Chereads / Centurion Code センチュリオン コード / Chapter 2 - Chapter 1 - Shirley Alexsandra, The Witch from Another World

Chapter 2 - Chapter 1 - Shirley Alexsandra, The Witch from Another World

Centurion Code ( Indonesia ): Jilid 1 Bab 1

ShirleyAlexsandra, The Witch from Another World.1-1

"Paman berikan aku satu gelas lagi!!"

Sambil memegang cangkir kayu besar di tangannya, wanita yang sebelumnya diserang oleh Zougullus itu kini sedang menuangkan semua kekesalannya dengan minum bir di sebuah bar di kota kecil bernama Shaam. Setelah kembali dari reruntuhan lubang hitam Deadoras, Rein yang mencoba mengantar wanita itu pulang akhirnya harus menemaninya saat ini.

Karena wanita itu belum mengatakan dimana dia tinggal, akhirnya dia terpaksa mengikutinya.

Namun wanita itu membawanya ke sebuah bar minuman, bukan menuju tempat tinggalnya. Itulah yang membuat Rein kesal saat ini sambil melihat wanita itu yang sudah mabuk.

"Nona ini pesanan anda."

Ucap pemilik bar yang membawa 1 gelas besar berisi bir.

"T-terima kasih master." Wanita berambut coklat itu kembali menghabiskan 1 gelas bir berukuran besar dalam satu tegukan saja. "... Uahhh, master tam—"

Rein yang sudah mulai kesal akhirnya mulai habis kesabaran. Dia memukul meja sekali sambil menatap tajam ke arah wanita berambut coklat yang sudah mabuk itu dan berteriak padanya.

"Sudah cukup. Kau Sudah terlalu banyak minum."

Suara gebrakan meja itu membuat suasana bar malam itu mulai sunyi. Para pelanggan di bar ini kini mulai menatap ke meja mereka berdua.

"Huh?"

Wanita itu mulai menatap tajam balik Rein yang kini marah padanya tanpa rasa takut sekalipun.

"Aku tidak tau siapa dirimu sebenarnya, tapi kau sudah mabuk berat."

"Shirley, Shirley Alexsandra. I-itu namaku."

"Jadi namamu Shirley, kalau begitu cepatlah beritahu tempat tinggalmu. Aku akan mengantarmu pulang, dan setelah itu urusan kita selesai. Aku sedang buru-buru, jadi jangan buang waktuku terlalu lama lagi."

"Kau pikir salah siapa semua ini terjadi huh, karena salahmu semua barangku tidak bisa diambil kembali. Dan aku tidak bisa pulang sekarang." Shirley itu mulai menundukan kepalanya, suasana hati wanita itu mulai berubah. Bahkan dia mulai menangis. "... A-aku tidak tau lagi harus berbuat apa. Pada akhirnya semua usahaku selama ini sia-sia saja, aku akan terus terjebak di dunia ini selamanya."

"?"

Rein mulai bingung dengan apa yang dikatakan oleh Shirley, bahkan dia mulai merasa sedikit terganggu dengan suasana hatinya yang mulai berubah-ubah. Kini Shirley mulai sedikit tertawa setelah beberapa saat yang lalu dia sempat meneteskan air mata.

"Hi hi hi, biarkan sajalah. Aku tidak peduli lagi dengan semuanya. Master tambah birnya."

Dia mulai berteriak memesan segelas bir lagi.

Namun Rein mulai berdiri dari tempat duduknya setelah meninggalkan beberapa koin emas di meja dan menyeret wanita itu untuk keluar dari bar.

"Apa yang kau lakukan lepaskan aku!!"

"Ikuti aku!!"

"Mau kemana?"

"Aku akan melemparmu ke sungai biar kau segera sadar."

"Lepaskan aku, kenapa kau berbuat jahat itu padaku?"

"Kalau begitu cepatlah beritahu rumahmu, aku harus segera pergi."

"Tinggalkan aku saja disini. Aku tidak membutuhkan pertolonganmu, lagian semuanya sudah tidak ada gunanya lagi." Shirley mulai melepaskan cengkraman tangan Rein pada lengannya. Shirley kembali menundukan kepalanya. "... Lagian, aku tidak punya tempat untuk pulang di dunia ini. Jadi kau tidak perlu repot-repot mengantarku pulang."

