Chapter 4 Synestesia Eye
Part 1.
"... Meow!!"
Kimberly bermain di atas permukaan pasir di samping Lamia yang di daratkannya di depan pantai dekat pesawat Humelin berada, sedangkan di sampingnya Scarlet pun ikut mendarat.
"... Kim, apa yang sedang kau lakukan."
Claire berteriak saat dia keluar dari bagian cokpit Scarlet.
"Maaf."
Jawabnya dengan wajah cemberut.
Claire terlihat sedikit marah padanya karena keadaan yang masih sangat berbahaya Kimberly terlihat masih bersantai seperti itu.
Selain Kimberly, di pantai sudah terlihat Kapten George dan Maria yang melihat ke arah awan hitam di atas permukaan air jauh di tengah laut itu, tempat dimana Anemone berada.
"... Master."
Claire dan Kimberly yang mendatangi Kaptern George dan maria memberikan hormat padanya.
"Apa kalian baik baik saja?"
"Aku baik baik saja."
".. Meowww!!"
"Syukurlah. Maaf kami sedikit terlambat karena informasi yang di berikan sedikit terlambat. Selain itu aku tidak melihat keberadaan Sylphia?"
"Dia tiba tiba pergi setelah mengalahkan Groube menuju ke arah utara, Aku tidak tau dia berada dimana sekarang. Bahkan system komnukasi dan radar tidak bisa mendeteksi keberadaannya sekarang. Tapi aku sempat menangkap objek yang mirip dengan yang muncul kemarin di pulau ini."
"Objek yang kemarin."
"Ah, satu lagi aku menemukan seorang perempuan yang memeliki mata seperti Sylphia."
"Mata seperti Sylphia, apa yang kau maksud Synestesia?"
"Ya, ada seorang wanita yang memiliki pola mata mirip Sylphia. Dan aku yakin dia adalah orang yang menaiki objek tersebut, kalau tidak salah namanya Naru."
"Tunggu, kenapa dia memiliki Synestesia?"
Dengan wajah sedikit bingung dan terkejut, Maria mulai bertanya pada Claire.
"Aku juga tidak mengerti kenapa dia mempunyainya, bukankah Synestesia hanya dimiliki oleh Sylphia saja Master?"
"... Ya, Sylphia adalah satu satunya yang mempunyai Synestesia."
"Kalau begitu kenapa wanita bernama Naru itu bisa mendapatkan Synestesia, bukankah Sylphia mendapatkannya setelah menyentuh inti utama dari Anemone yang berada di World End. Apakah wanita bernama naru itu menyentuh Anemone?" Tanya Maria.
"... Menurutku itu tidak mungkin, karena ini adalah kali pertama Anemone muncul di area selatan jepang. Selain itu Sysnestesia memang yang di miliki oleh Sylphia belum tentu di dapatkannya setelah menyentuh inti Anemone yang berada di dalam World End. Sylphia memang satu satunya orang yang selamat setelah inti Anemone menghancurkan kapal pesiar yang di naikinya saat itu, tapi teori yang mengatakan bahwa synestesia di dapatkan saat dia menyentuh inti Anemone itu masih di ragukan sampai sekarang, karena setelah sadar dia mengalami hilang ingatan. "
"... Hilang ingatan?"
"Ya, saat aku masih menjadi bagian militer di World End aku pernah menemuinya saat dia di temukan dan di bawa ke sebuah rumah sakit. Setelah dia sadar, yang dia ingat hanya " Cahaya "."
"Cahaya?"
"Cahaya, apa maksudnya?"
"Tidak tau, Sampai saat ini aku belum tau apa maksud yang di katakannya. Karena itulah semua orang menganggap hal itu hanya imajinasinya saja saat dia tidak sadarkan diri."
"Huh.."
"... Yang terpenting sekarang bagaimana kita mengalahkan Anemone yang berada di dalam sana."
"Master?"
Ucap Claire.
"Ada apa Claire?"
"... Bolehkan aku mencari keberadaan Sylphia. Aku akan mencarinya di bagian utara Pulau, selain itu aku akan mencari informasi objek yang aku katakan sebelumnya, jika ada sesuatu, aku akan kembali secepatnya!!"
"... Hmmm."
Kapten George mulai berpikir sejenak.
"... Master."
"Baiklah Claire, kita memang harus menemukan Sylphia karena aku perlu dia untuk menghancurkan Anemone. Jika kau sudah menemukannya, cepat hubungi aku Claire."
"Yes, Master."
"... Aku?"
"Kim kau harus berjaga disini, jika Groube muncul tiba tiba kita perlu bantuanmu, Mengerti."
"...Myyaaaowww!!"
Mendengar itu Kimberly terlihat sedikit kecewa.
"Baiklah Master, aku akan pergi."
Claire mulai berlari ke arah Scarlet.
Dia mulai memasuki bagian Cokpit dan memasukinya. Scarlet mulai kembali menyala, Dia mulai berubah menjadi type pesawat dan terbang menuju ke arah utara untuk menemukan Sylphia.
"Maria kau ikut aku, kita harus segera bertemu dengan perwakilan militer jepang."
"Baiklah Kapten."
"Kim, tolong berjaga disini. Kami akan segera kembali."
"... Ya !!"
Part 2.
"... Huaaah, apa yang terjadi?"
Naru mulai membuka matanya perlahan.
Kesadarannya mulai kembali. Dia masih kebingungan kenapa dia sampai kehilangan kesadarannya.
"Ah!!"
Dia mulai mengingat bahwa sebelumnya dia sedang bertarung dengan manaiki Spica melawan groube, dia berhasil mengalahkan salah satu Groube itu dan setelah itu "Bammmm" sosok hitam besar mendorong Spica dan menjatuhkannya ke daratan setelah mengalahkan Groube yang satunya lagi. Lalu setelah itu seseorang berada di atasnya, tapi
"Siapa."
Wajahnya yang sedang melihat kearah langit biru mulai tersadar, dia mulai menyadari bahwa dirinya sedang terlentang di atas sebuah benda yang sangat keras. Namun anehnya dia merasa bahwa kepalanya sedang bersandar pada sesuatu yang cukup empuk.
Namun sesaat kemudian.
"Kau sudah bangun?"
Seseorang muncul di depan penglihatan Naru, tepatnya berada di atas Naru.
Dengan cepat naru mengetahui bahwa saat ini dia sedang tertidur diatas pangkuan sosok wanita di depannya. Naru terkejut dan menjauhinya, dia terbangun dan kini sudah menjauhi wanita itu sekitar 1 meter.
Wanita dengan rambut warna hitam dan berkulit putih, memakai pakaian hitam dengan beberapa corak merah-gelap seperti costume wanita asing bernama Claire. Dia memiliki senyuman yang cukup manis dan sangat cantit dengan bola mata berwarna merah.
Selain itu dia bukan orang jepang.
( Tunggu siapa dia, uh... dia yang sebelumya. )
Naru mulai mengingatnya.
"K-kamu?"
"... Hihihi, apa kau mengingatku."
"Dan pakaian itu, apa kau sama seperti Claire seorang pilot pesawat. Benar juga, jika kau memakai pakaian itu..."
Naru mulai melihat ke sekitar, Dia kini berada di atas tubuh Spica yang terlentang.
Saat dia melihat kearah belakang, dia melihat unit robot berukuran beras berwarna hitam berdiri di sana.
"... Kau yang menabrakku sebelumnya?"
"Ya, aku adalah orang yang mengendarai Seraphim."
"Kenapa kau melakukan itu?"
Wanita itu mulai merangkak ke arah Naru perlahan dengan sedikit senyuman di wajahnya, dia terus bergerak mendekati Naru dan semakin mendekat.
