Chereads / Centurion Code センチュリオン コード / Chapter 3 - Chapter 2 - Raid Boss, The White Sword Exodia

Chapter 3 - Chapter 2 - Raid Boss, The White Sword Exodia

Centurion Code ( Indonesia ): Jilid 1 Bab 2

RaidBoss, The White Sword Exodia.2-1

"Hyaaaa!!"

Dengan masih menggunakan sarung pedangnya, Rein yang berada di depan kini sedang bertarung melawan para goblin yang berada di lantai 5 reruntuhan deadoras ini. Dia tidak menebas para goblin itu, tapi dengan mudahnya dia bisa melawan mereka meskipun sendirian.

Tidak ada serangan para goblin yang berhasil melukainya, Rein menghindari setiap serangan mereka dengan pergerakan yang sangat lincah. Dia bisa berlari, menghindar, dan melakukan serangan tanpa melakukan kesalahan sedikitpun.

Dengan mudahnya dia berhasil mengalahkan puluhan para goblin di reruntuhan ini.

Apakah Rein memang sangat kuat, atau para goblin yang terlalu lemah?

Pertanyaan itu muncul dalam benak Shirley yang melihat dengan jelas apa yang Rein lakukan di depan sana, Rein mengalahkan para Goblin itu. Shirley hanya bisa diam melihat Rein mengalahkan para goblin itu dengan tenang dan tanpa rasa takut.

"Kau hebat juga?"

"Terima kasih atas pujiannya. Tapi para goblin itu memang sedikit agak lemah di bandingkan dengan Zougullus. Dan mereka juga tidak punya barang bagus yang bisa di jual."

Setelah mengalahkan semua goblin itu, Rein mulai menyelipkan kembali pedang miliknya di pinggang kirinya. Dan mulai berjalan kembali menuju lantai 6 sambil sesekali melihat tubuh goblin yang terkapar di tanah. Dia pikir mungkin saja menemukan barang yang berharga yang berguna.

"Hei bolehkah aku bertanya padamu?"

"Bertanya apa?"

Shirley yang masih berada di atas Scooter miliknya mulai mendekat dan melaju pelan tepat di samping Rein.

"Kenapa kau berubah pikiran?"

"Apa maksudmu?"

"Sebelumnya kau tidak begitu peduli denganku, bahkan mau meninggalkanku. Tapi kenapa kau berubah pikiran untuk membantuku sekarang?"

"Tidak ada alasan khusus, hanya saja aku memang membutuhkan uang untuk menuju ibu kota Grand Histoire. Salah satu cara tercepat adalah dengan memburu Zougullus dan menjualnya di Shaam."

"Ah sepertinya aku membuatmu sedikit kesusahan. Maafkan aku."

"Sudahlah itu tidak penting lagi, kita sudah membuat sebuah kontrak. Jika aku membantumu, kau akan mengantarku ke ibu kota kan. Dari pada melakukan perjalanan selama 3 hari 3 malam, lebih baik menerima tawaran darimu. Meskipun aku tidak tau apakah kau memang benar-benar bisa membawaku ke ibu kota dalam waktu 1 malam saja."

"Aku tidak berbohong, kau pikir siapa aku ini. Scooter milikku dapat melaju sekitar 150 km per jam dalam kecepatan penuh. Jarak dari sini ke kota kalau tidak salah tunggu sebentar." Shirley mulai meihat ke arah belakang Scooternya mencari sesuatu. Namun dia mulai sadar"... Ah aku lupa, peralatan dan peta nya ada di Tas milikku. Aku tidak bisa memperhitungkannya."

"Peta, apa kau bisa menentukan berapa lama waktu yang di butuhkan jika melihat peta?"

"Ya jika ada penggaris dan peta, aku bisa memperhitungkan waktu tempuh dari sini kesana. Tapi dulu aku pernah ke sana sekali, aku menghabiskan waktu sekitar 1 hari dari Grand Histoire menuju ke Lost Continent."

"Lost Continent?... Apa kau pernah kesana?"

Rein terlihat terkejut ketika Shirley menyebutkan bahwa dirinya pernah melakukan perjalanan ke Lost Continent.

Lyra adalah dunia yang terbagi menjadi 3 benua besar yaitu Ancient Continent di sebelah selatan, Lost Continent di sebelah utara, dan Ark Continent di timur. Ark Continent adalah salah satu benua terbesar di Lyra yang memiliki luas sekitar 10 kali lebih besar dari Ancient Continent.

"Ya, aku pernah kesana. Bahkan aku pernah menjelajahi benua Ark Continent."

"Benarkah itu?... Apa yang kau lakukan disana?"

"Aku mengumpulkan permata disana. Aku memasuki beberapa reruntuhan kuno untuk mencari permata disana."

"Tunggu dulu, kau bilang reruntuhan kuno. Apa ada reruntuhan juga di Ark Continent."

"Tentu saja ada. Memang kau tidak pernah mengetahuinya?"

"Tetua di desaku mengatakan bahwa tidak ada apa-apa di Ark Continent. Mereka mengatakan padaku bahwa disana hanyalah sarang para monster."

"Hmmm, aku hanya berada disana sebentar karena itulah aku tidak tau lebih jauh tentang Ark Continent. Karena monster disana sangat kuat, aku hanya bisa memasuki satu reruntuhan saja. Selain itu, aku memerlukan lebih banyak waktu jika ingin menjelajahi Ark Continent. Kau sudah mungkin sudah tau rumornya bahwa Ark Continent itu sangat luas."

"Aku tau, para tetua dulu mengatakan hal yang sama mengenai itu."

"Tapi aku sangat kagum sekali padamu Shirley."

"Eh?"

Muka Shirley sedikit terkejut dan memerah mendengar perkataan Rein menyebut namanya.

"Meskipun kau terlihat muda dariku, kau sudah menjelajahi banyak tempat di Lyra. Sejujurnya, aku sedikit iri padamu. Kelak aku juga ingin menjelajahi seluruh dunia ini, tapi sebelum itu aku harus menjadi ksatria Centurion terlebih dahulu."

"Kenapa harus menjadi ksatria Centurion, apakah itu penting bagimu?... Menurutku, kau tidak bisa menjelajahi dunia jika berhasil mendapat gelar itu. Jika kau ingin menjelajahi dunia ini, bukankah sebaiknya kau tidak perlu mengorbankan nyawamu menjadi salah satu dari mereka. Aku mengerti sesuatu setelah kau menjelaskan tentang ksatria Centurion padaku. Jika kau menjadi mereka, bukankah kau harus mengabdikan dirimu pada kerajaan dan terkekang?"

"Aku sudah tau itu."

"Jika kau sudah tau itu, kenapa tetap melakukannya?"

"Aku hanya ingin tau seberapa kuat mereka. Itu saja."

Jawab Rein dengan sedikit senyum."

"Kau itu bodoh ya."

Sesaat kemudian seluruh area di sekitar mereka berdua mulai berguncang. Terdengar gemuruh suara keluar dari lorong-lorong yang berada di samping kiri mereka berdua. Dari suaranya itu bukanlah Zougullus.

Sosok monster besar berukuran tinggi sekitar 3 meter membawa sebuah kapak berukuran besar pada tangan kanannya dan memakai jirah besi kini muncul dan menghalangi jalan menuju lantai 6 di depan sana.

