Sudah satu bulan Pipit tinggal bersama keluargaku.Kasih sayang ibuku dan perhatian dari ayah membuat dirinya merasa sedikit terhibur.Sejak kecil Pipit dibesarkan dengan orang tua tunggal,ibu Pipit meninggal pada saat Pipit masih kecil.
Sementara ayahnya, Pak Utomo tidak pernah menikah lagi.
Dia membesarkan Pipit seorang diri.
Jadi rasanya wajar kalau saat ini Pipit merasa sangat sedih.Ayah dan ibuku berusaha menghibur dengan mengajaknya jalan-jalan atau melakukan kesibukan lain yang bisa mengalihkan perhatian Pipit.
Usaha orang tuaku tidak sia-sia
Sedikit demi sedikit kesedihan Pipit ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya itu mulai berkurang.
Matanya tidak lagi murung.Senyum manisnya pun mulai mengembang.
Pada dasarnya Pipit adalah gadis yang periang.Suaranya yang merdu menambah ramai suasana rumah kami.Ayah yang sangat jarang tersenyum kini sering tertawa lebar.Kerinduan ayah akan hadirnya anak perempuan dirumah kami kini terobati dengan hadirnya Pipit diantara kami.
Mungkin hanya aku saja yang belum bisa dekat dengannya.Walau sudah satu bulan aku dan Pipit menikah namun hubungan kami masih saja kaku.Aku tidak pernah menyapa Pipit dan dia pun seperti sungkan untuk bertegur sapa dengan ku.Namun begitu hubungan kami masih baik.
Pipit nampak sudah terbiasa dengan sikap dinginku.Dia juga tidak terganggu dengan wajah datar ku.Saat ini Pipit sudah mulai sibuk dengan sekolah barunya.Ayah mendaftarkan Pipit di SMP swasta yang cukup bonafit dan jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.Setiap hari aku mengantarnya ke sekolah dan jika sempat aku pula yang menjemput.
Walau hubungan kami masih saling diam aku rasa aku cukup perhatian kepadanya.Aku seperti mempunyai seorang adik kecil yang harus selalu aku jaga.Hari- hariku serasa lebih berwarna.Setiap hari aku mendengar celotehan yang ramai bagaikan burung Pipit menyapa semua isi rumah.Kami memulai hidup baru dengan suasana rumah yang lebih ramai.Sikap ayah yang biasanya dingin kini terasa lebih hangat.Ia mulai banyak bicara saat dimeja makan.Ibuku pun tampak lebih sibuk mengatur sarapan dan bekal
untuk si burung Pipit.
Dan aku.....
Masih tetap diam....
....
Aku bukan tidak suka pada gadis itu apalagi sampai membencinya.
Tidak....
Aku tidak membencinya....
Aku malah menyukai sikapnya yang periang itu.
Aku senang mendengar celotehannya.
Aku senang melihat sikapnya.
Aku senang menikmati kehadirannya di antara kami.
Mungkin aku adalah penonton yang setia.Aku senang melihat Pipit tampak optimis menjalani hidupnya yang baru.Dia mulai membuka lembaran baru dalam hidupnya dengan lebih baik.Ayah dan ibuku tampak senang melihat perkembangan Pipit.
SIBURUNG PIPIT itu mulai berkicau.Dia mulai memperdengarkan suara merdunya, menghangatkan suasana senyum nya yang manis menghiasi wajah cantiknya.Guratan kesedihan dimatanya kini benar - benar hilang.Berganti dengan sinar kegembiraan.Sinar matanya yang jernih membuat wajah nya semakin nampak menarik.
"Cantik...."
"Burung Pipit ku tambah cantik..."
Semoga harimu semakin membaik
Tak ada lagi kesedihan dan air mata
Semoga kau bisa terus tersenyum.
Karena senyuman manis mu bisa menghangatkan suasana hati ku yang membeku.
Burung Pipit terus lah berkicau agar hariku tambah berwarna.
"Bay....."
"BAYU…."Tegur ibuku.
"Kok makan sambil melamun Bay.....kapan selesainya"tegur ibuku lagi.Aku tidak menjawab teguran ibuku.Kulanjutkan sarapanku sambil sekilas mencuri pandang ke arah Pipit."Kamu ada masalah Bay....kok akhir - akhir ini ayah lihat kamu banyak melamun". Sambung ayah sambil menyantap sarapannya.Sekilas ayah menatap ku dengan penuh selidik.Aku hanya menggelengkan kepalaku dan terus melanjutkan sarapan.
Sial ayah dan ibu memergoki aku melamun tapi untunglah mereka tidak tahu apa yang sedang aku lamunkan.Kutundukan kepalaku untuk menutupi rasa Malu ku.
Aku coba mempercepat sarapan ku agar mereka tidak lagi menanyakan soal lamunanku.Pipit pun tampak terdiam Aku tidak tahu apa yang sedang gadis kecil itu pikirkan.Pernahkah gadis kecil itu memikirkan tentang aku
"aaaakh...apalagi ini
kenapa aku selalu berfikir konyol