Naru mulai muncul, dia mulai menahan tubuhnya dengan kedua tangannya. Kakinya berada di depan, dan terus mencoba untuk bergeser kebelakang.
"...Eh apa yang kau lakukan?"
Naru mulai kebingungan dan sedikit ketakutan, dia melihat wanita it uterus bergerak mendekatinya dengan tatapan yang sangat tajam dan senyuman di wajahnya. Naru mulai merasa bahwa wanita itu tidak akan menghentikan pergerakannya dan akan melakukan sesuatu padanya.
Naru mulai menyadari bahwa dia sudah berada di ujung.
Dia menengok kebelakang dan kini dia sudah tidak ada lagi ruangan untuk bergerak kebelakang. Naru berhenti dan kemudian melihat wanita itu yang kini sudah berada di atas kedua kakinya.
"Tunggu apa yang sedang kau lakukan?"
Naru terus mencoba bertanya pada wanita itu, namun dia seperti tidak mendengarkannya dan terus bergerak mendekatinya.
Naru mulai berbaring di atas wanita asing itu yang kini sudah berada tepat di atasnya.
Matanya saling bertemu satu sama lain.
Wanita itu berhenti bergerak dan tidak melakukan sesuatu untuk beberapa saat.
Naru mencoba bergera, namun seluruh tubuhnya sudah terkunci. Kedua tangan wanita itu berada di kedua sisi wajahnya, sedangkan kedua kakinya sudah berada di kedua sisi kakinya. Saat Naru mencoba menggerakan kedua kakinya, kaki mereka bersentuhan satu sama lain.
Tentu saja itu membuat Naru merasa bingung dan juga merasa sedikit aneh.
Wajahnya sedikit memerah karena wanita itu terus menatapnya.
"...Apa yang kau lakukan?"
Naru mulai bertanya sekali lagi padanya.
Mulut wanita itu mulai terbuka, dia mengatakan sesuatu dengan sangat pelan saat berada di atas Naru.
"Akhirnya aku bisa berada di dekatmu."
"..E, a-apa maksudmu?"
"... Namamu?"
"Na-Naru , Ichikawa Naru."
"Naru."
"Kenapa kau menanyakan namaku?"
"... Matamu sangat indah."
Dia mulai mendekatkan wajahnya menjadi sangat dekat sekali. Kedua wajahnya kini sudah menjadi sangat dekat sekali. Tentu saja itu membuat Naru menjadi kebingungan dan merasa sangat Malu, terutama dengan posisi yang mereka lakukan saat ini.
Naru mencoba menahan tubuhnya dengan menggerakan kedua tangannya, Namun sesaat kemudian wanita menangkat kedua tangan Naru dengan cepat dan menahannya kembali ke permukaan tubuh Spica.
Naru kini dalam posisi seperti seorang ketika mengangkat kedua tangan saat di todong oleh senjata, namun dengan posisi terlentang. Kedua tangan wanita itu mulai menyentuh permukaan tangan Naru dan kemudian dia menyisipkan jari jarinya pada seluruh jari Naru dan menggenggamnya.
"Eh, apa yang kau lakukan?"
"... Aku tidak akan melepaskanna, aku sudah mencarimu kemana mana dan akhirnya menemukanmu. Apa kau tidak mengingatku, kau menyelamatkanku waktu itu?"
( Apa yang dia katakan? )
"... Heh, menyelamatkanmu?"
"Kau menolongku saat aku tenggelam. Dan unit yang kau kendari adalah Spica benarkan?"
"... Spica, kenapa kau mengetahui Nama robot itu?"
"Sentu saja aku mengetahuinya karena kau yang bilang padaku bahwa kau yang mengatakannya waktu itu. Kau mengatakan bahwa Spica berbicara padamu dan menyuruhnya untuk menolongmu."
"Heh."
Naru mulai merasa sangat bingung dengan apa yang Wanita itu katakan.
Wanita itu seperti mengenal Naru, tapi tentu saja Naru tidak mengenalnya karena ini adalah kali pertama dia bertemu dengannya. Selain itu dia mengetahui nama Robot yang di kendarai oleh Naru.
"... Aku sangat ingin bertemu denganmu."
Dia mulai mendekat, wajahnya kini sudah berada sekitar 5 cm dari wajah Naru.
Matanya mulai di pejamkan, dan kini bibirnya mulai mendekati Naru.
Dia seperti ingin mencoba mencium Naru.
Naru mulai merasa gelisah, dan kemudian dia mulai berteriak.
"Ma-maaf!!"
Wanita itu berhenti.
"... Ma-maaf, aku tidak mengerti sama sekali apa yang kau katakan. Aku tidak pernah ingat pernah menyelamatkanmu, atau lainnya karena ini adalah kali pertama kita bertemu. Selain itu robot yang kau katakan Spica itu, a-aku menemukannya."
"Huh?"
Melihat Wanita itu berhenti tepat di depannya, Naru merasa cukup tenang.
Namun karena dia berada di dekatnya, dia bisa merasakan nafas wanita itu di dekatnya. Itu membuat Naru merinding dan merasakan perasaan yang sangat aneh. Dia bisa merasakan aroma tubuh wanita itu dengan sangat jelas.
Namun karena dia mencoba untuk menciumnya, Naru menghentikannya.
Tidak mungkin 2 orang wanita saling berciuman satu sama lain, itu sangat aneh. Itulah yang dia rasakan saat ini.
Tapi kenapa wanita di depannya mencoba melakukannya tanpa rasa malu sedikitpun, dia terlihat tenang saat melakukannya atau bisa di bilang dia memang ingin melakukannya.
Dari apa yang di katakannya, dia mengira bahwa Naru adalah orang yang ingin dia temui. Orang yag mengendarai Spica dan menyelamatkannya dulu. Namun tentu saja itu bukan dirinya, karena Naru baru pertama kali bertemu dengannya.
Wanita itu masih melihat Naru dengan tenang.
"... A-ano, apa kau bisa bergeser. Aku merasa sangat malu dalam posisi seperti ini."
"Hmmm, Ah maafkan aku."
Setelah Naru mengatakan itu, akhirnya wanita itu mulai bergerak dari posisi itu.
Naru mulai menghembuskan nafasnya, dia merasa sangat lega akhirnya bisa merubah posisi yang cukup membuatnya mendapatkan perasaan sangat aneh. Selain itu Naru masih merasa malu dengan apa yang akan terjadi beberapa saat lalu.
Mereka akan berciuman.
"... Maaf, boleh aku bertanya sesuatu?"
"..Hmm?"
"Apa kau adalah teman dari wanita bernama Claire. Aku bertemu dengannya beberapa waktu lalu?"
"Aku mengenalnya, Ah iya aku belum memperkenalkan diriku kan... Namaku Sylphia Adelin. Dan terima kasih telah menolongku."
"... Sylphia, senang bertemu denganmu. Ta-tapi aku sudah mengatakan bahwa aku pertama kali bertemu denganmu."
"Tidak apa, yang penting kau adalah orang yang menaiki Spica. Aku yakin kau adalah orang menolongku waktu itu. Selain itu kita memiliki mata yang sama. Kita sudah terhubung oleh takdir, karena itulah kita bisa bertemu."
"Mata yang sama?"
"Yup, apa yang kau lihat aku bisa mengetahuinya. Aku sangat senang bisa memiliki mata yang sama denganmu."
Naru mulai melihat matanya yang berwarna merah itu, bola matanya sangat indah sekali.
Naru mulai sadar.
"... Uh, apa kau bilang mataku ini sama sepertimu?"