Monster itu adalah Ogre.

Rein mulai berlari ke arah Ogre dengan cepat. Begitupun dengan Ogre yang kini mulai berlari ke arah Rein. Ogre itu mulai mengangkat kapak besarnya dan menebaskannya pada Rein dengan kuat.

Rein mulai menghindari serangan itu dengan melompat tinggi ke atas melewati tubuh Ogre. Ogre mulai membalikan badanya sambil menebaskan kembali kapak besar miliknya pada Rein yang berdiri tepat di belakangnya. Dengan santai Rein terus mengindari serangan itu dengan cara terus melarikan diri menjauhi serangan kapak itu. Dia seperti meremehkan Ogre kali ini, karena dia tidak melawan balik monster itu.

Ogre itu terlihat sangat marah, serangan kuatnya terlihat tidak beraturan dan dapat dihindari oleh Rein dengan mudah.

Setelah lumayan lama, Akhirnya Rein mulai menyerang Ogre itu dengan senjatanya.

Dia berlari menaiki senjata Ogre yang tertancap di tanah, dia mulai melompat dan menebaskan pedang miliknya tanpa mengeluarkannya dari sarung pedangnya tepat pada kepala Ogre dengan sangat kuat.

Ogre terhempas dalam satu kali serangan saja dan tubuhnya ambruk di tanah.

Setelah mengalahkannya, Rein mulai mendekati tubuh Ogre itu dan mengambil sebuah kantung berukuran cukup besar yang berada di pinggang Ogre. Rein mengambil dan melihat isinya, namun selanjutnya dia melemparkan kantung itu pada Shirley yang mulai mendekatinya.

"Ambilah."

"Eh, apa ini?... Oh, Quarzt."

Shirley mengeluarkan permata hitam yang berada di dalam kantung yang di bawa Ogre itu.

"Kau bisa menggunakannya kan?"

"Tidak, sebenarnya ini tidak begitu berguna."

"Huh, kau bilang kau bisa menggunakan sihir dengan pertama?"

"Aku memang bilang begitu. Tapi Quarzt merupakan 1 dari beberapa pertama yang tidak begitu memiliki efek khusus. Jika aku menggunakannya pun, seranganku tidak akan meningkat."

Beberapa saat kemudian ada satu Ogre yang muncul kembali, kini Ogre itu muncul tepat dari arah belakang.

"... Aku akan memperlihatkannya padamu."

Shirley mulai mengeluarkan beberapa Quartz yang berada di dalam kantung tersebut. Permata itu mulai bersinar setelah berada di tangan Shirley.

"....ACCEL."

Ucap Shirley yang kemudian berlari sangat cepat. Dia bergerak begitu cepat melebihi kecepatan Rein saat bergerak. Hanya dalam beberapa detik saja Shirley kini sudah berada tepat di depan Ogre. Tangan kanannya yang memegang Quarzt kini berada tepat di depan perut Ogre yang besar.

"...BLIZT STROKE."

Tubuh Ogre terlihat terdorong ke belakang setelah sebuah gelombang petir muncul dari telapak tangan Shirley. Bagian perut Ogre terlihat mengeluarkan asap terkena sambaran petir dari tangan Shirley.

Beberapa aliran listrik pun masih terlihat dari tubuh Ogre yang terkapar itu.

Blitz Stroke adalah sihir serangan level 2 yang di kuasai oleh Shirley. Dengan menggunakan Quarzt yang memiliki sedikit sifat air, Shirley dapat mengubah serangannya agar berdampak seluruh tubuh Ogre. Karena itulah gelombang kejut serangannya mengenai bagian otak Ogre dan membuatnya pingsan.

Namun karena Quarzt tidak banyak meningkatkan kemampuan, serangan Shirley barusan menggunakan banyak sekali Quartz agar dapat membuat dampak besar seperti itu.

Permata akan hancur ketika Shirley menggunakannya. Permata yang hancur akan berubah menjadi sekumpulan mana yang dapat digunakan untuk memperkuat sihir.

"... Seperti itulah sihir milikku."

"Kau cukup hebat juga, tapi serangan seperti itu masih sangat lemah."

"Aku sudah bilangkan, Quazrt itu tidak begitu berguna. Tapi, ini lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Terima kasih, aku akan menggunakannya. Meskipun permatanya hanya tinggal sedikit lagi."

"Tapi, sihir yang mempercepat gerakanmu itu sangat berguna dan kuat."

"Terima kasih. Tapi berbeda dengan permata, sihir itu berasal dari diriku sendiri. Accel adalah sihir pendukung untuk mempercepat gerakan tubuh, terutama berguna berlari atau mengindari serangan. Tetapi sihir ini akan berdampak cukup besar pada stamina tubuh si pengguna."

"Hmmm begitu. Apa mungkin, alasan kau tidak menggunakannya kemarin saat di kejar Zougullus adalah—"

"Ya, beban terhadap tubuhku sangat besar. Karena itulah aku jarang menggunakan Accel, aku sudah menggunakannya terlalu banyak akhir-akhir ini. "

Beberapa saat kemudian tepat di sebelah kanan dinding batu dekat Shirley, Zougullus muncul keluar dari balik bebatuan menghancurkan dinding batu. Shirley mulai mundur kembali mendekati Rein dan Scooter miliknya untuk menjaga jarak dengan Zougullus. Dia tahu bahwa saat ini sihir miliknya tidak bisa mengalahkan Zougullus, apalagi Quarzt tidak begitu berguna.

Rein mulai berjalan maju mendekati Zougullus yang kini melihat ke arahnya.

"Akhirnya keluar juga."

"Jangan-jangan, alasan kau membiarkan Ogre tadi--"

"Ya, Aku sengaja membuat Ogre membuat keributan untuk memancing Zougullus kemari. Sepertinya kau menyadari itu?"

"Tentu saja."

Jawab Shirley.

"Kalau begitu mundurlah, aku yang akan menangani ini."

1 lagi Zougullus muncul di depan sana bergerak langsung menyerang Rein. Rein mulai berlari ke arah monster itu, tangan kanannya kini berada pada gagang pedang miliknya. Dia menarik pedang miliknya.

Namun hanya dalam sekejap mata saja, tubuh Rein seperti menghilang dan kemudian muncul kembali di belakang para Zougullus. Rein sudah melewati monster itu dengan gerakan yang cukup cepat sambil menebaskan senjatanya pada monster itu.

Sayatan yang berupa garis cahaya muncul beberapa detik setelah Rein memasukan kembali pedang miliknya.

Tubuh 2 Zougullus itu terpotong-potong menjadi beberapa bagian, terutama bagian kepalanya yang terpisah dengan tubuhnya.

Rein terlihat mulai mendekati kepala Zougullus yang tergeletak di atas tanah, Rein mulai mengeluarkan sebilah pisau kecil dan kemudian membuka mulut Zougullus untuk mengambil taringnya. Dia memotong daging monster itu untuk mengeluarkan taring dari mulutnya. 1 Zougullus hanya memiliki 2 taring yang berukuran sedikit panjang, sisanya tidak berharga. Karena itulah Rein hanya mengambil 2 taring saja. Selain itu karena berukuran sedikit besar dan berat membuatnya tidak bisa membawa banyak-banyak.