"Huh apa yang katakan barusan. Kepalamu pasti terbentur tadi kan?"

"Semuanya salahmu, semuanya salahmu. Aku sudah bilang aku harus mengambil kembali tas milikku, tapi kau malah membawaku keluar dari sana. Gara-gara kau, aku tidak bisa pulang sekarang."

"Huh aku menyelamatkan nyawamu tadi, jika tidak keluar kau akan jadi santapan Zougullus di sana. seharusnya kau berterima kasih padaku."

"Sudah berakhir, aku sudah tamat di dunia ini."

"Kau mendengarku?"

Shirley tidak mendengarkan perkataan Rein dan hanya menundukan kepalanya.

Karena gebrakan sebelumnya, mereka berdua adalah pusat perhatian di bar ini sekarang. Seluruh orang disana terlihat mulai berdiri dari tempat duduknya saat melihat Shirley yang menundukan kepalanya dan menangis.

Rein tau bahwa ini bukan situasi yang menguntungkan baginya.

Kemungkinan besar dia dianggap penjahat di ruangan ini karena telah membuat Shirley menangis.

Salah satu yang membuat Rein sedikit gelisah adalah orang-orang di bar ini bukanlah orang-orang biasa. Dia tau betul tempat seperti ini tidak semuanya orang baik-baik. Mana mungkin orang biasa akan membawa senjata tajam seperti kapak atau pedang di tanganya. Kemungkinan besar mereka adalah para penjahat, pemburu harta, atau lainnya yang sedang asyik nongkrong di bar.

Tidak hanya manusia saja, orang-orang disini pun berasal dari beberapa ras berbeda yang memiliki kemampuan unik. Sebagai contohnya dari ras Beastrek, aku melihat mereka duduk sambil memperhatikan kami di sebelah sana. Tubuh mereka besar, kulit keras berwarna hijau, memiliki taring dan kekuatan yang besar.

Jika bertarung dengan mereka akan sangat merepotkan karena mereka cukup kuat.

Karena Rein tau dia menjadi penjahatnya sekarang, dia takut suasana akan mulai berubah. Karena itulah dia cepat-cepat menarik Shirley keluar agar tidak membuatnya repot dan menghabiskan banyak waktu di tempat seperti ini.

Shirley sempat melawan, namun dengan cepat Rein memukul bagian belakang lehernya. Shirley mulai kehilangan kesadarannya.

Melihat keadaan itu, beberapa orang di bar mulai berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Rein yang kini memangku Shirley yang mulai pingsan.

Dengan cepat Rein keluar dan berlari dari bar itu sambil menggendong tubuh Shirley yang pingsan.

1-2

"Uaaah, kepala sakit sekali. A-apa yang sebenarnya terjadi?"

Shirley mulai membuka matanya dan bangun dari tempat tidur. Dia kini berada di ruangan yang mungkin berukuran sekitar 4 x 4 meter. Dinding terbuat dari kayu merah, dan kini dia berada di atas tempat tidur dan diselimuti kain putih.

Dia tidak tau berada dimana saat ini karena ruangan itu sangat asing baginya.

Bahkan dia tidak ingat apa yang terjadi semalam, yang dia ingat hanya saat pergi ke bar dan meminum segelas bir. Selebihnya dia tidak ingat apa-apa.

"Dimana ini sebenarnya?"

"Penginapan. Aku yang membawamu kesini."

Tiba-tiba Shirley terkejut mendengar suara laki-laki yang menjawab pertanyaannya. Dia sempat melihat sekitar namun tidak terlihat ada seorang pun di ruangan ini. Dia hanya melihat senjata miliknya yang di senderkan pada tembok kayu di sebelah kirinya.

"Senjataku?"

"Aku juga yang membawa benda aneh itu."

Untuk kedua kalinya seorang pria menjawab pertanyaan Shirley. Kini Shirley tau sumber suara yang terus menjawab pertanyaanya, suara itu berasal tepat di depannya. Karena dia duduk dia atas tempat tidur, pandangan terhalang sebagain tepat tidur.

Ketika Shirley mulai bergerak merangkat ke depan, dia melihat seorang pria berambut putih sedang duduk di atas lantai dan menyenderkan tubuhnya pada tembok. Tatapan tajam mulai di perlihatkannya pada Shirley oleh pria yang merupakan Rein itu. Karena tempat tidur di gunakan oleh Shirley, semalaman dia tidur dalam keadaan seperti itu sebelum akhirnya dia bangun beberapa saat yang lalu.