"Yup."
Jawabnya dengan tersenyum manis.
Saat bangun pagi, Naru mulai menyadari bahwa bola matanya berubah menjadi biru. Dia tidak mengetahui penyebab dari berubahnya warna bola matanya itu, namun tentu saja dia mengkaitkannya dengan Spica karena sebelumnya dia mengendarai Spica.
"... Bisakah kau bilang padaku, apa yang terjadi dengan mataku ini?"
"... Synestesia."
"Synestesia?"
"Mereka menamai mataku seperti itu, setelah aku mendapatkan mata ini aku bisa melihat banyak cahaya di sekitarku. Cahaya cahaya itu bergerak kearahku."
( Cahaya ? )
Cahaya yang bergerak, Naru mulai mengingat bahwa saat pertama kali dia menggunakan Spica ada banyak cahaya yang sempat dilihatnya. Cahaya itu bergerak ke arahnya yang berjumlah sangat banyak.
"... Aku juga melihatnya saat pertama kali menaiki Spica kemarin."
"Aku juga melihat cahaya itu di saat bersamaan kemarin. Aku bisa merasakanmu karena kita sudah terhubung. Aku tau bahwa aku akan bertemu denganmu lagi."
"..Eh?"
"Saat mengalahkan Groube apa kau merasa bahwa waktu sempat berhenti."
"Waktu berhenti, benar... aku merasakan saat melawan monster itu sebelumnya."
"Itu adalah kemampuan yang dimiliki oleh kita berdua saja, mata kita berdua memiliki kemampuan yang sama."
Naru terkejut.
Tentu saja dia tidak menyangka bahwa saat ini dia memiliki sebuah kekuatan aneh pada dirinya. Naru merasa sangat aneh, dia sedikit tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Sylphia di depannya.
Seperti sebuah mimpi?
Tidak mungkin orang biasa sepertinya memiliki kemampuan aneh seperti itu, meskipun dia sudah merasakannya.
Sebuah kota menu bertuliskan " Calling " muncul di atas alat di pergelangan tangannya.
Kotak itu menghilang dan kemudian ikan koi merah ( IA ) milik Naru muncul.
"... Ada panggilan masuk Hime."
"Mea, dari siapa?"
"Miyu-sama."
"Miyu!"
Naru sempat melupakan Miyu, sebelumnya dia berjanji pada Miyu untuk menemuinya di sebuah tempat perlindungan di gunung bagian utara. Dia mencoba menghubunginya namun dia tidak bisa karena ada sebuah sinyal yang mengganggu jaringan Oxcy.
Sinyal yang di pancarkan oleh Groube.
Namun karena kedua Groube sudah di kalahkan kemungkinan besar system komunikasi sudah kembali menjadi normal.
"... Ada apa Naru?"
"Maaf, temanku menelponku. Dia pasti mengkhawatirkanku saat ini."
"...Hmmm?"
"Aku akan mengangkatnya, maaf Sylphia-san.... Mea Accept."
Naru membalikan badannya membelakangi Sylphia.
"Ryoukai Naru-hime."
Naru mulai menerima panggilan itu.
"...Ah tersambung, Halo Naru, apa kau bisa mendengarku Nar?."
Suara miyu mulai terdengar, dari nada suaranya Naru mengetahui bahwa dia memang sangat Khawatir.
"Miyu, aku bisa mendengarmu."
"Akhirnya...Hiks.Hiks, akhir aku bisa mendengar suaramu, aku sangat khawatir dengan keadaanmu Naru?"
Miyu terdengar sedang menangis.
"Ah, maafkan aku Miyu, jangan menangis aku tidak apa apa."
"Naru kau berada dimana, aku sudah bertemu dengan Rika dan ayahmu. Mereka ada disini."
"Onee-san apa kau baik baik saja."
"Rika, apa kau baik baik saja?"
"Aku baik baik saja Onee-chan, tapi kau harus segera kesini. Ayah sedang sangat mengkhawatirkanmu, dia bahkan membentak orang orang bersenjata yang menghalanginya untuk keluar dari sini. Dia mencoba untuk mencarimu Onee-san."
"Ahh, Maaf. Aku akan segera kesana, kau bisa bilang pada ayah bahwa aku baik baik saja tidak perlu khawatir. Aku dalam perjalanan."
"...Oh baiklah Onee-san, tapi cepat segera ketempat ini sebelum ayah marah besar."
"Baiklah."
"Hallo."
"Eh, Sylphia."
Naru terkejut sesaat mendengar Sylphia sudah berada di dekatnya dan berkata halo.
"Eh... Aku mendengar suara orang lain di dekatmu. Sylphia?"
"Halo, Mein name ist Sylphia. Mach dir keine Sorgen, ich werde Naru schützen"
"Eh... apa? Aku tidak mengerti Naru.. siapa yang bersama denganmu."
"Ahhh, Maaf Miyu aku akan menghubungimu lagi , Kita akan bertemu nanti."
"Tunggu Naru..."
"Mea, Reject."
Naru menutup teleponnya, dan kemudian berbalik kearah Sylphia.
"Apa yang kau katakan?"
"Maaf, aku hanya ingin memperkenalkan diriku pada temanmu. Selain itu aku mengatakan aku akan melindungimu, jadi mereka tidak perlu khwatir."
"... Heh, mereka tentu saja tidak akan mengetahuinya jika kau berbicara dalam bahasa—Eh"
"German, aku berbicara bahasa German. Aku lahir disana."
"German?"
"Claire berasal dari Francis, dan Kimberly berasal Inggris. Kami bertiga berasal dari negara yang berbeda. Selain itu sepertinya ada seseorang yang akan memarahiku sebentar lagi, hihihi.."
"Apa?"
Hanya berselang beberapa saat setelah dia mengatakan itu, hembusan angin yang cukup besar mulai terjadi di area dimana mereka berada.
Angin itu sangat besar.
Selain angin ada sebuah suara seperti mesin menyala terdengar di sekitar sana membuat pendengaran Naru sedikit terganggu. Suara yang berasal dari atas langit.
"... Sylphia!"
"Hehehe."
Saat Naru melihat ke arah langit, sosok besar berwarna merah berada di sana dan mulai mendarat.
Dari suara dan bentuk dari pesawat itu, Naru yakin bahwa dia adalah wanita yang di temuinya tadi pagi, seorang wanita dengan rambut pirang-emas, Claire.
Part 3.
"Uahhhh, maafkan Sylphia Naru."
Claire yang keluar dari Scarlet kini sudah berada di atas tubuh Spica yang maish tergeletak di atas permukaan tanah. seperti yang di katakan oleh Sylphia sebelumnya, Claire memang memarahi Sylphia setelah dia datang.
"... Tidak apa apa."
"Selain itu, ternyata memang benar bahwa kau yang menaik objek kemarin siang."
"...Ahhahaha."
"Tapi dimana kau menyembunyikan benda besar ini?"
"...Ah—itu, setelah kejadian kemarin aku kembalikan di tempat semula, benda ini aku temukan di sebuah gua di belakang bukit."
"Hmmm, jadi kenapa kau mengeluarkannya."
"Itu karena ada 2 monster yang menuju ke arah utara. Karena di utara ada tempat perlindungan di mana seluruh orang kini mengungsi disana, saat melihat monster itu menuju ke sana akhirnya aku memutuskan untuk menggunakannya."
"Apa kau berhasil mengalahkannya?"
"Aku berhasil mengalahkan 1, dan yang satunya lagi di kalahkan oleh Sylphia."
"Ehhh, ternyata kau bisa mengalahkannya. Aku minta maaf karena tidak menyadari Groube menuju ke sini."