"Oy Shirley, masukan ini pada Scooter milikmu. 4 saja sudah cukup, kita akan menjualnya nanti."

"Terlalu besar, Scooterku tidak akan kuat mengangkutnya. Selain itu bahan bakar Scooter ku tinggal sedikit lagi. Mungkin hanya bisa mengangkut 2 saja."

"Ah, kalau begitu tidak ada pilihan lain lagi." Setelah mengambil 2 taring Zougullus, Rein mulai mendekati Shirley dan memberikan taring itu padanya. "... Ini terima lah. Kau bisa membeli beberapa permata dengan ini."

Ucap Rein setelah melewati Shirley yang mulai menyimpan taring Zougullus di bagian belakang Scooter miliknya.

Harga permata di dunia ini tidaklah murah. Satu permata Lapiz dan Topas berukuran kecil harganya berkisar sekitar 20 keping emas Zhog. Sementara itu beberapa permata lain yang memiliki kualitas tinggi harganya bisa berkali-kali lipat lebih mahal dari permata berkualitas rendah seperti Quartz, Lapiz, Topaz, dan lainnya. Contohnya adalah Ruby berukuran kecil yang harganya bisa mencapai 150 keping emas Zhog.

Alasan kenapa harganya berbeda adalah karena beberapa permata sangatlah sulit untuk di dapatkan di dunia ini. Bisa di bilang permata adalah jenis barang yang sangat langka di dunia ini.

Biasanya permata hanya dimiliki oleh para bangsawan kelas atas saja yang di jadikan sebegai perhiasan.

"Berat dan besar. Jika seperti ini, kau tidak bisa naik Scooterku nanti."

"Tidak perlu khawatir, Aku bisa berjalan sendiri."

"Baiklah, kalau begitu kita langsung saja menuju ke bawah. Jika terlalu lama diam disini, Scooterku bisa benar-benar kehabisan bahan bakar."

"Kau bilang Scooter milikmu bisa terbang kan?"

"Ya benar. Memang kenapa?"

Rein terlihat berada di ujung jalan dan melihat ke arah jurang.

"Kita turun lewat tengah saja. Itu lebih akan cepat."

"Eh, tunggu dulu. Aku tidak bisa melak—"

"Aku akan turun duluan."

"Tunggu!!"

Shirley sempat berteriak dan berlari ke ujung jalan mencoba menghentikan Rein yang kini sudah melompat turun ke bawah. Meskipun dia sangat kuat, melompat ke jurang yang tidak di ketahui kedalamanya adalah hal yang ceroboh dan bodoh.

Dia bisa mati jatuh dari ketinggian.

Namun Shirley sepertinya salah mengenai Rein.

Saat dia melihat kebawah, Rein terlihat baik-baik saja. Dia melihat Rein berada di atas seekor monster yang memiliki kemampuan terbang di bawah sana. Rein menggunakan tubuh monster itu sebagai pijakan untuk turun ke bawah.

Monster itu adalah Gliemeye, memiki tubuh bulat berarna hitam dan memiliki 2 sayap. Monster itu hanya memiliki 1 mata berukuran besar yang berada di tubuhnya yang bulat dan juga memiliki ekor panjang. Matanya yang besar itu berguna untuk melihat di dalam kegelapan.

Sepertinya Reruntuhan di bawah lantai 10 adalah sarang dari Gliemeye yang menyukai tempat yang agak gelap.

"Pria itu sangat gila. Aku sudah bilang kan bahwa Scooter milikku kehabisan bahan bakar. Huh, tidak ada pilihan lain, aku harus mengejarnya. Aku berharap tas milikku segera ketemu, agar aku bisa mengisi bahan bakarnya."

Shirley mulai berlari ke arah scooter miliknya. Dia mulai menyalakan scooter itu, namun kali ini bagian di sisi kanan dan kiri scooter Shirley terlihat terbuka dan menjadi sepasang sayap seperti pesawat.

Setelah menyalakan lampu di bagian depan, Shirley mulai meluncur ke arah tengah dan turun ke dalam jurang mengikuti Rein yang sudah duluan turun ke bawah.

2-2

Sangat Gelap, lembab, dan sangat dingin, itulah kesan utama saat mereka berdua sampai di lantai dasar jurang di reruntuhan Deadoras itu.

Satu-satunya yang menjadi sumber cahaya di tempat mereka sekarang adalah sihir Shirley. Dia menggunakan beberapa Quartz dan melemparkannya ke tanah sebelum akhirnya bersinar sedikit agak terang. Shirley menebarkan Quartz ke segala arah agar tidak terlalu gelap.

Setelah seluruh area mulai sedikit terlihat, Shirley langsung mencari tas miliknya di sekitar area itu.

Karena tasnya jatuh dari atas, kemungkinan besar tas miliknya tidak akan jatuh jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Ada beberapa terowongan kecil yang terlihat di lantai dasar ini seperti lorong-lorong yang terlihat di lantai atas.

"Tidak ada, kenapa tidak ada?... Seharusnya tasku jatuh di sekitar sini."

Shirley terlihat mulai kebingungan karena setelah melihat ke hampir seluruh area di sekitar tempat mereka sekarang, tas miliknya tidak di temukan. Karena area ini berada tepat di bawah lubang di atas sana, memang tidak mungkin tasnya jatuh ke area lain selain di area mereka saat ini.

"Mungkin saja para Goblin mengambilnya. Lihatlah kemarin, aku menemukan jejak kaki mereka masuk ke dalam sana."

Shirley mulai mendekati Rein yang terlihat sedang jongkok melihat jejak kaki goblin yang tercetak di permukaan tanah.

"Goblin?"

"Kau mungkin sudah tau bahwa tempat ini adalah sarang dari Goblin. Kita tidak bisa menemukan tas milikmu dengan cepat jika para Goblin mengambilnya. Para goblin pintar bersembunyi, dan kita tidak tau seberapa luas lorong-lorong itu."

"Ah menyebalkan, kenapa ini bisa terjadi."

Shirley mulai mengeluh.

"Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, sebaiknya kita coba masuk kedalam dan mencari sarang para goblin itu. Lagian matahari belum terbenam, jadi kontrak kita masih belum selesai."

Rein mulai berjalan mengikuti jejak kaki para Goblin yang berada di atas permukaan tanah.

"Ah tunggu sebentar."

Shirley mulai memarkirkan scooternya dan memasang sebuah sihir disekitarnya. Lingkarang sihir muncul ketika Shirley merapalkan sebuah mantra.

Setelah persiapan selesai, dia mulai menggunakan beberapa Quarzt untuk membuat cahaya sebagai alat penerangan. Titip cahaya putih yang cukup terang kini berada tepat melayang di telapak tangan kanan Shirley.

-║-

"Kemampuanmu itu, cukup berguna juga dalam keadaan seperti ini."

"Apa itu sebuah pujian?... Maaf saja jika sihirku sedikit tidak berguna dalam pertempuran." Shirley terlihat sedikit cemberut ketika Rein berbicara mengenai sihirnya."... Jika aku serius, Zougullus pun bisa aku kalahkan dengan 1 kali serangan saja."

"Hmm, Benarkah?"