"Kamu, apa yang kau lakukan disitu?"

"Gara-gara kau aku harus tidur di lantai dingin ini."

"Berada dimana ini?.... Apa yang terjadi semalam?"

Tanya Shirley sambil memegang kepalanya yang sedikit masih merasa pusing.

"Kita berada di sebuah penginapan dan kau mabuk semalam. Aku membuatmu pingsan dan membawamu kesini."

"Membuatku pingsan kenapa kau lakukan itu?... Oh, itu artinya rasa sakit di bagian belakang ini."

"Ya aku melakukannya karena kau terlalu banyak bicara semalam. Aku terpaksa membuatmu pingsan karena kau membuatku dalam masalah besar. Gara-gara kau aku harus kehilangan banyak waktuku disini."

"Huh apa kau menyalahkanku?... Lagian ini kesalahanmu juga membawaku keluar dari reruntuhan itu. Gara-gara kau membawaku keluar, aku kehilangan semua barangku dan kini aku tidak bisa pulang. Padahal semua permatanya sudah kudapatkan semua."

Sedikit menghela nafas, Shirley terlihat mulai murung dan marah pada Rein.

"Aku menyelamatkan nyawamu saat itu. Kau mungkin bisa menjadi santapan Zougullus kalau aku tidak membawamu keluar."

"Aku tidak memintamu membantuku."

"Cih dasar wanita tidak tau terima kasih."

Rein mulai jengkel dan dia mulai berdiri dari posisinya saat ini. Berjalan kearah pintu dan mulai membukanya.

"Tunggu mau kemana kau?"

"Tidak ada alasan lain lagi untukku tinggal disini. Kau tidak membutuhkan bantuanku kan. Tidak perlu khawatir aku sudah membayar tempat ini karena kau kehilangan semua barangmu."

Rein mulai berjalan meninggalkan Shirley yang masih berada di atas tempat tidur.

"Eh t-tunggu aku sebentar. Oy.."

Teriak Shirley yang kini mulai gelisah saat Rein meninggalkannya.

Dengan cepat dia mulai memakai sepatunya dan mengambil senjata besar miliknya yang di bersender di tembok. Karena sedikit berat dan besar, dia menggendong senjata itu. Dia mulai keluar dari ruangan dan pergi menuju arah yang sama saat Rein pergi.

Dia berada di lantai 2 dan langsung turun ke bagian bawah untuk keluar dari penginapan.

Rein sepertinya sudah meninggalkan penginapan ini, dia tidak terlihat berada di sekitar area penginapan ini. Dia sempat sekitar dan melihat sosok pria berambut putih yang berjalan di keramaian kota ini.

Dengan cepat Shirley mengejar orang itu.

Meskipun kota ini dibilang kecil, namun jalanan utama kota ini sangatlah ramai dipenuhi lalu lalangnya orang-orang. Sedangkan di sisi jalan, banyak sekali pedang yang menjajalkan barang miliknya.

"Tunggu Rein, hei tunggu sebentar!!"

Shirley yang melihat sosok Rein mulai berteriak padanya dan kini berjalan di belakangnya. Namun meskipun Shirley berbicara padanya, Rein seperti mengacuhkannya dan tidak menjawabnya sama sekali.

Bahkan dia sempat menggodanya untuk mendapat perhatian Rein yang terus saja mencuekinya. Melihat tingkahnya, akhirnya Rein mulai berbicara padanya.

"Apa?"

"Huh akhirnya aku mau menjawabku juga. Kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja setelah apa yang kau lakukan padaku kemarin. Kau harus membayar perbuatanmu itu, bantu aku mengambil tasku."

"Huh kenapa aku harus melakukanya?... Itu bukan urusanku. Kau menghalangiku, jadi minggirlah. Aku punya urusan yang lebih penting."

"Tas itu juga sangat penting bagiku, benda di dalamnya adalah jalan bagiku untuk pulang."

"Itu bukan urusanku."

Jawab Rein dengan dingin yang membuat Shirley mulai marah.