"... Ah, tidak yang penting sekarang semuanya sudah selesai."
"Sudahlah Claire kau tidak perlu mengintrogasi Naru."
Ucap Sylphia.
"Kau sendiri, kenapa malah pergi kesini dan mematikan komunikasi. Kita harus kembali ke Humelin dan bertemu dengan Master, kita harus mengalahkan Anemone sebelum Groube kembali muncul dan menghancurkan pulau."
"Maaf, aku pergi kesini karena aku harus melindungi Naru."
"Melindungi... apa yang kau bicarakan. Itu tidak penting sekarang, kita harus segera pergi."
"...Ehhhh."
"Selain itu, Naru" Claire melihat ke arah Naru." Aku harus meminta maaf, tapi aku harus membawamu. Kau harus ikut bersama kami, Master ingin bertemu denganmu."
"Master?"
"Master, itu adalah atasan kami berdua. Kau tidak perlu khawatir, dia adalah orang cukup baik. Jika terjadi sesuatu aku akan melindungimu Naru."
Sylphia memegang tangan Naru dan tersenyum padanya.
"...Ehh, tunggu sebentar aku tidak bisa pergi dengan kalian. Aku harus pergi menuju tempat pengungsian secepatnya."
Naru mencoba untuk melepaskan tangan Sylphia.
Namun genggaman tangan Sylphia cukup kuat, meski begitu Naru mencoba melepaskannya dengan perlahan. Naru tidak mau melakukannya dengan paksa, dia lebih ingin mencoba melepaskannya dengan sedikit memohon pada Sylphia.
"Apa kau akan mengendarai Spica untuk kesana."
"...Spica, apa yang kau maksud nama dari unit ini Sylphia?"
"Ya."
"Aku harus segera kesana secepatnya."
"Kau tidak bisa kesana sekarang Naru. Jika kau melakukan itu, Militer jepang akan menagkapmu."
"Menagkapku, kenapa?"
"... Apa kau tau kondisi sekarang ini, jika kau pergi membawa unit yang sedang mereka cari maka mereka akan mengambilnya sebagai barang bukti. Karena kejadian kemarin, situasi di pulau sudah menjadi sangat panik. Selain itu kau telah melanggar beberapa aturan yang terjadi yang membuat kepanikan dan bahaya, kau bisa di penjara."
"... Di penjara?"
"Karena itulah kau tidak bisa pergi kesana."
"Kalau begitu bagaimana aku bisa kesana, aku harus bertemu dengan keluargaku. Jika aku tidak kesana, mereka akan sangat khawatir."
"... Kalau begitu, aku akan membawamu Naru, serahkan saja padaku."
Sylphia berbicara sambil melihat ke Naru dengan cukup serius saat ini.
Sylphia berusaha menolong Naru, tapi tentu itu membuat naru sedikit terkejut. Kenapa Sylphia mau melakukan itu untuk dirinya.
"Sylphia, aku sudah bilang kita harus kembali ke Humelin terlebih dahulu. Selain itu, jika kau kesana kau akan ikut di tangkap juga. Master sedang mengurus semuanya saat ini, jika kau kesana sebelum Master dan militer jepang membuat kesepakatan kau akan di tangkap juga. Mereka sedang mendiskusikan rencana bersama Mikado, Master menyuruh kita untuk kembali terlebih dahulu sebelum bergerak."
"... Jadi bagaimana cara Naru bisa ke sana?"
"Tapi, kenapa kau ingin sekali menolong Naru?"
"... Kenapa, karena aku harus melindunginya. Aku tidak akan membiarkan mereka menangkap Naru."
Mendengar itu Naru semakin kebingungan terhadap tingkah Sylphia.
Meskipun ini pertama kali mereka bertemu, apa yang dikatakan Sylphia memang bukan sebuah candaan.
Meskipun Naru sempat mengira Sylphia adalah gadis cukup aneh, namun saat ini dia merasa bahwa Sylphia adalah wanita yang sangat baik. Tentu saja, tidak terlihat sebuah kebohongan sama sekali di wajahnya.
Dia memang mengatakan hal yang tidak di mengerti Nar, namun Naru tau bahwa apa yang dikatakanya memang benar.
"... Aku akan berbicara dengan Master, tunggu sebentar."
Ucap Claire sambil mengangkat Oxcy di tangan kirinya, IA miliknya muncul dan kemudian di berbicara.
"Scarlet, tolong hubungi Master. Video Call"
Menunggu.
Sebuah kotak menu muncul di depan Claire.
"Claire ada apa?"
Akhirnya seseorang menerimanya, namun yang berbicara bukan Master George. Seseorang yang menjawab komunikasi dan berada di dalam kotam hologram adalah Maria.
"Maria, kenapa?"
"Saat ini Kapten sedang berbicara dengan tuan Mikado dan kapten Hiroshima dari militer jepang, kau tidak bisa menghubunginya saat ini. Selain itu ada perlu apa Claire, bukankah kau sedang mencari Sylphia. Bagaimana apa kau sudah menemukannya?"
"Aku sudah bertemu dengan Sylphia dan dia sedang bersama denganku saat ini. Tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Aku juga bertemu dengan wanita yang kubicarakan sebelumnya. Dia sedang bersama kami sekarang."
"... Apa yang kau maksud wanita yang mempunyai Synestesia?"
"Ya, dia ada disini bersamaku. Seperti yag ku duga sebelumnya, dia adalah orang yang mengendarai objek yang muncul di pulau ini kamari dan saat ini aku berada di atas benda tersebut. Sepertinya benda tersebut sebuah unit robot berukuran besar, selain itu bentuknya sedikit mirip dengan Type Zero S milik Sylphia."
"... Type Zero S?"
Maria terkejut.
"Ya."
"Nona Maria, aku ingin meminta sesuatu padamu?"
Tiba tiba Sylphia mendekati Claire dan berbicara untuk meminta bantuan pada Maria.
"Sylphia apa yang kau katakan barusan?"
"Aku akan pergi ke bagian utara menuju tempat perlindungan seluruh orang di pulau ini, tolong sampaikan pada Master dan Mikado untuk berbicara dengan pihak dari jepang agar tidak menangkapku. Aku akan menuju kesana sekarang, aku mohon."
"Tunggu Sylphi—"
"Kalau begitu sampai jumpa, aku akan kembali ke Humelin setelah pekerjaanku selesai."
Sylphia mulai berlari kearah Naru, dia mengambil tangannya.
"...Eh?"
"Ayo Naru, aku akan membawamu kesana.... Seraphim!!"
Pada bagian mata Seraphim yang berada di belakang Claire mulai menyala, kedua tangan Seraphim mulai bergerak. Kedua tangannya merapat saat mengarah pada Sylphia yang memegang Naru di atas tubuh Spica.
Meskipun Sylphia tidak mengemudikannya, Seraphim mampu bergerak dengan sendirinya.
"...Sylphia apa yang kau lakukan?"
Teriak Claire yang masih berada di atas tubuh Spica yang tergeletak.
Sementara itu Sylphia dan Naru kini mulai menaikit telapak tangan Seraphim yang kemudian akan terbang, sayap di bagian belakangnya mulai bergerak. Sesaat Naru berpindah dari tubuh Spica ke tangan Seraphim, Michi keluar dari dalam Cokpit tubuh Spica dan berlari ke arah Naru. dia melompat ke arah Naru.
#Chi...Chi
"..Michi!!"
Sesaat kemudian Seraphim terbang dan pergi menuju ke arah Utara meninggalkan Claire yang masih berada di atas Spica sendirian.
Part 4.