"Apa kau mengejekku?"

Shirley melihat Rein sedikit tersenyum setelah perkataannya tadi.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua mulai melihat sebuah cahaya tepat sekitar 10 meter tepat di depan mereka. Setelah mulai mendekat, mereka melihat ke seluruh area lorong yang di selimuti oleh crystal yang bercahaya menerangi seluruh lorong di area itu. Crystal-crystal itu cukup banyak dan menempel pada setiap dinding batu dan menerangi jalan yang mereka lewati saat ini.

"Crystal Quarzt, Hmm banyak sekali disini."

Ucap Shirley yang mulai melihat dari dekat crystal-crystal itu.

Meskipun seluruh permata itu Quarzt, namun warna dan jenisnya berbeda. Quarzt yang di ambil dari Ogre sebelumnya berwarna agak kegelapan, namun yang kini berada di seluruh area ini berwarna putih transparan. Bahkan effect saat Shirley menggunakannya pun sedikit berbeda, saat dia menggunakan Crystal Quarzt cahaya yang di hasilkan lebih terang dari yang sebelumnya.

Namun karena seluruh jalan kini mulai terlihat, Shirley menghentikan sihir miliknya dan kembali berjalan menyusuri lorong-lorong itu.

Hampir seluruh area di dalam sana di penuhi oleh Crystal Quarzt membuat perjalanan lebih mudah kali ini.

Namun jejak kaki Goblin yang sebelumnya hanya 1 jalur saja kini mulai terlihat sangat banyak setelah mereka memasuki bagian dalam yang di penuhi banyak lorong-lorong itu, sepertinya setiap lorong di dalam sana saling berhubungan satu sama lain dan memasuki daerah yang berbeda.

Sementara mereka terus berjalan, sempat mereka sesekali mendengar sebuah suara menggema dari dalam lorong itu.

Mereka berdua tau bahwa suara itu adalah suara dari para Goblin.

Tentu saja dengan cepat mereka mengikuti arah suara itu agar mereka segera menemukan sarang dari para Goblin itu. Sebelum akhirnya mereka sampai di ujung lorong yang di baliknya di penuhi oleh suara yang sangat berisik dan cahaya berwarna kemerahan.

Setelah keluar mereka mulai mencari tempat bersembunyi balik bebatuan dan mulai mengintip apa yang ada di balik gua besar di balik lorong-lorong tersebut.

"Uah, kita sudah sampai di sarang mereka."

Ucap Rein.

"Banyak sekali. Apa yang sedang mereka lakukan?"

"Tentu saja mereka sedang membuat senjata."

Jawab Rein.

Mereka berdua akhirnya sampai di sarang Goblin yang cukup besar. Para Goblin itu terlihat sedang bekerja di dalam sana. Sebagian ada yang terlihat sedang membuat senjata dan armor, ada yang sedang mengawal para Ogre membawa batu bara, dan ada pula yang sedang menambang.

Goblin memang di kenal sebagai monster yang cukup cerdas dan berkoloni. Tidak aneh jika saat bertemu dengan para Goblin, mereka menggunakan jirah dan pedang saat mereka bertarung.

"Pasti akan sangat sulit menemukan tas milikku di tempat besar seperti ini."

"Tidak juga."

"Apa maksudmu?"

"Goblin sangat cerdas, mereka tidak akan menyimpan barang-barang dimana saja. Mereka pasti menyimpan barang berharga di satu tempat yang aman, terutama tas milikmu yang mungkin berisi barang-barang yang tidak mereka tau. Mereka pasti sangat penasaran dengan benda-benda aneh yang mungkin ada di dalam tas milikmu itu."

"Memang benar, ada banyak barang dari dunia ku di dalam tas milikku. Termasuk Ahh Tidak...."

Shirley sempat berteriak, dan berhenti berbicara. Mukanya langsung memerah sesaat kemudian.

"Kenapa?"

"S-seluruh pakaianku ada di dalam tas itu termasuk...."

Shirley berhenti berbicara kembali.

"Termasuk apa?"

Tanya Rein.

"Kau tidak perlu tau, itu barang pribadiku. Kita harus segera menemukannya. Kita serang langsung!!"

"Huh, apa kau sudah gila. Melawan para goblin sebanyak itu sangat merepotkan. Tidak perlu khawatir, aku sudah tau dimana mereka akan menyimpan tas milikmu."

"Kau tau?"

"Uh, kita harus menemukan boss para Goblin itu."

"Boss?"

"Benar, mereka pasti menyimpan tas milikmu di dekatnya. Ayo kita jalan memutar."

Bergerak dengan hati-hati di balik bebatuan dan bayang-bayang, Shirley dan Rein mulai memasuki area bagian dalam menyelinap untuk menemukan tempat boss para Goblin berada. Mereka terus bersembunyi dari para Goblin yang berada di area itu.

Mereka harus menyelinap dan tidak di ketahui oleh para Goblin itu. Jika mereka mengetahui keberadaannya, maka keadaan akan cukup berbahaya.

Bisa-bisa mereka berdua harus berhadapan dengan para Goblin dan Ogre yang berada di dalam tempat itu.

Itu adalah hal yang tidak diinginkan karena pasti sangat merepotkan, terlebih Shirley hanya bisa menggunakan serangan level 1-2 saja.

"Kita akan pergi ke daerah lebih tinggi."

"Menara itu sepertinya cocok, itu berada di tengah-tengah area ini." Shirley menunjuk ke arah sebuah menara yang terbuah dari kayu beberapa meter di depan mereka. "... Tapi ada penjaga disana."

"Kita akan mengurusnya. Ikuti aku."

Setelah keadaan mulai kosong, Shirley dan Rein mulai bergerak cepat masuk ke dalam menara itu. Mulai menaiki tangga kayu menuju bagian atas dan beberapa saat kemudian menyergap Goblin yang sedang berjaga di bagian atas.

Rein menggunakan belati dan menusuk bagian punggung goblin itu, sembari tangan kirinya menutup mulut Goblin itu agar tidak berteriak.

Sambil menunduk, mereka berdua akhirnya mulai mengintip dari menara itu mencari keberadaan boss Goblin di area itu. Seperti yang Rein duga, akhirnya mereka menemukan salah satu Goblin berukuran besar sedang duduk di satu tempat, kemungkinan besar Goblin itu adalah boss mereka.

Di sekitar tempat duduknya, terlihat banyak sekali emas yang menumpuk disana. Selain emas ada beberapa barang lainnya yang tergeletak disana seperti senjata, makanan, dan barang-barang lainnya.

Di samping kiri dan kanan tempat duduknya, 2 Ogre berukuran besar yang lehernya di borgol terlihat bersiaga disana sebegai penjaga.

Jarak dari menara menuju tempat boss Goblin itu sekitar 100 meteran dari tempat Rein dan Shirley berada.

"Ah itu, aku melihat tas milikku. Sepertinya mereka belum membuka tas milikku."

Shirley mulai melihat tas besar miliknya di sekitar emas dan barang-barang di samping boss Goblin itu. Tas situ dibiarkan tergeletak di tanah bersama dengan barang lainnya.

"Baguslah. Sekarang kita harus mulai bertindak."

Ucap Rein.

"Kita akan melawannya?"

