Sudah hampir sebulan irawan berada ditahanan polres,sepertinya proses membebaskannya cukup dipersulit.Ya eza tau itu,jika dalam masyarakat hal seperti ini harus menggunakan uang sebagai pelicin agar proses berjalan mulus.Kesalahan fatalnya mereka melibatkan AURI,seperti ini... mungkin saja beberapa hanya beberapa saja dari anggota kepolisian berpikir mengapa anggota AURI masuk kesarang mereka,ingin meraup uang yang seharusnya jadi milik kami,baiklah kami ikuti permainan untuk mempersulit prosesnya....Kemungkinan seperti itu.Singa yang masuk dalam kandang harimau.Eza terduduk menunggu jam besuk tahanan,dan akhirnya ia izin tidak dibayar karna hak cutinya habis,itu karna pihak irawan memintanya datang sebagai istri irawan untuk mengetahui beberapa berkas katanya.
"duduklah disini,aku akan masuk terlebih dahulu..." seru AURI tersebut meninggalkan eza,mama ani dan wito sepupu eza yang kebetulan ikut membesuk.Eza menunggu,ia melihat beberapa polisi yang berlalu lalang.
"eza,iya ezakan..." tiba tiba ada seseorang berseragam polisi memanggil namanya,eza sontak menatap lekat untuk mengenali pemuda itu." hei edwin,kamu..." keduanya lantas bersalaman dan menebar senyuman.Mama ana menatap tak suka pada eza,sementara wito menatap takjub,wanita yang manis sekali,entah itu sikapnya,senyumnya,tawanya,serta pemikirannya...dia sempurna untuk ukuran seorang istri,ah beruntungnya kamu ir.
"kamu ngapain kesini za,ada keperluan ngurus ngurus surat..." tanya edwin setelah bersalaman.Edwin adalah teman sekelas eza waktu SMA,"tidak,aku ingin membesuk suamiku..."
"kamu sudah menikah,ah...sayang sekali...kenapa tidak mengabari ku..." serunya dengan wajah yang dipasang kecewa.Eza tersenyum menanggapinya," ah...aku tidak tau nomor kamu,lagian tidak begitu besar acaranya..."
"oh ya ! tapi kasus apa suami kamu,kok bisa...."
"ah,kasus lakalantas..."
"kenapa tidak diurus,seharusnya bisa langsung bebas sebelum berkas lengkap dan masuk persidangan.."eza mengernyitkan dahinya,sepertinya sudah diurus dari awal kejadian tapi kenapa tidak kunjung selesai...batinnya.
"eza sudah waktunya,ayo..." seru mertuanya dengan kasar memutuskan percakapan keduanya."edwin aku duluan ya...."
"kita bisa bareng,kebetulan aku piket jaga jam besuk,mari..." seru edwin lagi dengan ramah dan berjalan disisi eza.
Eza menatap wajah suaminya,sudah baikan dari awal kejadian.Lelaki itu sudah bisa tersenyum meski gurat wajahnya sedih karna tak kunjung keluar.
"aku rindu sama kamu,aku rindu rumah,masakan kamu..." serunya mengusap pipi sang istri.Eza hanya terdiam membiarkan irawan melepaskan seluruh bebannya,"makanlah nanti,aku bawa makanan untuk kamu..." eza menyodorkan kresek berisi lauk dan makanan lainnya.Ia menyelipkan uang dua ratus ribu disaku suaminya.Eza sudah dengar uang yang diselipkan ditahanan,untuk mereka membeli sesuatu jika tidak suka makanan tahanan,dan juga meminjam ponsel untuk menelpon keluarga dengan membayar beberapa ribu,itu juga jika yang menjaga polisi yang berbaik hati."gunakan seperlunya..."
"aku ingin keluar dari sini,kamu tidak ingin bersamaku..huh..." irawan merengek bak anak kecil,"mama ana sedang mengusahakan agar kamu keluar,aku sudah menyarankan agar bergerak sendiri,tapi beliau menolak..."
"keluarkan aku dari sini sayang..."rengek irawan kembali,mama ana menghampiri mereka."mama akan mengeluarkanmu,jangan berharap pada istrimu ini..." eza hnya menggeleng saja mengingat tempat mereka berada.Tak lama jam besuk pun berakhir,eza berjalan disisi wito,mama ana sudah pergi bersama AURI tadi."kamu tidak berniat membantunya," seru wito tiba tiba,eza menoleh" aku ingin,tapi mertuaku tidak memberi cela...terserah beliau saja..."
"kamu tidak merindukannya....?"
"bohong jika tidak,dia suamiku...aku tidak tega melihatnya terkurung dipenjara,tapi statusku yang hanya istri ini bisa apa,ibunya lebih bersikeras..." wito menatap haru wanita disebelahnya,dia tampak bersikap baik baik saja,tapi nyatanya hatinya terkoyak,merasa tersayat sembilu,suaranya bergetar menandakan ia memendam sejuta kesedihan.
"eza...hei hei..." seseorang dengan seragam polisi lagi tampak menghampirinya bersama pemuda bernama edwin tadi.
"hallo pak komandan.." sapa eza ramah,ia mengenal lelaki paruhbaya itu,seorang polisi yang sering berada didekatnya saat ia menjadi kasir,ia sering menyetor ratusan juta uang ke bank dengan didampingi beliau,sayangnya tak genap satu tahun eza bekerja disana,karna waktu kerja yang menuntut hingga larut malam,kak andi tidak mengizinkan lagi.
"kamu makin cantik heh,sudah menikah kah..?"
"hehe...sudah pak,"jawab eza sambil tersenyum.
"edwin kata kamu menjenguk suami kamu,kenapa tidak diurus aja supaya bebas,bukankah sudah berdamai dengan pihak keluarga,seharusnya bisa bebas bukan..." eza terdiam sesaat,surat perdamaian,itu yang ia dengar ketika AURI itu bicara dengan mertuanya.
"apakah prosesnya lama hingga berbulan bulan pak jika mengurusnya...."
"harusnya tidak,jika sekarang mungkin berkasnya sudah lengkap dan naik ke pengadilan,jika sudah begitu sedikit sulit...harusnya saat masih dipolsek kalian urus..." jawab pak komandan memberi penjelasan,eza mengangguk,ia juga merasa ada kejanggalan dari proses yang dimaksud AURI itu.
Eza berjalan menjauhi polisi tersebut setelah selesai berbincang,"kamu mengenal beberapa polisi disini..." tanya wito kearah eza.
"ehm...beberapa kali aku urus surat seperti sim melalui beliau..." jawab eza,wito mengangguk,betapa spesial dan beraura nya eza hingga setiap orang yang mengenalnya tersenyum saat bersamanya.