".... Aku berterima kasih karena kalian sudah datang kemari, tapi aku tidak bisa membiarkan kalian mendapatkan Cube dari Anemone seluruhnya. Kami akan memberikan ijin, tapi dengan syarat."
Seseorang yang memakai pakaian sangat rapi mulai berbicara. Dia duduk di kursi dengan di damping Kapten Hiroshima di belakangnya.
"Syarat, apa maksudmu?"
Sementara itu, di depannya Kapten George, Mikado, dan Yuzuki sedang mendengarkan permbicaraannya. Mereka saat ini sedang mencoba meminta ijin untuk menyerang Anemone yang kini berada di laut Tanegashima. Meskipun ijin terbang menuju jepang sudah di terima, tapi untuk menyerang Anemone Mikado yang sebelumnya berbicara dengan mereka belum menemui kesepakatan.
"Jika Anemone di kalahkan maka kalian tidak bisa mengambil seluruh Cube yang berada dalam Anemone."
"Apa yang kau katakan tuan Shindo?."
Tanya Mikado dengan sedikit tersenyum pada pria bernama Shindo.
Dia adalah menteri pertahanan yang merupakan pemimpin dari seluruh pasukan di jepang.
"... Heh jadi kita sendang membuat kesepakatan disini."
"Tentu saja, kalian adalah organisasi yang cukup di segani di dunia. Tapi jika kalian memasuki wilayah kami, maka kalian harus mematuhi setiap peraturan disini. Tentu saja kalian harus mengalahkan Anemone terlebih dahulu karena itu sudah menjadi tugas kalian, tapi kalian tidak di perbolehkan mengambil Cube yang berada di dalamnya."
"... Apa yang sedang kau katakan. Kita sedang menghadapi Groube, seluruh orang di pulau ini dalam bahaya kenapa kau bisa mementingkan Cube saja."
Kapten George berbicara dengan nada cukup tinggi.
Setelah mendengar perkataan dari Menteri Shindo, Kapten George sedikit marah padanya yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
Kapten George sedikit merasa marah karena ijin dari pemerintah jepang untuk segera menyerang Anemone belum di berikannya.
Salah satu problem yang sangat besar dalam mengalahkan Anemone adalah ketika Anemone muncul di kawasan yang termasuk ke dalam sebuah zona negara. Jika Anemone muncul di sebuah negara, maka tentu saja itu menjadi sangat berat untuk pasukan Ox Cyber mengalahkannya karena mereka harus meminta ijin terlebih dahulu dari negara dimana Anemone muncul.
Salah satu masalahnya adalah karena Cube.
Sebuah sumber energy yang berada di dalam tubuh Anemone.
Jepang adalah salah satu negara yang mengembangkan energy tersebut, karena itulah untuk mendapatkan ijin memang akan sangat sulit.
Meskipun Mikado berasal dari jepang, dia tidak bisa berbuat apa apa jika menyangkut masalah ini.
"... Tuan Shindo, baiklah aku akan menerima itu. kondisi sekarang ini memang sangat berbahaya, jadi kita tidak bisa menunggu cukup lama. Kau bisa memberikan ijin itu sekarangkan tuan Shindo-san?."
"Ya, kau bisa melakukan apa yang menjadi tugas kalian."
"Tunggu Mikado."
"Maaf Kapten George, untuk sekarang aku serahkan semuanya padamu. Pasukan Humelin sudah mendapatkan ijin sekarang, jika Anemone berhasil di kalahkan kita pergi dari sini."
Ucap Mikado dengan nada yang masih santai.
"... Baiklah kalau begitu."
"Selain itu tuan Shindo, aku berharap kau bisa membantu kami untuk menyerang Anemone, kami tidak bisa melakukannya sendiri."
"Tentu saja, Kapten Hiroshima sudah mengirim pasukan tambahan menuju pantai untuk membantu kalian semua mengalahkan Anemone."
"Jika begitu, baiklah. Ah satu lagi, selain itu aku ingin memastikan bahwa seluruh anggota kami memiliki ijin keselamatan saat berada disini."
"Tentu saja, seluruh anggota kalian akan keluar dari jepang dengan aman. Kami tidak akan menyentuh barang apapun yang menjadi milik kalian, setelah Anemone menghilang kalian bisa pergi."
"Kalau begitu terima kasih. Kami akan pergi."
Mikado, Kapten George, dan Yuzuki mulai berdiri dan meninggalkan ruangan ini.
Mereka berjalan menuju keluar.
Saat ini mereka sedang berada di sebuah tempat pangkalan militer yang di bangun sejak kemarin di sebelah utara dari pantai.
Seluruh pasukan militer terlihat berlalu lalang di sekitar sini.
Tank, Helicopter, pesawat tempur, bahkan unit Cyberthrone sudah di siagakan di tempat ini yang jumlahnya memang tidak sedikit. setelah kejadian kemarin siang, seluruh pasukan memang di siagakan di tempat ini termasuk bantuan pasukan dari Tokyo.
Setelah Kapten George, Mikado, dan Yuzuki keluar, Maria sudah menunggu mereka di sana.
Di belakangnya terparkir sebuah mobil milik pasukan militer jepang dengan seorang pengemudi yang akan mengantar mereka kembali ke Humelin yang berada di pantai.
"... Mikado, apa yang kau katakan sebelumnya?"
"Sudahlah Kapten George, kita sudah mendapatkan ijin dari mereka yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengalahkan Anemone. "
"Tapi jika kita menyerahkan Cube, itu akan sangat bahaya. Mereka tidak tau bahayanya benda itu."
"Dia adalah orang yang sangat sulit di beritahu, aku sudah tau sifat dari Shindo. Dia bukan orang yang mudah untuk di beritahu, meskipun kita memberitahu seberapa besar bahaya dari Cube, dia tidak akan mendengarkan kita. Kita sudah mendapatkan ijin, jadi sekarang kau dan seluruh pasukanmu hanya perlu mengalahkan Anemone saja. Berhati hatilah Kapten."
"... Baiklah."
"Kapten, Claire menghubungi beberapa saat lalu. Dia mengatakan bahwa sudah menemukan Sylphia. Claire mengatakan bahwa saat ini Sylphia sedang bersama dengan gadis bernama Naru itu."
"... Naru, aku pernah mendengar namanya. Claire pernah berbicara denganku sebelumnya."
"Naru, bukankah itu gadis yang memiliki Synestesia yang di bicarakan oleh Claire. Kenapa Sylphia bisa bersama dengannya."
"Selain itu gadis bernama Naru itu memang benar orang yang menaiki objek kemarin siang. Benda yang terbang kemarin adalah unit yang hampir mirip dengan Type Zero S."
"Type Zero S."
"Ya, itu yang dikatakannya."
"... Dimana mereka sekarang?"
"Sylphia dan gadis itu sedang menuju sebuah tempat perlindungan di bagian utara pulau. Sedangkan saat ini Claire berada dengan objek yang gadis itu beri nama Spica."
"Spica."
"... Kalau begitu, aku akan menemui Sylphia dan gadis itu. Suruh Claire untuk menjadi benda yang bernama Spica itu, dan Kapten kau pergi menuju Humelin. Tunggu sampai Sylphia kembali."
Ucap Mikado.
"... Apa yang kau rencanakan Mikado?"
"Tidak perlu khawatir, ikuti saja perintahku dan bersiaplah."
"...Huh."
"Yuzuki!!"
Mikado dan Yuzuki mulai meninggalkan Kapten George dan Maria, mereka berdua menuju ke tempat helipad. Mereka akan pergi menuju ke tempat perlindungan menggunakan helicopter yang mereka gunakan sebelumnya.