"Aku akan mencoba melawan boss Goblin dan 2 penjaganya. Sementara itu, kau menyelinap dan mengambil tas milikmu. Setelah itu, larilah dan keluar dari tempat ini. Kau bisa menggunakan kemampuanmu lagi nanti kan setelah mendapatkan tas milikmu."

"Memang benar, tapi bagaimana denganmu?"

"Tidak perlu khawatirkan aku, aku akan melakukan sesuatu."

"Sekuat-kuatnya dirimu, kau tidak bisa melawan mereka sendirian. Dan mungkin seluruh Goblin akan menyerangmu jika kau membuat onar di dekat bossnya. Biarkan aku membantumu?... Setelah itu kita akan keluar bersama-sama."

"Huh, terserah kau saja. Aku akan maju terlebih dahulu mengerti?"

"Aku tau tugasku."

Setelah mereka turun dari menara itu, mereka sempat melihat keaadaan sekitar sebentar sebelum bergerak. Mereka mencoba untuk tidak menarik perhatian para Goblin kecil di sekitar sana agar saat menyerang jumlah musuh bisa berkurang sedikit.

Namun sebelum mereka mulai bergerak, suara lonceng mulai bergema di seluruh area itu seperti menandakan tanda bahaya.

"Ada apa?"

Ujar Shirley yang sedikit kebingungan.

"Bahaya, mereka menemukan kita."

"Eh bagaimana bisa?"

"Kemungkinan dari jejak kaki di lorong yang sebelumnya kita lewati. Kita akan menyerangnya sekarang sebelum para seluruh Goblin itu menemukan kita."

Rein mulai berlari sangat cepat menuju ke arah dimana Boss Goblin itu berada, begitu juga dengan Shirley yang mengikutinya dari belakang.

Beberapa Goblin terlihat mulai menghadang Rein, namun Rein dengan cepat menarik senjata miliknya dan melawan mereka seperti sebelumnya dengan menggunakan sarung pedangnya. Beberapa goblin berhasil di kalahkan Rein dengan cepat hanya dengan satu kali serangan dan mementalkannya ke samping kanan dan kiri.

Hanya dalam waktu beberapa detik saja, Rein kini sudah berada di area tempat boss Goblin itu berada. Dan seperti yang di prediksi sebelumnya, 2 Ogre yang berada di samping boss Goblin itu mulai di lepas dan mulai menyerang Rein terlebih dahulu.

"Shirley cepat ambil tasmu!!"

Ogre yang memegang pedang berukuran besar itu mulai mengayunkan senjatanya itu kepada Rein secara bergantian, namun Rein bisa mengatasi serangan itu dan menahannya dengan senjatanya sendiri. Namun dia tidak bisa membalikan serangannya dan hanya membelokannya agar tidak mengenai langsung tubuhnya. Setelah serangan itu mengenai permukaan tanah Rein mulai mundur dan bergerak menghindari serangan selanjutnya dari Ogre satunya lagi.

Sementara itu, Shirley yang sudah melewati Rein dan 2 Ogre itu kini sudah menggunakan Accel dan mencoba mengambil tas miliknya.

Namun boss Goblin sepertinya tidak membiarkan Shirley mengambil tas miliknya dengan mudah. Boss Goblin itu kini mengambil 2 buah pedang berukuran sangat besar dan panjang di sebelah kursi yang di dudukinya.

Melihat itu Shirley mulai berhenti bergerak.

Rooooaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr.... Suara boss Goblin itu mulai terdengar meraung keseluruh tempat ini.

"Tidak ada pilihan lagi."

Shirley mulai memasang kuda-kuda dan tangan di depan seperti pose bela diri.

"DEFENSE, POWER, FORCE.."

Di sekitar tubuh Shirley, mulai terlihat semacam aura berwarna kemerahan dan biru saat dia mengucapkan beberapa mantra sihir. Garis-garis cahaya berwarna biru terlihat bersinar pada bagian luar kulit tangan dan kakinya.

".....ACCEL. "

Boss Goblin bergerak dan mengayunkan kedua senjatanya langsung pada tubuh Shirley.

Namun sesaat kemudian, ledakan terjadi tiba-tiba tepat di tempat duduk boss Goblin sebelumnya. Beberapa koin emas mulai bertebaran akibat ledakan itu dan berjatuhan keseluruh tempat.

Sementara tangan kanan Shirley yang mengepal berada tepat di depan seperti sudah melakukan pukulan.

Ledakan itu diakibatkan oleh boss Goblin yang terpental akibat serangan Shirley. Dia bergerak sangat cepat tepat di bawah tubuh boss Goblin, dan melakukan pukulan pada bagian perut goblin itu dengan sangat kuat.

Setelah melancarkan serangan itu, seluruh garis cahaya pada kulit Shirley dan aura merah-kebiruan yang menyelimuti tubuhnya mulai menghilang. Dia sempat mengambil nafas panjag sesaat sebelum akhirnya berlari mengambil tas miliknya. Untuk sesaat dia melihat isi tas miliknya.

"Yosh tidak ada yang hilang."

Dengan cepat dia mulai mengambil beberapa permata yang tersimpan pada kantung kecil di bagian sisi tas besarnya itu dan menyimpannya di tangan. Shirley mulai menggendong tas besarnya dan mulai berlari kearah Rein yang masih menahan 2 ogre itu.

"Aku sudah mendapatkannya!"

Teriak Shirley pada Rein.

"Pergilah duluan, aku akan mengikutimu dari belakang."

"Baiklah."

Shirle mulai melewati Rein yang kini sudah membuat 2 Ogre itu terjatuh. Rein mulai mengikuti Shirley tepat di belakangnya.

Beberapa Goblin kecil mulai terlihat berada di depan mereka dan mulai menghadang.

"Jangan berhenti berlari."

Rein mulai melewati Shirley.

Rein mulai membuat jalur untuk Shirley dengan cara mengalahkan para Goblin kecil yang menghadang di depan mereka.

Akibat penggunaan Double Accel, Shirley kini tidak bisa berlari lebih cepat lagi karena mantra itu membebani tubuhnya. Selain itu beban yang di bawanya cukup berat membuat pergerakannya menurun. Namun dia masih focus sambil memegang beberapa permata di tangannya.

Beberapa saat kemudian permukaan tanah mulai bergetar dan suara batu hancur terdengar tepat di belakang Shirley. Sebuah pergerakan sangat cepat terasa oleh Shirley tepat di bagian belakang tubuhnya, kantung besar yang di bawanya menghalangi pandangannya saat ini. Namun dia tahu bahwa sesuatu kini sudah berada tepat di belakangnya.

Dia sempat menengok sesaat dan melihat 2 buah cahaya merah bersinar tepat di belakang tubuhnya. Cahaya itu berasal dari mata boss Goblin yang sangat marah padanya, tubuhnya kini berubah warna menjadi merah dan diselimuti oleh asap di sekujur tubuhnya. 2 senjatanya kini sudah berada di udara dan siap di ayunkan ke bawah, tepat ke arah Shirley.

Tidak akan sempat.

Shirley tidak menyangka boss Goblin bisa mengejarnya dengan sangat cepat dan sudah siap menyerangnya kali ini. Dia tahu bahwa dia tidak akan sempat membuat sebuah pertahanan saat ini karena ayunan pedangnya kini sudah berada tepat 1 meter di atas kepalanya.

