan berbagai cara supaya mendapatkan uang demi membebaskan irawan.Termasuk meminjam kearah desni,ya mantan irawan yang ia tuju untuk masalah ini.
"aku akan pinjamkan uwak uang,tapi apa yang aku dapat jika irawan bebas..."
"kamu boleh memilikinya..." jawab Ana dengan tanpa pikir panjang,desni menaikkan ujung alisnya,ia tidak percaya wanita tua ini seperti menjual anaknya."bukankah irawan sudah mempunyai istri,aku tidak ingin di cap seorang pelakor nantinya..."
"aku tidak butuh menantu sialan itu,dia saja tidak bisa menolong suaminya sendiri.." desni tersenyum kecut,ia tau seperti apa eza.Anaknya baik dan pendiam,tapi kemampuannya luar biasa,mereka berteman dulunya.Tapi saat tau irawan menyukai eza,desni menjauh dan tidak suka melihat wanita pendiam itu lagi.Sayang sekali,mertuanya bahkan juga tidak menyukainya.desni sedikit kasihan dengannya,meski sendirinya ia masih mengharapkan irawan.
Desni pun meminjamkan uang yang jumlahnya tidak sedikit,berkisar dua puluh lima juta yang ia minta dari orang tuanya.Ana tersenyum bangga,ia berjanji akan memisahkan irawan dengan eza dan memberikannya pada desni.Tapi naas nya setelah uang tersebut diberikan kepada AURI guna pengurusan perdamaian dan sogok jaksa uang tersebut malah dibawa AURI tersebut yang menghilang bak ditelan bumi.
"aku sudah katakan jika ada yang tidak beres dari orang itu,mama tidak pernah mendengarkanku..." ucap eza pada saat semua keluarga berkumpul.Mama ana sudah seperti orang gila mengingat uang yang ia pinjam dari desni dibawa kabur.
"lalu bagaimana ini eza,irawan akan mulai sidang minggu depan,sabtu ini ia akan dikirim ke rutan kota P,jika kita tidak menyogok jaksa kemungkinan hukumannya akan lama,irawan pasti akan semakin tersiksa disana..." abang pertama suaminya mulai mengeluarkan suaranya pada eza.Eza hanya terdiam,ia tidak tau lagi harus mengatakan apa.
"eza,kamu punya tabungan kan,tolong bebaskan anakku,huh...tolong dia suami mu bukan,jangan egois eza....keluarkan tabunganmu untuk membebaskan suami mu..." Ana menggenggam jemari eza,ia terpaksa memohon supaya hati menantunya itu melunak,ia harus merendahkan dirinya kini.Eza termenung sesaat,ia punya impian dengan tabungan itu,tapi bagaimana nasib suaminya,ditambah lagi omongan orang yang mengolok oloknya istri seorang narapidana.Ah...kesalnya...batin eza sendiri.
"tolong lah za,berbaik hatilah pada suamimu,bukankah ia sangat menyayangimu..." kali ini abang kedua iraWan yang bicara,eza sudah terpojok dengan tatapan seluruh keluarga iraWan.
"aku akan memberikan uang tersebut,tapi kak andi yang akan mengurusnya,tidak boleh orang lain....mama ataupun abang abang hanya akan menghadiri saat persidangan saja,aku tidak bisa ikut,baik itu sidang atau menjenguk mas irawan,aku tidak lagi memiliki cuti...mungkin aku akan hadir saat sidang putusan saja..." seru eza akhirnya,meski dengan berat hati ia terpaksa harus merelakan tabungannya yang ia simpan beberapa tahun ini.Musnah sudah impiannya,hilang sudah harapan untuk hati sang mama rere tercinta.
Aku harus apa,tidak ada lagi pilihan....maaf ma,mungkin selamanya aku tidak bisa memiliki hatimu....eza membatin pilu sendiri.