Part 5.
"... Biarkan aku keluar, aku harus menemukan anakku yang masih berada di pulau!"
Seorang pria bertubuh cukup besar, mencoba menerobos masuk 2 orang pria di depannya yang memakai seragam militer. Dia adalah ayah Naru dan Rika, Ichikawa Endo.
"Kau tidak bisa keluar dari sini, keadaan di pulau sedang dalam bahaya. Tunggu disini dan biarkan pasukan kami mencarinya, jika mereka menemukan anakmu kami akan memberitahumu."
Ucap salah seorang tentara yang menahannya.
""Kau tidak bisa menghalangiku!"
"... Ayah, apa yang kau lakukan. Kakak sudah menelpon beberapa saat lalu, dia baik baik saja. dia sedang menuju kesini."
Rika bersama Miyu berada di belakang ayahnya mencoba menenagkannya, namun meskipun Rika berbicara dengannya dia masih terus mencoba keluar dari sini.
Saat Naru memutuskan komunikasinya, Ayahnya memang tidak sempat untuk berbicara dengan Naru. Karena itulah dia masih merasa khawatir dengan keadaan Naru karena dia belum datang ke tempat ini.
Beberapa orang yang merupakan warga pulau Tanegashima terlihat mencoba menenangkan dia dengan memegang tubuhnya, namun karena dia masih merasa khawatir dia terus mencoba keluar dari tempat ini.
Tempat perlindungan berada di bawah gunung.
Sebuah barak berukuran besar dengan dinding beton di buat untuk sebagai tempat perlindungan, selain itu tempat ini dulunya adalah sebuah pangkalan udara untuk menyimpan pesawat tempur. Namun karena peperangan melawan groube yang terjadi di utara jepang sudah berakhir, akhirnya tempat ini sudah di tinggalkan dan tempat ini hanya di jadikan tempat perlindungan bagi seluruh warga Tanegashima jika terjadi sesuatu yang berbahaya, seperti saat ini.
Karena pulau tanegashima di kelilingi oleh laut, maka kemungkinan Anemone muncul sangat besar.
Di sekitar tempat ini sudah banyak di siagakan banyak sekali tank sebagai perlindungan dan juga puluhan tentara yang bertugas untuk melindungi tempat ini.
"... Ayah sudahlah, kakak akan segera menuju kesini jadi tunggulah sebentar lagi!"
"Aku harus mencarinya!"
Sesaat beberapa orang dan 2 tentara itu mencoba menghentikannya, tiba tiba sebuah hembusan angin besar terjadi di tempat itu.
Sosok hitam besar muncul dari arah selatan, yaitu tepat di depan mereka.
Sosok hitam menyerupai robot yang terbang dilangit sedang menuju ke arah mereka. Beberapa tentara yang berada di sana mulai bersiap bersiaga.
Beberapa tank sudah di siapkan untuk menembak ke arah sosok hitam tersebut,.
Beberapa orang yang berada di luar mulai memasuki bagian dalam tempat perlindungan tersebut setelah beberapa tentara menyuruh mereka untuk masuk.
"... Kalian cepatlah masuk."
Perintah tentara yang sebelumnya menahan ayah Naru.
"Ayah."
"Rika, Paman kita harus masuk kedalam"
Teriak Miyu.
Beberapa saat kemudian sebuah panggilan masuk pada Miyu, panggilan dari Naru.
"...Naru?... Accept"
"Kakak."
"Halo Naru,"
"...Azzzzz.Azzzzzzzzz... Miyu apa kau mendengarku. Azzz"
Suara bising terdengan dari panggilan jalur komunikasi saat ini membuat suara Naru sedikit kurang jelas.
"Aku tidak bisa mendengar jelas apa yang kau katakan Naru, kau sedang berada dimana!"
"Aku di depanmu, di atas Robot besar yang berada tepat di depan tempatmu."
"...Ehhh, apa kau bilang kau sedang menaiki robot itu!"
"Ya aku berada di atasnya."
"Ehh."
Robot berukuran besar itu kini berada di atas tempat itu, dan kemudian mulai mendarat dengan bagian kaki terlebih dahulu.
Kakinya robor itu mulai mendarat perlahan dan kemudian berjongkok.
Beberapa pasukan militer mulai mengarahkan senjatanya pada robot itu, namun ketika robot itu mulai menurunkan kedua tangannya ke permukaan terlihat orang berada di atas telapak tangannya.
Ketika mesin robot itu berhenti dan seluruh orang melihat 2 orang wanita turun dari tangan robot itu, situasi yang beberapa saat dalam kondisi panik mulai menjadi tenang. Pasukan tentara militer yang sebelumnya mengarahkan senjatanya pada robot itu mulai menurunkan senjata, namun mereka tetap bersiaga dan mulai mendekati mereka berdua.
"... Angkat tangan kalian berdua."
Naru terkejut dan mengangkat tangannya, sedangkan Sylphia yang berada di sampingnya terlihat masih tenang.
"Siapa kalian berdua?"
"... Naru!!."
"Kakak."
Miyu mulai berlari ke arah Naru yang sedang mengangkat tangannya di ikuti dengan Rika di belakangnya.
"... Miyu, Rika. Maaf membuatmu khawatir."
"Tunggu Kakak apa yang terjadi, kenapa kau bisa menaiki benda itu. dan siapa wanita cantik di sampingmu itu."
"Halo!"
"Orang asing, apa dia yang berbicara sebelumnya. Apa dia pilot dari benda ini?"
"... Uh, aku akan menjelaskannya nanti. Ceritanya sangat panjang. Bagaimana dengan ayah?"
"Dia berada disana!"
Dia melihat Ayahnya berada di balik tentara yang masih mengepung mereka, Naru mulai berjalan bergerak kedepan. Namun sesaat kemudian sesaat dia akan berjalan, tentara yang sebelumnya bersiap mulai menodongkan pistolnya kembali.
"... Jangan bergerak!"
"Eh."
Mungkin seluruh tentara disana masih belum mengetahui Naru karena dia baru saja turun dari robot besar itu.
Beberapa saat kemudian Sylphia berjalan ke arah depan dimana Naru berada dan menjadi penghalang untuknya.
Sesaat Sylphia berdiri di depan seluruh pasukan yang menodongnya, sesaat itu pula robot di belakangnya mulai bergerak kembali. Seraphim yang sebelumnya dalam posisi berjongkok mulai berdiri tegak seperti sebuah tanda perlawanan.
"... Jika kalian menyakitinya, aku akan menghancurkan tempat ini!"
Ucap Sylphia yang terlihat sedikit marah.
Seraphim kemudian mulai bergerak, kedua tangannya mulai bergerak ke arah samping belakang dan menarik sebuah benda. 2 benda yang diambilnya mulai bercahaya membentuk sebuah senjata seperti sebuah pedang laser.
Hembusan angin cukup besar terjadi di sana.
"Sylphia apa yang kau lakukan!?"
Beberapa saat kemudian sesaat suasan menjadi sedikit menjadi memanas antara Sylphia yang sedang marah dengan para pasukan militer yang berada disana, Sebuah Helicopter terlihat berada di atas tempat itu.
Seseorang berbicara menggunakan pengeras suara dari atas.
"... Berhenti Sylphia!!"
"Mikado!!"
Sylphia meliahat kearah langit dimana suara laki laki berteriak menyuruhnya berhenti.
Sesaat itu juga senjata pada kedua tangan Seraphim mulai meredup dan mulai di simpan kembali.
Setelah helicopter itu mendarat, seorang pria menggunakan jas hitam di ikuti oleh wanita di belakangnya mulai berbicara dengan salah satu permimpin pasukan di tempat itu.