Shirley mulai berlari melewati Rein ke depan, dia berhenti dan berbalik berhadapan dengan Rein. Jarak diantara mereka kini sekitar 10 meter dan saling berhadapan satu sama lain. Rein mulai berhenti berjalan dan melihat ke arah Shirley yang kini menodongkan senjata miliknya lurus ke arah Rein.

"Apa kau ingin bertarung denganku?"

Tanya Rein.

"Kau hanya perlu membantuku mengambil tasku, setelah itu aku akan melepaskanmu."

"Huh?"

"Berhentilah, atau aku akan menembak."

"Coba saja, aku ingin melihat cara kerja benda aneh milikmu itu."

Rein kembali berjalan tidak mendengarkan peringatan dari Shirley.

"Pilihan yang salah. AURA."

Sebuah lingkaran cahaya bewarna biru muncul pada ujung senjata Shirley, itu adalah sebuah lingkaran sihir. Ketika dia menekan pelatuknya, dengan hitungan persekian detik kemudian tubuh Rein terpental cukup jauh ke belakang dengan kuat.

Tubuhnya menghantam sebuah kios salah seorang pedagang yang sedang berjualan sayuran, semua dagangannya rusak setelah Rein mendarat tepat di atasnya.

Sementara selongsong peluru kosong mulai keluar dari senjata Shirley ke tanah. Dia mengambil selongsong peluru kosong itu dan menggemgamnya.

"Sepertinya ini adalah Peluru terakhirku."

Ucapnya pelan.

"Cih. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Ucap Rein yang mulai berdiri kembali setelah menerima serangan dari Shirley.

"Apa kau sudah berubah pikiran?... Mari bicara sebentar."

-║-

Setelah menerima serangan itu, Rein akhirnya mengikuti Shirley yang mengajaknya untuk berbicara. Mereka akhirnya meninggalkan jalanan tengah kota menuju tempat yang sedikit sepi karena mereka berdua menjadi pusat perhatian saat itu.

Rein terlihat masih marah dan menatap tajam Shirley.

Meskipun terkena seranga telak, namun Rein terlihat tidak mengalami luka serius selain hanya pakaiannya yang kotor dipenuhi oleh debu.

"Selain membuatku kehilangan banyak uang, sekarang kau membuatku kehilangan banyak waktu. Apa yang kau inginkan?"

Tanya Rein pada Shirley.

"Aku sudah bilang, bantu aku mencari tasku kembali di reruntuhan Deadoras. Setelah itu urusan kita selesai."

"Dengan benda yang kau pegang, kau bisa melindungi dirimu sendiri. Kenapa kau membutuhkan bantuanku?"

"Pelurunya habis, aku tidak bisa menggunakannya sekarang."

"Jadi seranganmu tadi adalah serangan terakhirmu. Hahaha lucu sekali kau menggunakannya padaku. Selain itu benda apa sebenarnya yang kau gunakan itu?"

"Magic Barrett, sebuah senjata sihir."

"Sihir?... Itu artinya, apa kau seorang penyihir?"

"Ya aku adalah seorang penyihir."

"Hahaha peyihir, kau pasti bercanda. Kau menyebut dirimu penyihir dengan kemampuan seperti itu."

Rein sedikit tersenyum dan menertawakan perkataan Shirley.

"Apa ada yang lucu saat aku bilang diriku adalah seorang penyihir?"

"Ya, tentu saja. Tapi mungkin penyihir di dunia ini dan duniamu sangatlah berbeda."

"Tunggu apa yang kau bilang barusan?"

Shirley terlihat terkejut.

"Saat kau mabuk kau terus berbicara ( Aku tidak bisa pulang ke dunia ku lagi ) dan ( Aku akan terus terjebak di dunia ini ). Melihat senjatamu itu aku kini yakin bahwa perkataanmu itu bukan sebuah kebohongan. Kau berasal dari dunia lain, apa aku benar?... Ini adalah waktunya kau menjelaskannya padaku."

Shirley sempat diam saat Rein. Dia terkejut mendengar perkataan Rein yang mengetahui identitas aslinya. Gara-gara kecerobohan dirinya sendiri, dia tidak menyangka akan mengatakan banyak sekali hal tentang dirinya sendiri saat dia mabuk.

Termasuk rahasia mengenai dirinya yang berasal dari dunia yang berbeda dan sedang terjebak di dunia ini sekarang.