Shirley sempat menutup mata dan sesaat kemudian tubuhnya mulai terpental kebelakang seperti di tarik oleh seseorang.

Ledakan terjadi di tempat dimana Shirley berada sebelumnya akibat serangan 2 senjata boss Goblin itu.

Shirley mulai membuka mata dan kini sudah duduk di atas tanah tepat di belakang Rein yang kini berada di depannya.

"T-terima kasih."

"Aku akan melawannya, tetap di belakangku."

Ucap Rein yang mulai berlari ke arah boss Goblin yang kini terlihat sudah berubah. Jika sebelumnya tubuh boss Goblin itu berwarna hijau, kini tubuhnya berwarna merah dan otot-otonya terlihat lebih besar dari sebelumnya dengan urat yang mencuat keluar.

Rein terlihat mulai menahan setiap serangan dari boss Goblin itu yang sangat kuat dan cepat. Pedangnya terus beradu dengan kedua pedang besar milik boss Goblin itu memercikan sebuah cahaya merah. Gelombang serangan ketika 2 senjata itu beradu begitu terasa, bahkan permukaan tanah di sekitar merekapun terlihat bergetar.

Namun sepertinya pertarungan itu mulai tidak seimbang karena 2 Ogre yang sebelumnya Rein jatuhnya kini mulai terlihat akan masuk ke dalam area pertarungan mereka berdua. Sementara itu goblin-goblin kecilpun kini mulai mengepung seluruh area itu.

Shirley mulai bergerak karena melihat pertarungan Rein yang sengit itu akan di ganggu oleh kedatangan musuh lainnya.

Dia mengeluarkan beberapa permata berwarna putih-biru sebanyak 3 buah dari kantung kecil di tas miliknya.

Dia mulai melemparkan ke 3 permata yang merupakan Diamond, Aquamarin dan Blue Topaz ke udara. 3 buah lingkaran sihir mulai terbentuk dari ketiga permata yang terlihat hancur di udara itu.

Hembusan angin dingin mulai muncul di sekitar tubuh Shirley.

"aLTIMA ICE BLIZZARD."

Teriak Shirley sambil menempelkan kedua telapak tangannya ke permukaan tanah. Ketiga lingkaran sihir yang sebelumnya berada tepat di atas Shirley kini mulai bergerak turun ke permukaan tanah, lingkaran sihir itu mulai bercahaya sebelum akhirnya sihir miliknya mulai aktif.

Pillar-pillar es crystal mulai bermunculan dari permukaan tanah mencuat ke atas. Seluruh area sekitar 50 meter dari tempat mereka berdiri kini di selubungi oleh pillar es yang sangat runcing dan tinggi. Para Goblin kecil yang berada di area serangan itu terlihat membeku di dalam pillard es itu.

Seluruh area itu kini di penuhi oleh udara dan asap putih yang begitu dingin.

Namun tidak semua area membeku, Shirley melepaskan sihir itu hanya di sekitar area pertarungan Rein dan boss Goblin itu. Area berbentuk lingkaran itu dibiarkan tidak terkena efek sihir Shirley agar Rein dapat melawannya 1 lawan 1.

Shirley tidak mengerti kenapa dia melakukan hal itu, sebenarnya dia bisa dengan mudah membekukan area tersebut dan menyuruh Rein untuk menghindar. Namun dia tetap tidak membekukan area pertarungan itu.

Alasannya mungkin karena Shirley tau bahwa Rein dapat mengalahkan boss Goblin itu.

Setelah beberapa kali Rein beradu pedang dengan boss Goblin yang mulai terlihat lebih marah itu, Rein kini mulai sedikit mengatur jarak dan berada tidak jauh dengan Shirley.

Setelah membuat area ini terkurung oleh pillar-pillar es, Shirley terlihat sedikit kelelahan. Tubuhnya sempat ambruk sesaat, namun dia mulai berdiri kembali.

"Apa kau tidak apa-apa?"

Tanya Rein.

"Hanya sedikit lelah karena mengeluarkan Mana yang cukup besar."

"Begitu." Rein mulai menyimpan senjata miliknya ke pinggang kirinya. "... Aku akan segera mengakhirinya. Tunggu sebentar."

Boss Goblin mulai berlari ke arah Rein dengan cepat.

Perlahan Rein mulai menarik pedang miliknya keluar dari sarung pedang itu. Aura putih seperti asap terlihat menyelimuti tubuhnya saat ini. Seluruh tubuh Rein kini terlihat lebih bersinar, bahkan matanya yang berwarna biru itu ikut bersinar sangat cepat.

Dia mulai meluncur ke depan dengan menggunakan kaki kiri sebagai pijakannya.

EXODIA

Sebuah garis cahaya terbentuk melewati tubuh boss Goblin yang kini sudah dia lewati. Rein mulai berhenti bergerak tepat di belakang tubuh boss Goblin yang seakan membeku.

Ini adalah kali pertama Rein mengeluarkan seluruh pedang itu dari sarungnya. Sebuah Pedang putih-keemasan di sekitarnya dan dipenuhi aura berwarna putih. Panjang sekitar 1.8 meter dan memiliki 2 mata tajam.

Pedang legendaris bernama Exodia.

Rein mulai memasukan kembali pedang itu pada sarungnya, sebelum akhirnya dia berjalan kembali mendekati Shirley. Sementara itu kedua pedang boss Goblin terlihat mulai retak dan sesaat kemudian hancur berkeping-keping. Tubuh boss Goblin itu mulai ambruk dan jatuh ke tanah, tubuhnya yang merah kini mulai kembali menjadi hijau.

"Apa kau bisa berjalan?"

"Ah aku masih kuat."

"Kalau begitu ayo, kita harus segera keluar dari sini."

2-3

Rein dan Shirley kini mulai berlari untuk keluar dari lantai paling bawah reruntuhan Deadoras.

Setelah mendapatkan tas miliknya, Shirley kini hanya tinggal kemabli ke Scooter miliknya untuk mengisi bahan bakar dan keluar dari tempat ini. Namun keadaan setelah melawan boss Goblin mulai semakin kacau, kini seluruh goblin yang berada di tempat ini sedang mengejar mereka berdua.

Dari belakang maupun dari depan, para Goblin terus bermunculan tiada hentinya mencoba menghadang mereka berdua.

"Huh, huh. Mereka semua banyak sekali. Merepotkan !!"

Ucap Rein yang berada di depan Shirley sedang membuka jalan.

Sementara Shirley kini menggunakan beberapa permata menghacurkan dinding batu bagian atas agar jalan mulai tertutup. Permata yang di lemaparkannya mulai bersinar dan bergerak kearah dinding batu di bagian atas.

"Explosion."

Ledakan membuat bebatuan mulai turun menutupi seluruh lorong.

Shirley sudah melakukan ini beberapa kali dan menghacurkan lorong-lorong yang bercabang, ini dimaksudkan agar para Goblin terjebak dan tidak bisa mengejar mereka. Karena kemungkinan lorong-lorong di dalam sana saling berhubungan satu-sama lain, goblin-goblin itu akan bergerak ke lorong lainnya untuk mengejar mereka.