Keadaan mulai berubah menjadi tenang kembali setelah pria itu berbicara dengan pemimpin pasukan di tempat ini, karena informasi mengenai ijin belum sampai ke tempat ini maka para pasukan belum mengetahui bahwa Sylphia berasal dari pasukan khusus Ox Cyber.
Mikado memberitahukan informasi pada seluruh pasukan mengenai ijin yang di berikan oleh Menteri pertahan Shindo.
Di tempat lain Naru kini berada di depan ayahnya.
"Maaf Ayah, aku membuatmu khawatir!"
"Apa yang kau pikirkan, kenapa kau tidak langsung menuju kesini setelah tanda bahaya di bunyikan."
Nada tinggi mulai terdengar dari mulit ayah Naru setelah dia bertemu dengannya. Ayahnya terlihat sangat marah, tapi itu karena dia mengkahwatirnya.
"... Kau membuatku sangat khawatir dengan keadaanmu. Jika sesuatu terjadi padaku maka, Megumi tidak akan bisa memaafkanku."
Ichikawa Megumi adalah nama dari ibu Naru dan Rika.
"Maaf tapi aku mengkhatirkan Rika, karena kau sedang bekerja aku pikir Rika masih berada di rumah. Karena itulah aku kembali terlebih dahulu ke rumah."
"Maaf Kakak aku tidak menghubungimu, karena para tentara memaksaku untuk mengungsi setelah tanda bahaya di bunyikan. Aku tidak sempat menghubungimu."
"Tidak apa apa."
"... Selain itu siapa wanita dyang bersamamu. Dia adalah seorang pilot robot kan, kenapa kau bisa bertemu dengan mereka?"
Tanya Miyu yang berada di sampingnya.
Dia mulai melihat kearah Sylphia yang kini berdiri di dekat Seraphim sambil melambaikan tangan padanya dengan tersenyum. Di sampingnya berdiri seorang wanita yang menggunakan jas hitam, wanita yang turun dari helicopter yang sama dengan Mikado, Yuzuki.
".. Ah soal itu, aku bertemu dengannya beberapa saat lalu."
"Dia orang asing, apakah dia teman dari wanita berambut pirang yang kita temui sebelumnya Naru?"
"... Ya, mereka saling mengenal. Aku bertemu dengan wanita bernama Claire beberapa saat lalu."
"Kenapa?"
"Soal itu—hmmm"
"Maaf mengganggu."
Ketika Naru sedang mencoba menjelaskan, Mikado, Yuzuki, dan Sylphia mulai berjalan mendekati mereka.
"Apa kau yang bernama Naru, hmmmm..." Mikado mulai melihat ke arah Mata Naru.
Mereka saling memandang satu sama lain.
"... Seperti yang di katakan Claire, kau memang mempunyai mata yang sama dengan Sylphia."
"Anda siapa?"
"Ah maaf aku belum mengenalkan diriku, aku adalah salah satu pemilik dari Ox Cyber Industry. Kau sudah bertemu dengan Claire dan Sylphia benarkan, mereka adalah pilot dari robot yang kami kembangkan saat ini . Sylphia adalah pasukan khusus yang bertugas untuk melawan Groube dan menghancurkan Anemone yang muncul di seluruh dunia."
"...Huh."
"Langsung saja pada intinya, Naru?"
"Ya."
"Apakah kau bersedia untuk bergabung dengan kami, kau akan bergabung dengan pasukan yang sama dengan Sylphia."
"... Eh kenapa?"
"Jika kau tidak bergabung dengan kami, kau mungkin akan dalam bahaya."
"Bahaya?"
"Tunggu ada apa sebenarnya, kenapa Naru bisa dalam bahaya apa yag sebenarnya terjadi?"
Ayah Naru mulai berbicara pada Mikado, dia terlihat cukup terkejut dan khawatir saat ini.
"... Maaf tuan Ichikawa-san, mungkin ini demi kebaikan Naru. Kau tau objek yang kemarin muncul dan teebang di atas langit Tanegashima yang sedang di cari beberapa waktu lalu. Jika mereka mengetahui Naru adalah orang yang menerbangkannya, dia mungkin akan di tangkap dan akan di interogasi. Selain itu kemungkinan besar mereka akan membuat Naru menjadi alat mereka karena kemampuan Matanya."
"... Naru apa yang di katakan oleh dia benar?"
"Kakak?"
Naru hanya bisa menundukan kepalanya dan mengangguk.
"... Tapi kenapa aku harus bergabung. Apa aku harus menjadi seorang pilot dan melawan monster itu?"
"Hmmmm, aku tidak bisa memutuskanya. Kami hanya ingin melindungimu saja, jika kau ikut dengan kami keselamtanmu akan menjadi prioritas utama. Kau harus memutuskan sendiri, apa kau akan memiloti mesin itu untuk melawan Groube atau tidak itu terserah kamu. Yang aku lakukan hanya mencoba melindungimu saja, jika kau tidak ikut dengan kami maka kau akan dalam masalah besar."
"Masalah besar?"
"Aku tidak bisa mengatakannya dengan detail, tapi jika kau tidak ikut dengan kami kau akan dalam bahaya hanya itu saja. jadi bagaimana?"
"Naru, aku akan melindungimu aku berjanji."
Ucap Sylphia sambil tersenyum pada Naru.
Meskipun begitu, Naru sedikit bingung saat ini.
Dia tidak tau harus berbuat apa saat ini, selain itu dia tidak mempunyai niat untuk meninggalkan pulau Tanegashima karena disini adalah tempat kelahirannya. Selain itu dia mungkin akan meninggalakan Ayahnya, Rika, dan juga Miyu jika ikut bersama Sylphia.
Namun jika yang di katakan Mikado benar maka jika Naru tidak ikut bersama dengan mereka, dia akan dalam bahaya?"
Dia akan mendapatkan masalah besar.
Naru sedikit ketakutan saat ini, dia tidak tau harus berbuat apa.
"... Mikado-san, Kapten George menghubungi!!"
Ucap Yuzuki yang berada samping kanannya.
"... Accept!!"
"Maaf Yuzuki-san, kami membutuhkan Sylphia sekarang juga. Suruh dia ke pantai sekarang juga, Groube kembali muncul!!"
"Groube, Baiklah aku mengerti."
"Kau mendengarkannya Sylphia, kau harus kembali. Serahkan disini padaku." Ucap Mikado.
"Baiklah."
Sylphia mulai berbalik dan berjalan beberapa langkah.
Seraphim mulai menyala kembali, dia berdiri dari posisinya yang sedang berjongkok dan melangkah mendekati Sylphia. Sebuah getaran cukup kuat terjadi ketika kaki Seraphim melangkah kedepan. Setelah berada di depan Sylphia, Seraphim mulai berjongkok dan mengarahkan telapak tangan kanannya pada Sylphia.
Namun sebelum itu, Sylphia berbalik dan tersenyum pada Naru tanpa mengucapkan apa apa.
Sylphia mulai menaiki telapak tangan Seraphim.
Dia mulai terangkat ke bagian dada Seraphim, dan mulai memasuki bagian cocpit yang terbuka di sana. Dia memasuki bagian itu, dan kemudian seraphim mulai berbalik dan berjalan kearah tempat yang cukup luas.
Seraphim mulai menekukan tubuhnya, secara bersamaan 2 buah sayap pada bagian belakang mulai menyala membuat hembusan angin cukup kencang terjadi di sekitar area dimana Seraphim berdiri saat ini.
Seraphim mulai terbang ke langit dengan cepat, dan kemudian berubah menjadi mode pesawat menuju ke arah Selatan.