Namun dia harus meyakinkannya agar dia mau membantunya sekarang.

Shirley mengakui kemampuan dari Rein, dia dapat membantu dirinya untuk mendapatkan barang-barang miliknya kembali dari reruntuhan Deadoras. Bahkan kali ini dia tidak bisa menggunakan Magic Barret miliknya karena seluruh peluru sihirnya sudah habis.

Hanya ada satu pilihan saat ini, membuat kesepakatan dengannya karena dia satu-satunya orang yang dapat di mintai tolong. Tapi jika salah, negosiasi akan batal.

Aku harus bisa meyakinkannya.

Shirley kini sedang berpikir cara agar dia bisa membantunya. Apa yang bisa dia berikan padanya.

Kini Shirley mulai berbicara kembali.

"Ya, semua yang kau katakan benar sekali. Aku akan memperkenalkan diriku lagi. namaku adalah Shirley Alexsandra, seorang penyihir dari abad 21 bumi berasal dari Roma, Italy. Selain penyihir, aku juga adalah seorang pemburu harta dan juga seorang penjelajah waktu. Tapi 1 tahun yang lalu aku terperangkat di dunia ini saat mencoba kembali ke abad 12. Ada kesalahan teknis yang menyebabkan aku terangkap di Lyra dan tidak bisa kembali."

Lyra adalah nama dunia ini.

Shirley yang melakukan perjalan untuk kembali ke abad 12 setahun yang lalu akhirnya malah terjebak di demensi berbeda. Dia tidak kembali ke abad 12 saat itu, Shirley akhirnya muncul di Lyra karena kesalahan dirinya sendiri.

Selain mencari informasi mengenai dunia ini, Shirley pun saat ini sedang mencari cara untuk kembali ke dunianya sendiri.

Salah satunya adalah dengan cara mengumpulkan permata.

Shirley adalah type penyihir yang menyalurkan mana miliknya ke dalam sebuah benda, seperti Magic Barret dan juga permata. Meskipun Shirley bisa menggunakan sihir tanpa perantara, namun beberapa perantara akan melipatgandakan kekuatan sihir miliknya.

"Saat ini aku sedang mengumpulkan permata dan mencoba untuk kembali ke dunia ku. Tapi semua permata ku ada di dalam tas besar yang jatuh ke lubang hitam itu, dan aku tidak bisa menggunakan kekuatanku untuk kembali ke dunia ku. Tidak hanya permata, di dalamnya ada banyak sekali koin emas yang sudah kukumpulkan selama setahun terakhir ini. Jika kau membantuku, kau bisa mengambil koin emas milikku itu."

"Hmmm aku mengerti, apa kau sedang mencoba menyogokku?"

Tanya Rein pada Shirley yang menatap sedikit tajam padanya. Shirley mulai mengerti sekarang, sepertinya orang bernama Rein ini tidak tergoda dengan semua uangnya karena dia kini terlihat sedikit mulai marah.

"T-tidak bukan seperti itu."

"Maaf saja, aku tidak suka cara seperti itu. Aku bukan seorang kesatria bayaran, kau harus tau itu. Aku punya urusan lain yang lebih penting dari pada mencari uang saat ini, aku harus segera pergi ke kerajaan Grand Histoire."

"Grand Histoire, aku pernah kesana sekali. Itu cukup jauh dari sini."

"Karena itulah aku harus segera pergi kesana."

"Mau apa kau kesana?... Eh tunggu dulu, kau pernah bilang sebelumnya kau ingin menjadi kesatria Centurion, benarkan?"

"Itu tepat sekali."

"Apa itu?"

"Centurion adalah sebuah gelar yang di berikan khusus oleh kerajaan Grand Histoire pada ke 7 orang terkuat di benua ini. Tugas mereka adalah menjaga kedamaian di Ancient Continent yang merupakan daerah kekuasaan kerajaan Grand Histoire."

"Lalu kenapa kau ingin menjadi salah satu dari mereka?... Apa kau yakin kau akan menjadi centurion ke 8?"

"Tidak bukan seperti itu. Gelar itu tidak akan bertambah ataupun berkurang, mereka akan tetap menjadi 7 orang yang terpilih saja dan menjadi symbol kekuatan dari kerajaan Histoire."

"Lalu bagaimana kau akan menjadi salah satu dari mereka?"

"Mudah saja, aku hanya perlu merebutnya."

"Merebutnya?"

"Ya, dengan mempertaruhkan tempat tinggalku Isla. Aku akan mencoba bertarung dengan salah satu Centurion dan mendapatkan gelar itu. Tapi, aku harus pergi ke pusat kerajaan untuk bertemu dengan Ratu. Dia yang akan menentukan siapa yang layak menyandang gelar itu, karena itulah aku harus membuktikan kekuatanku di depan matanya dan bertarung dengan salah seorang Centurion."

"Kau bilang mempertaruhkan Isla, apa yang akan terjadi jika kau kalah?"

"Tentu saja hukuman mati atau menjadi budak mereka. Bertarung dengan salah satu Centurion demi mendapatkan gelar sama dengan perngkhianatan. Aku aku sudah siap dengan semua resiko itu, aku sudah berlatih cukup lama untuk ini."

"Apa kau serius?"

"Sangat serius, aku tidak akan mundur karena ini adalah pilihanku sejak lama."

"Kita bisa hukuman mati, jika kau kalau kau akan mati."

"Aku tidak takut."

Jawab Rein sambil tersenyum. Meskipun pertarungan yang akan di jalaninya bisa saja menghilangkan nyawanya, dia terlihat begitu percaya diri dan tidak mengenal rasa takut.

Tapi, Shirley tau bahwa dia cukup kuat.

Dia juga dapat menebas Zougullus dan mengalahkannya dalam sekali serangan saja, bahkan saat menerima serangan tadi dia tidak terlihat mengalami luka.

Mungkin Rein memang sangat kuat?

Tapi aku tidak bisa membandingkannya dengan para Centurion itu karena aku tidak pernah melihat mereka bertarung satu sama lain.

Mendengar informasi itu, Shirley kini mempunyai ide untuk membujuk Rein. Tapi dia tidak tau ini akan berhasil atau tidak. Tapi dia tetap mencobanya dan mulai berbicara lagi pada Rein.

"Menuju Grand Histoire memerlukan waktu cukup lama, bagaimana jika kita bertukar saja?... Kau bantu aku menemukan semua barang-barangku. Jika sampai matahari terbenam semua barangku tidak di temukan, aku akan merelakannya. Dan sebagai imbalannya, aku akan mengantarmu sampai ke Grand Histoire."

"Hmmm mengantarku, apa kau serius?... Naik kereta kuda saja yang paling cepat memerlukan waktu 3 hari 3 malam. Apa kau punya kereta kuda?"

"Tidak, aku bisa membawamu kesana dalam 1 malam saja."

"Satu malam?"

"Ya, tugasmu hanya melindungiku dari serangan monster di dalam Reruntuhan Deadoras saja. Dengan begini kau tidak akan kehilangan waktumu lebih lama lagi, tidak kau akan lebih cepat sampai disana. Bagaimana apa kau menyetujuinya?"

"Apa kau akan menggunakan sihir milikmu untuk pergi ke Grand Histoire?"

"Kurang lebih seperti itu."

"Bagaimana jika terjadi kesalahan dan kau mengirimku ke dunia berbeda?"

"Ah soal itu kau tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja."

Ucap Shirley.

1-3

Setelah pembicaraan selesai, Shirley dan Rein pergi dari Shaam menuju ke salah satu tempat di sekitar reruntuhan lubang hitam Deadoras. Kota Shaam berada sekitar 10 km dari reruntuhan itu. Karena banyak sekali monster di reruntuhan ini maka banyak sekali orang yang pergi kesini untuk mendapatkan uang.

Dengan mendapatkan beberapa bagian tubuh monster, orang-orang dapat uang jika di tukarkan pada penadah.

Sebagai contohnya adalah Zougullus, taring giginya berharga sekitar 20 keping emas Zhog, dan kulit luarnya yang keras mempunyai harga sekitar 10 keping emas Zhog.

Zhog adalah mata uang yang berlaku di Ancient Continent, lebih tepatnya menjadi mata uang resmi dari kerajaan Grand Histoire. Ada 2 type uang yang di gunakan, yaitu keping emas dan perak. Keping emas adalah mata uang tertinggi di dunia ini. 1 keping emas seharga 100 perak.