Karena itulah mereka bisa muncul dimana saja, namun jika setiap cabang di tutup maka mereka akan terjebak di dalam sana.

Tapi, Shirley tau bahwa jalan keluar dair tempat itu sangat banyak, menghancurkan seluruh cabang akan memakan banyak waktu, mana, dan permata. Karena itulah dia hanya ingin menghambat dan menghancurkan lorong yang berukuran besar dan cabangnya cukup banyak.

Kini mereka berdua sampai pada lorong yang gelap.

Shirley mulai menggunakan Crystal Quartz yang dia ambil sebelumnya dan mulai menggunakannya sebagai cahaya penerangan. Beberapa Crystal Quarzt yang mulai bercahaya kini mulai melayang di sekitar tubuhnya dan Rein, dan mengikuti pergerakannya.

Karena lorong yang di lewatinya kali ini satu jalur, akhirnya ketika keluar Shirley mulai meledakan lorong itu.

"Explosion."

Bebatuan mulai runtuh dan lorong pun tertutup rapat.

"Ah kita akhirnya keluar juga."

Ucap Rein yang terlihat mulai menarik nafas cukup panjang.

Shirley terlihat duduk di atas tanah sambil beberapa kali menarik nafas. Tubuhnya kini di penuhi oleh keringat yang banyak, bahkan pakaiannya pun sangat basah dipenuhi oleh keringat.

"Huh akhirnya keluar juga."

"Apa kau baik-baik saja setelah menggunakan banyak sihir seperti tadi?"

"Tentu saja tidak, aku sangat kelelahan saat ini. Kakiku bergetar, tubuhku sangat lelah karena kehabisan Mana, tubuhku sangat kotor dan dipenuhi oleh keringat. Aku ingin segera mandi dan tidur."

"Kau bisa melakukannya jika kita sudah keluar dari sini dan mengantarku ke ibu kota."

"Aku seorang wanita, aku tidak mungkin melakukan perjalanan dengan penampilan seperti ini kan.. Biarkan aku membersihkan tubuhku dan mengganti pakaian terlebih dahulu. Jangan khawatir, aku akan mengantarmu ke ibu kota tepat waktu. Besok pagi kita pasti akan sampai disana."

Shirley mulai berdiri dan berjalan kearah Scooter yang dia parkirkan di sekitar area itu. Ketika mulai mendekati Scooter miliknya, Sihir pertahanan yang sempat dia pasang mulai dia lepas. Lingkaran sihir di sekitar Scooter itu mulai hancur.

Shirley mulai jongkok di sisi kanan scooter miliknya. Ada sebuah bagian dari scooter mulai terbuka, Shirley mulai mengambil benda yang berada di dalam bagian yang terbuka tersebut. benda tersebut berbentuk Silinder dan berisi cairan yang bercahaya. Shirley mulai membuka bagian atas silinder itu dan memasukan permata jenis Montana pada capsul itu.

Cairan yang bersina yang sebelumnya tinggal sedikit, kini terlihat mulai terisi dan hampir penuh.

Shirley mulai memasukan kembali silinder itu pada bagian yang terbuka dan mulai menutupnya kembali.

"Yosh Selesai."

Beberapa saat kemudian, sebuah dentuman keras mulai terdengar beberapa kali dari arah lorong yang di ledakan oleh Shirley. Bebatuan yang menghalangi lorong tersebut mulai meledak dan terbuka oleh sebuah serangan dari balik bebatuan itu.

2 ogre yang memegang palu berukuran bersar terlihat muncul dari bali lorong yang gelap itu diikuti oleh para Goblin.

Shirley dengan cepat mulai menaiki Scooter miliknya.

Dia menaruh tas besar itu di bagian belakang bersama dengan taring Zougullus dan mulai meluncur ke arah Rein.

"Pegang tanganku."

Shirley mulai menjulurkan tangan kirinya pada Rein. Rein mulai berlari dan akhirnya memegang tangan Shirley sebelum akhirnya mereka berdua melarikan diri dari lantai paling bawah menuju pintu keluar yang berada tepat di bagian atas menggunakan Scooter.

2-4

Di sebuah pegunungan dan dikelilingi oleh hutan yang lebat, Rein kini terlihat sedang duduk di atas batu dengan api unggun tepat berada di depannya.

Kini Rein hanya menggunakan celana panjangnya saja, sedangkan baju dan jubahnya kini tergantung di sebuah pohon di dekatnya. Karena sangat kotor akibat pertarungan sebelumnya, dia akhirnya mencuci pakaiannya dan kini sedang menghangatkan diri sambil menunggu ikan yang dibakarnya matang.

"Oy kau mau makan atau tidak?... Makanannya sudah matang." Ucap Rein dengan nada sedikit tinggi. " Oy kau mendengarku?"

"Aku mendengarmu, kau saja duluan. Kau tidak liat aku sedang membersihkan seluruh badanku."

"Ah apa kau ingin aku melihatmu?"

"Eh awas saja kalau kau mengintip, aku akan menghajarmu nanti."

"Aku hanya bercanda, aku tidak berniat melakukannya. Cepatlah, ini sudah malam. kau sudah berendam terlalu lama."

"Aku tau."

Teriak Shirley dari arah belakang batu besar yang berada di dekat Rein saat ini. Tepat di belakang batu besar itu,

Kini Shirley sedang membersihkan seluruh tubuhnya. Mereka berhenti di sebuah air terjun kecil yang memiliki kolam cukup besar. Kolam itu begitu besar dan sangat airnya begitu bening, bahkan langit yang di penuhi oleh bintang saat ini memantul dari permukaan air yang tenang itu.

Tubuh Shirley yang tanpa sehelai pakaian pun kini terlihat mengambang tepat di atas permukaan air di tengah-tengah kolam itu.

Setelah membersihkan seluruh badannya, Shirley sempat menikmati suasana malam hari yang cukup indah dan hening ini.

"Dia berisik sekali."

Ucap Shirley pelan sambil melihat kearah langit malam.

Setelah melewati hari yang cukup panjang dan melelahkan, dia kini sedang menikmati saat-saat santai sambil berenang di kolam ini. Dia mulai berpikir ingin menikmati hari terakhirnya di Lyra setelah setahun terjabak di dunia ini.

"Berapa kali dilihatpun, langit Lyra memang sangat indah. Masih banyak sekali tempat yang ingin aku kunjungi, tapi aku harus segera kembali."

Ucap pelan.

Perlahan Shirley mulai begerak dan berenang ke pinggir sungai tepat di sisi batu besar yang menjadi penghalang dengan tempat Rein berada. Shirley akhirnya keluar dari kolam itu, rambut pirang panjang miliknya terlihat bercahaya di tengah-tengah malam itu.

Sangat indah dan begitu mempesona, seperti seorang dewi yang jatuh dari langit.

Dia mulai berjalan keluar dari air dan kemudian mengambil pakaian miliknya yang sudah dia siapkan sebelumya di sisi kolam.

"Apa kau sudah selesai?"

Suara Rein terdengar di balik batu.

"Aku sudah selesai, kau cerewet sekali."