"... Naru-san, apa kau bisa menunjukan dimana kau meletakan benda yang kau naiki sebelumnya. Aku ingin melihatnya?"
Ucap Mikado setelah Seraphim meninggalkan tempat ini.
"Tunggu apa yang kau katakan, kau tidak bisa membawa Naru begitu saja. Dia tidak ada hubungannya dengan ini?"
"Kau sudah mendengarku kan tuan Ichikawa-san, jika Naru tidak ikut dengan kami kemungkinan besar dia akan dalam bahaya. Kami berjanji akan melindunginya, dan kemungkinan besar kau pun akan dalam bahaya jika mencoba melindunginya nanti."
"Naru kau tidak boleh pergi!!" Ucap ayah Naru.
"... Baiklah, aku akan ikut bersama denganmu."
"Kakak."
"Naru."
Mendengar apa yang di katakan oleh Naru, seluruh orang disana mulai terkejut.
"Tunggu, Naru?"
"Maaf Ayah, aku harus pergi. Jika aku tidak pergi, kalian mungkin akan dalam bahaya."
"Tunggu Naru, kenapa kau mengatakan itu. Kau tidak ada hubungannya dengan ini kan, katakan semuanya bohong?"
"Maaf Miyu, apa yang dikatakannya memang benar. Yang membuat kepanikan di pulau ini kemarin adalah aku, aku yang mengendari objek terbang kemarin. Setelah pulang sekolah aku menemukan benda itu di sebuah gua di tebing jurang bagian barat pulau dan menaikinya."
"...Ehh Naru."
"Maaf Miyu, Rika, dan Ayah. Aku harus pergi, aku tidak ingin membuat kalian khawatir. Jika aku ikut bersama dengan mereka, aku akan baik baik saja. Aku akan kembali.
Naru mulai berjalan ke arah depan dan mulai berbalik melihat ke arah Ayah, Rika, dan Miyu.
Dia menundukan kepalanya dan sedikit tersenyum.
Meskipun dia tersenyum, dia kini sedang bersedih.
Tidak ada pilihan lain selain mengikuti apa yang di katakan oleh Mikado, jika dia tidak ikut maka dia mungkin akan melibatkan mereka bertiga dalam masalah. Selain itu Naru mengakui bahwa dia telah malakukan banyak masalah besar. Salah satu yang harus dia lakukan saat ini memang tidak ada pilihan lain untuk mengikuti apa yang di katakan Mikado.
Meskipun ini pertama kalinya dia bertemu, dia percaya dengan perkataan Mikado yang akan melindunginya.
Selain itu Sylphia mengenalnya, dan jika dia berbohong mungkin Sylphia akan marah besar pada Mikado.
Dia sudah berjanji untuk melindungi Naru.
Kata katanya bukan sebuah kebohongan.
Ini adalah jalan yang terbaik yang harus aku ambil, aku harus meninggalkan pulau dan bergabung dengan mereka....
Itu adalah keputusan yang ambil oleh Naru.
"Kau tidak perlu mengambil keputusan sekarang. Tapi jika kau tidak keberatan, bisakah kau mengantar kami menuju objek itu, aku sedikit penasaran dengan bentuk benda itu. Selain itu jika di temukan oleh tentara militer mereka pasti akan membawa benda itu."
"Tapi benda itu berada cukup jauh dari sini, kita harus melewati hutan ini menuju ke tempat itu."
"Benar sekali, kalau begitu bisakah aku meminta bantuanmu, karena jika kami memakai helicopter mereka akan merasa curiga nantinya?"
"Apa itu?"
"Bisakah kau pergi ke tempat itu dan membawa benda itu menuju ke pantai, disana kau akan bertemu dengan Kapten George. Dia adalah pemimpin pasukan Humelin, Sylphia adalah salah satu pilot dari pasukan itu. Jika kau kesana kau perlu menyembunyikan benda itu dalam pesawat, dan setelah itu kau harus ikut bersama mereka. Apa kau bersedia?"
"... Tidak ada pilihan, aku akan melakukannya."
"Naru apa yang kau katakan, kau akan kembali kesana. Bukankah disana terlalu bahaya?"
"Kakak, apa kau akan meninggalkan kami?"
"Maaf Rika jika aku berada disini, kalian akan ikut terlibat. Selain itu tidak ada pilihan lain aku harus ikut bersama dengan mereka, jadi maaf."
"Mikado-san?"
Tiba tiba ayah Naru mulai berbicara dengan nada cukup serius.
"... Apa kau benar benar akan menjaganya?"
"Tidak perlu khawatir aku akan menjaganya, kau bisa pegang janjiku."
"Kalau begitu, tolong bawa Rika bersama dengannya, biarkan dia ikut bersama dengan Naru?"
Sebuah permintaan keluar dari mulut Ayah Naru kepada Mikado.
"Ayah, jika Rika ikut bersamaku bagaimana denganmu. Kau akan sendirian?"
"... Tidak perlu mengkhawatirkanku, jika Rika tetap berada disini mungkin dia akan mendapat masalah juga. Selain itu jika dia ikut bersamamu, aku akan merasa tenang. Jagalah Rika, kau tidak perlu mengkhawatirkan keadaanku disini. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Apakau dia bisa ikut bersama Naru Mikado-san?"
"... Tentu saja, aku akan menjaganya juga. Kau tidak perlu khawatirkan itu."
"... Ayah?"
"Pergilah Rika, ikuti kakakmu."
"... Kalau begitu, Rika-san kau bisa ikut bersama denganku." Ucap Yuzuki.
"Naru-san, apa kau bisa menuju kesana sendirian. Maaf kami tidak bisa mengantarmu?"
"Tidak apa apa, aku bersama dengan Michi!... kami akan menuju kesana dengan selamat."
Ucap Naru sambil memelas Michi yang berada di bahu kirinya.
"... Baiklah, kami akan pergi terlebih dahulu. Aku akan menjaga Rika-san untukmu."
Mikado, Yuzuki, dan Rika akhirnya pergi menuju kea rah Helicopter.
Sementara itu Naru kini berada tepat berdiri di depan Ayahnya.
Dia tidak bisa meninggalkan Ayahnya tanpa sebuah kata perpisahan, karena mereka akan berpisah saat ini tanpa tau kapan akan bertemu kembali.
Naru terlihat masih bergitu tegar berdiri di depannya.
"... Pergilah!!"
"Maaf Ayah, aku harus pergi. Aku pasti akan kembali menemuimu."
"Jagalah dirimu dan bersama Rika. Aku akan baik baik saja disini. "
"... Aku berjanji."
"Naru!!"
Sesaat kemudian Naru melihat ke Miyu yang berada di samping ayahnya. Dia terlihat sangat sedih, tentu saja karena mereka berdua akan berpisah.
Mereka adalah teman semenjak kecil, mereka sudah lama bersama.
Tidak mungkin Miyu tidak bersedih ketika dia akan berpisah dengan Naru.
".... Maaf Naru, aku menyembunyikan semuanya. Aku akan kembali menemuimu nanti, kita pasti akan bertemu lagi."
Miyu mulai berjalan ke arah Naru, dia memberikan Sket-roller yang di pegangnya pada Naru.
"... Gunakanlah ini Naru, dengan ini kau akan segera sampai ke tempat tujuanmu."
"Terima kasih Miyu."
Sesaat kemudian Naru melihat Miyu meneteskan Air mata.
Dia terlihat sangat sedih.
"... Miyu!!"
"Maaf Naru, a-aku sebenarnya tidak ingin menangis."
"Aku mengerti. Maafkan aku Miyu."