Mereka berdua kini tiba di sebuah tempat yang dipenuhi oleh bebatuan yang cukup tinggi-tinggi, tempat ini berada cukup dekat dengan Deadoras dan hanya berajarak sekitar 200 meter dari pintu masuk reruntuhan itu. Dari tempat ini pun, pilar-pilar batu yang tersusun rapi terlihat menjulang dari tanah sekitar 200 meter dari tempat Rein berdiri saat ini.

Namun mereka tidak langsung pergi kesana.

Shirley kini mulai masuk pada celah-celah batu meninggalkan Rein di luar.

"Oy sedang apa kau di dalam sana?"

Teriak Rein sambil melihat ke dalam celah-celah yang gelap itu.

Namun tiba-tiba sebuah suara mulai muncul dari dalam celah batu tersebut, sesaat kemudian sebuah titik cahaya muncul dari dalam sana. Rein sempat terkejut karena cahaya itu mulai keluar dari dalam.

Benda aneh yang mengeluarkan suara asing mulai keluar dari dalam sana, Shirley berada di atas benda yang melayang itu. Tentu saja Rein terlihat kebingungan dan terkejut, ini adalah pertama kalinya dia melihat benda seperti itu di dunia ini.

Gerakannya sangat cepat.

Itulah kesan pertama Rein saat melihat Shirley menunggangi benda aneh itu.

Shirley mulai mematikan benda tersebut, dan kemudian dia turun dari benda itu sebelum berjalan menghampiri Rein.

"Apa kau terkejut?"

Tanya Shirley pada Rein yang terlihat sedikit terkejut melihat benda yang dinaikinya.

"Benda apa itu?"

"Scooter, benda ini adalah kendaraanku untuk menjelajahi waktu. Meskipun design cukup tua, tapi ini adalah benda sihir juga."

"Sangat cepat dan bisa melayang seperti Griffon. Apa benda itu bisa terbang di langit juga?"

"Benar Scooter milikku bisa terbang di langit, dengan benda ini menuju kerajaan Grand Histoire akan memakan waktu singkat. Tapi ada satu masalah."

"Masalah?"

"Aku perlu bahan bakar."

"Bahan bakar, apa itu?"

"Hmmmm, bisa di bilang benda ini perlu Mana agar bisa bergerak. Tapi aku tidak bisa menyalurkan mana secara langsung pada benda ini karena tidak akan cocok, karena itulah aku perlu permata terutama Montana. Tapi di dunia ini tidak ada jenis Montana, jadi aku perlu Turquoise."

"Aku tidak memiliki permata?... Dan permata itu sendiri sangatlah mahal."

"Tidak perlu khawatir, aku punya banyak di dalam tasku."

"Banyak, apa kau seorang bangsawan di dunia mu?"

"Tidak juga, aku mengumpulkannya. Permata adalah benda yang sangat cocok sebagai alat sihir, bahkan beberapa type permata mempunyai kelebihannya masing-masing sebagai contohnya Ruby. Ruby mempunyai kelebihan yaitu memperkuat element api, jika aku menggunakan sihir level 3 kekuatannya akan sama sihir level 6."

"Ahhh seperti itukah. Tapi apakah kau tau harga Ruby berapa di dunia ini?"

"Tentu saja, aku sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai dunia ini sebelumnya. 1000 keping emas Zhog kan untuk ruby ukuran kecil?"

"Ya, dan kau sekarang menggunakan Ruby hanya untuk memperkuat sihirmu."

"Ah satu lagi, aku hanya bisa menggunakannya sekali saja. Permata itu akan hancur setelah aku menggunakannya."

"Eh kau ternyata boros juga."

"Aku tidak begitu memikirkan untuk menjadi kaya. Aku menyukai diriku sebagai pencari harta dan melakukan perjalanan untuk mengumpulkan benda-benda dari jaman dulu. Aku juga adalah seorang collector. Jika harus jujur, alasan lain aku memasuki Deadoras adalah mencari harta di dalamnya selain mencari permata. Tapi aku tidak menemukan apa-apa selain Amber."

"Ah itu artinya tas besar yang kau cari berisi banyak harta yang kau temukan di berbagai tempat, benarkan begitu?"

"Seperti itulah." Jawab Shirley secara terang-terangan."...Dan aku perlu beberapa permata kuat untuk membuka gerbang dimensi dan kembali ke duniaku sendiri. Dengan di tambah permata Amber, kini aku sudah mengumpulkan semua jenis permata yang ku butuhkan. Karena itulah tolong bantu aku untuk menemukannya?"

Shirley terlihat mulai menatap lebih dalam ke mata Rein, memohon padanya agar dapat membantunya. Karena sampai sekarang Rein belum menjawabnya, Shirley terus menggodanya agar dapat membantunya.

Sebenarnya jika Shirley masih punya sisa peluru pada Magic Barret dan bahan bakar yang cukup untuk Scooternya, dia bisa masuk ke Deadoras sendirian. Namun karena semua peluru pada Magic Barret habis, dia kini tidak bisa melakukan apa-apa selain sihir dengan level 1.

Sihir level 1 tidak akan bisa mengalahkan Zougullus.

Magic Barret yang serangannya setara sihir level 3 saja masih belum bisa mengalahkannya dalam 1 kali serangan. Itu artinya Shirley tidak bisa berbuat apa-apa jika bertemu Zougullus di dalam sana. Selain Zougullus, ada juga goblin dan Ogre di dalam sana sampai ke lantai 10 di bawah permukaan tanah. level 11 sampai ke bawah sampai saat ini adalah tempat yang belum pernah di ketahui, itulah rumor yang berkembang dari mulut ke mulut oleh orang-orang yang pernah memasukinya.

Bahkan katanya orang yang turun lebih dalam lagi 10 lantai, mereka tidak pernah kembali.

Rein terlihat mulai berpikir sejenak, sementara Shirley masih menundukan kepala padanya meminta pertolongan.

Hanya Rein satu-satunya yang bisa dia mintai tolong.

Jika tidak berhasil, maka dia harus memulainya dari awal. Dia harus pergi ke beberapa Reruntuhan lain yang sempat dia pernah masuki dan mencari permata-permata yang dia butuhkan. Jika sebelumnya dia mengumpulkan semua permata itu dalam waktu 1 tahun, maka sekarang dia akan memerlukan waktu lebih banyak lagi karena seluruh senjata sihirnya tidak bisa digunakan.

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Rein mulai menjawabnya.

"Baiklah, aku akan menolongmu."

"Benarkah?"

Shirley terlihat senang menerima jawaban dari Rein.

"Ya, tapi kau harus membayarku sesuai persyaratan awal. Kau harus mengantarku ke kerajaan Grand Histoire."

"B-baiklah setuju. Jika semua barangku kembali, aku bisa membawamu kesana hanya semalam saja. Tapi jika semua barangku tidak kembali, aku tidak bisa mengantarmu dengan cepat karena Scooterku kini hanya memiliki tenaga sedikit."

"Kau hanya perlu Turquoise kan, aku akan memberikanya padamu. Permata itu tidaklah mahal, kita bisa menukarkannya dengan taring Zougullus."

"Taring Zougullus?"

"Sebelum kita turun ke bawah, biarkan aku memburu beberapa Zougullus terlebih dahulu. Aku juga sudah kehilangan banyak uang saat mengganti kerusakan pemilik toko itu."

Ucap Rein yang kini memasang ekspresi menyeramkan sambil menatap Shirley.

Shirley langsung meminta maaf padanya karena dia tau apa arti tatapannya itu. Karena seranganya yang membuat toko itu hancur.

"Maafkan aku."

"Kalau begitu kita berangkat, jangan buang-buang waktu."

Shirley mulai berjalan ke arah Scooter miliknya. Dia menyimpan Magic Barret yang di gendongnya pada bagian sisi kanan motor, dia menaruhnya pada sebuah tempat khusus yang sudah dia sediakan untuk senjata miliknya.

Dia mulai meyalakan Scooter miliknya, Scooter itu mulai menyala dan melayang sedikit di atas permukaan tanah. Shirley mulai berteriak pada Rein setelah persiapannya selesai.

"Naiklah, di bagian belakang."

Rein mulai mendekatinya dan berdiri di bagian belakang Scooter yang sebelumnya merupakan tempat menyimpan tas yang di bawa Shirley.

"Pegang erat pundakku, kita akan segera berangkat."

Setelah Rein memegang pundak Shirley, akhirnya Scooter mulai bergerak maju menuju pintu masuk reruntuhan Deadoras.