Jawab Shirley yang mulai memakai satu persatu pakaian miliknya. Setelah mengganti pakaian, Shirley mulai mengikat rambutnya kembali. Berbeda dengan sebelumnya, kini dia hanya mengikat sedikit bagian kiri rambutnya dan membiarkan yang lainnya terurai ke bawah.

Dia mulai berjalan kea rah ke tempat Rein untuk menghangatkan diri sejenak dan mengisi perutnya sebelum melakukan perjalan lagi.

Setelah sampai di dekat api unggun, Shirley melihat Rein sedang terbaring di sebuah kain di atas tanah. Dia terlihat memiringkan tubuhnya dan tertidur disana setelah makan malam.

"Kenapa kau malah tidur?"

"Aku merubah pikiranku, kita akan berangkat besok pagi saja. Aku ngantuk, jadi aku ingin beristirahat saja."

"Jangan seenaknya mengubah perjanjian."

"Karena kau berhutang budi padaku, jadi kau tidak boleh mengingkarinya."

"Cih.."

Shirley terlihat sedikit kesal dan marah.

"Istirahatlah, aku tau kau kelelahan. Aku tidak mungkin menyuruhmu melakukan perjalan semalaman dalam keadaan seperti sekarang ini. Tenagamu sudah hampir habiskan, jadi tidurlah dan pulihkan kondisimu agar kau bisa mengantarku dan juga agar kau punya tanaga untuk pulang ke dunia mu."

Ucap Rein tanpa membalikkan badannya.

Shirley sedikit terkejut mendengar perkataannya, dia hanya bisa terdiam dan tersipu oleh sikap Rein yang sedikit memperhatikan keadaannya. Memang benar bahwa Shirley saat ini sudah kehilangan banyak energy. Bahkan akibat penggunaan sihir percepatan dan penguatan saat melawan boss Goblin , tubuhnya kini mulai merasakan efeknya.

Tubuhnya sedikit bergetar, sakit, dan lemas, dia sudah merasakannya sejak keluar dari reruntuhan Deadoras seitar 30 menit yang lalu.

Namun Shirley menyembunyikannya.

Tapi Rein mengetahui hal itu dan akhirnya dia berkata untuk menunda perjalanannya dan memberikan waktu istirahat untuk Shirley.

"... Baiklah, jika itu keinginanmu. Kita akan melanjutkan perjalanan besok pagi."

Shirley mulai membuka tas miliknya dan mengambil sebuah benda dari dalam tas itu. Dia mengeluarkan kantung tidur dalam tas miliknya dan mulai mengimpanya dekat api unggun.

-║-

Setelah menempuh perjalanan dari pagi, akhirnya mereka berdua sampai sebuah pegunungan yang berhadapan langsung dengan ibu kota kerajaan Grand Histoire. Dari ketinggian, terlihat dengan jelas kerajaan Grand Histoire yang sangat luas yang berada di sisi laut dan di kelilingi oleh pegunungan serta daratan yang luas.

Kerajaan Grand Histoire adalah salah satu kerajaan yang bisa dibilang sangat modern.

Bangunan-bangunan serta tempat yang strategis, membuat kerajaan ini sangat maju di segala bidang, salah satunya adalah bidang perdagangan yang sangat pesat. Selain lewat jalur darat, kerajaan yang berada di sisi lautan membuat pedagang yang menggunakan perahu selalu berlabuh di kerajaan ini.

Bahkan jalur udara pun kini sudah mulai di kembangkan di kerajaan Grand Histoire yang menjadi kerajaan ini adalah kerajaan terbesar dan maju di benua Acient Continent.

"Akhirnya, aku sampai disini. Ibu kota kerajaan Grand Histoire."

Ucap Rein sambil berdiri di ujung pegunungan menatap ke arah kota sambil tersenyum.

"Dengan begini pejanjian diantara kita sudah selesai."

"Tentu saja, terima kasih sudah mengantarku kemari."

"Aku juga. Terima kasih telah membantuku mendapatkan kembali semua barangku, tanpa ini aku tidak akan bisa pulang."

Rein mulai membalikan badannya melihat ke arah Shirley.

"Kalau begitu berhati-hatilah, dan sampai jumpa lagi."

Ucap Rein dengan tersenyum.

"... Kalau begitu semoga beruntung dan semoga kau cepat mendapatkan gelar Centurion itu."

"Tentu saja."

Shirley mulai berjalan mendekati Scooternya. Dia sempat mengambil 12 permata yang berbeda-beda dan mulai merapalkan mantra. Dia melemparkan ke 12 permata yang mulai bersinar itu ke udara. selurub permata mulai bergerak dan membuat sebuah lingkaran mengelilingi Shirley.

"Garnet - Orion. Ameythiyst – Ara. Aquamarine – Aquila. Crystal – Cygnus..."

Ketika Shirley merapalkan sihirnya, satu persatu permata yang di sebutkan olehnya mulai bersinar dan saling berhubungan. Garis putih terlihat bergerak membuat sebuah pola lingkaran sihir tepat di atas tubuh Shirley serta di bawah permukaan tanah yang kini dia pihak.

".... Emerlad – Antares. Ruby – Pleiades. Sapphire – Ursa. Amber – Aphelion. Diamond – Vela. Peridot – Vega. Topaz – Spica. Citrine – Lynx."

Seluruh garis pada lingkaran sihir mulai terhubung satu sama lain. Tepat di bagian tengan lingkaran sihir itu, banyak sekali roda dan jarum jam yang terlihat berputar satu sama lain. Sebelum akhirnya mulai berhenti.

Kini kedua lingkaran sihir itu mulai membesar dan membuat cahaya yang begitu terang. Udara di sekitar Shirley terlihat mulai berhembus kuat bahkan permukaan tanah mulai berguncang.

"Demension Creation - Terra Gate Open. "

Setelah seluruh persiapan selesai. Shirley mulai menaiki Scooter miliknya. Dia sempat melihat ke arah Rein yang sedang melihatnya. Shirley mulai melambaikan tangan sesaat kemudian dan mulai berteriak padanya.

"Selamat tinggal semoga kau berhasil."

Rein hanya bisa tersenyum pada Shirley.

Scooter miliknya mulai melayang, dan sesaat kemudian cahaya pada lingkaran sihir mulai bersinar sangat terang. Kedua lingkaran sihir itu sesaat kemudian mulai menyatu satu sama lain sebelum akhirnya proses pemindahan selesai.

Namun Semua tidak sesuai yang di rencanakan karena proses pemindahan itu gagal.

Ketika kedua lingkaran sihir itu bertemu satu sama lain, lingkaran itu pecah menjadi butiran cahaya yang turun perlahan di udara. Shirley terlihat masih menaiki Scooternya di udara dikelilingi cahaya-cahaya yang menyerupai salju itu.

".... Eh, kenapa?... Sihirnya Gagal?"

Dengan wajah penuh kebingungan, akhirnya Scooter Shirley mulai turun dari udara ke permukaan tanah kembali. Dengan ekspresi wajah yang masih tidak percaya, Shirley mulai turun dari Scooter miliknya dan berdiri melihat titik-titik cahaya yang perlahan turun di udara.

Shirley melihat ke arah Rein yang melihat ke arahnya. Shirley mulai mengeluarkan air mata dan berteriak.

"Aku ingin pulangggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg."