Putra sudah di ruang makan untuk sarapan bersama Prince, sebenarnya bukan kebiasaannya membiarkan masalah berlarut-larut. Dia tau Imelda lagi malas dengannya, jadi dia sengaja langsung ke meja makan ketika sampai. Semalam Putra sengaja tidak langsung ke rumah Ibu Imelda setelah dari apartemen. Imelda pasti masih kesal padanya. Dia mengirimkan pesan kalau baru pulang kerumah, dan sudah terlalu malam untuk menyusul ke sana. Pesannya pun hanya dibalas dengan singkat oleh Imelda, dan mengatakan bahwa dia menginap di sana.
Zai pura-pura tidak melihat Putra di meja makan langsung berjalan menuju kamar ibu Imelda tanpa menyapanya.
Prince yang awalnya berencana menarik tangan Zai untuk duduk di sampingnya, langsung bingung dengan sikap Zai yang tidak menyapanya.
Dad, Ayah Zai kenapa?
Mungkin ayah sedang tidak fokus jadi tidak melihat kita disini.
Kenapa bisa?
Setiap orang ada titik lelahnya sayang, mungkin Ayah sedang lelah sekarang sampai matanya rabun ucap Putra.
Hmmm....
Prince langsung berlari dan mengejar Zai ke kamar Ibu Imelda.
Prince selesaikan dulu makannya panggil Putra, tapi Prince tetap berlari meninggalkan Putra di meja makan. Bahkan anaknya saja tidak mendengarkan nya, Putra menarik nafas panjang dan di hembuskan dengan berat. Mood nya sudah jelek pagi ini dibuat bocah itu.
Putra menyusul Imelda ke kamar, dilihatnya Imelda sedang menggantikan pakaian Princess.
Sarapanmu mau aku bawakan ke atas Iku ucap Putra.
Tidak usah, aku akan kebawah sebentar lagi.
Kalau begitu biar Princess aku yang jaga, kamu makanlah dulu.
Tidak apa2, ada Pur yang akan menjaga Princess.
Kalau begitu kita bisa bicara sekarang ucap Putra sambil duduk di depan Imelda.
Dari tadi juga kamu bicarakan ucap Imelda.
Iku, apakah kamu marah padaku?
Sebenarnya aku bingung harus bersikap seperti apa padamu Puku. Kamu tau lebih tepatnya aku kecewa padamu. Karena sikapmu kemarin baik terhadap aku maupun Bang Zai.
Kemarin sudah ku jelaskan alasanku berbuat seperti itu, semata-mata karena aku tidak ingin hal-hal tidak baik terjadi pada perusahaan. Tidak bermaksud apa pun.
Bisakah kamu jangan terlalu insecure, buatlah dirimu relaks sedikit. Bang Zai disitu juga karena ingin membantumu menjaga perusahaan ini bukan untuk mengambil alihnya dari mu. Dengan latar belakangnya, kamu harusnya sangat tau kalau dia tanpa harus bersusah-susah, dia sudah hidup dengan baik. Jadi kalau kamu berpikir kalau Zai mau mengambil posisimu sesuatu yang tidak mungkin.
Iku, aku tidak pernah mengatakan kalau Zai akan mengambil posisiku. Dari sebelum kita menikah pun, kamu tau kalau tujuan ku bukan untuk mendapatkan AGC. Jadi tidak ada istilah takut dalam diriku, jika harus meninggalkan posisi ini sekarang juga.
Tapi perbuatanmu yang mengatakan hal itu, bukankah orang bisa menilai tidak hanya dari ucapan tapi juga perbuatan.
Ucapan dan perbuatanmu tidak sejalan Puku.
Iku, kamu benar-benar kelewatan menuduhku seperti itu.
Aku tidak menuduh Puku, tapi yang kamu lakukan seperti itu. Kamu membuat pertahanan untuk Zai, padahal Zai sudah bagian dari keluarga kita. Bukan waktu yang sebentar dia bersama kita, dan berapa banyak pengorbanan yang dia lakukan untuk kita.
Untuk kita ucap Putra menahan intonasi suaranya.
Untuk hal ini saja kamu sudah salah menilai ucap Imelda.
Aku salah ucap Putra. Kamu yang salah, yang dia lakukan bukan untuk kita. Tapi untukmu teriak Putra.
Apa yang kamu lakukan ucap Zai. Kenapa kamu berteriak ke Imelda dan di depan Prince.
Putra kaget melihat Zai yang sudah berdiri di depan pintu kamar, dan disampingnya ada Prince yang terlihat menahan tangisnya.
Prince, mommy dan Daddy hanya bercanda sayang ucap Putra. Sini sama Daddy ucap Putra.
Prince langsung berdiri kebelakang Zai.
Putra berdiri dan bingung harus seperti apa, di usianya sekarang bukan lagi waktunya dia berbicara dengan emosi. Bertahun-tahun dia menikah dengan Imelda, bukan waktu yang sebentar. Kenapa hari ini dia tidak bisa menahan emosinya. Ini kali pertamanya dia membentak Imelda, dilihatnya Imelda yang terduduk menunduk sambil memangku Princess.
Put, awalnya aku mau pamit ke kalian berdua. Karena mulai hari ini, aku akan pindah ke daerah dekat perusahaan. Biar aku bisa memantau Feby dengan baik, dan fokus ke perusahaan. Tapi melihat kamu yang seperti ini terhadap Imelda, sepertinya aku harus memikirkannya baik-baik lagi. Selama kamu tetap menjadi orang yang tidak bisa menurunkan Egomu, maka selamanya semua orang yang berusaha dekat dengan keluarga Zen khususnya akan kamu anggap sebagai sainganmu karena ketakutanmu sendiri akan kehilangan yang kamu miliki.
Zai, kamu bukan dalam kondisi bisa menilaiku seperti itu.
Kamu pikir, hanya aku. Tidak, bahkan semua orang sudah tau seperti apa kamu membuat sangkar emasmu untuk menahan Ibu dan Imelda di dalamnya. Entah itu karena kamu terlalu mencintai mereka, atau karna alasan lainnya.
Zep, bawa Prince keluar dari sini ucap Putra.
Zepri menggendong Prince yang terlihat menangis di pelukan Zepri.
Kalau kamu paham bahwa Prince sudah sangat ketakutan tadi, kenapa kamu memperpanjang masalah ini di depannya.
Terus, jika tidak ada Prince maka perbuatanmu pada Imelda dibenarkan.
Ini urusan rumah tanggaku, menurutku tidak pantas kamu ikut campur. Bagaimana pun kamu tetaplah orang luar.
Bisa tidak kalian berdua berhenti ucap Imelda tiba-tiba.
Pur masuk dan mengambil Princess dari Imelda.
Kalian pikir, kalian berdua itu sudah benar.
Puku, benar tidaknya hal yang dikatakan Bang Zai hanya dirimu sendiri yang bisa menjawabnya. Percuma aku menjelaskan padamu, kalau dari dirimu sendiri tidak mau introspeksi diri.
Dan bang Zai, bagaimana pun ini adalah area pribadi kami. Kalau memang abang merasa ada hal yang sangat penting yang ingin dikatakan, biasakan mengetuk pintu. Walaupun abang ke sini dengan Prince, tapi ini adalah area pribadiku.
Untuk masalahku dan Putra, biarkan kami menyelesaikan hal ini sendiri. Aku tau abang menkhawatirkan ku, tapi bagaimana pun ini masalah rumah tangga kami. Ibu sendiri pun tidak akan kuizinkan ikut campur dalam masalah rumah tanggaku. Jadi kalau kalian berdua ada masalah yang harus kalian berdua bahas, silahkan keluar dari kamarku.
Baiklah, aku akan keluar Imel. Maafkan abang karna membuatmu tidak nyaman. Nanti kita mengobrol setelah urusanku selesai. Zai meninggalkan kamar dan kembali ke paviliun.
Puku, aku butuh waktu untuk menenangkan diri dulu. Bukankah sudah waktunya kamu ke kantor sekarang.
Tapi Iku.
Kalau kita bicara sekarang, bukankah tidak akan baik. Kamu sedang emosi dan begitu pun dengan aku. Jadi, ada baiknya kita sama-sama menenangkan pikirian dulu. Agar masalah ini tidak melebar kemana-mana.
Berjanjilah untuk pulang malam ini, aku tidak mau kamu menghindariku. Bagaimana pun, seharusnya masalah ini kita bahas bersama. Kita sudah berjanji untuk menyelesaikan masalah secara langsung dari awal dulu. Karena menunda akan membuat masalah ini berlari kemana-mana.
Aku akan pulang hari ini ucap Imelda.
Iku, percayalah aku tidak pernah berniat menyakitimu sedikit pun ucap Putra.
Pergilah dulu, kita bicara nanti di rumah ucap Imelda.
Putra keluar dari kamar, dia berniat menemui Prince dulu.
Perlahan Putra membuka pintu kamar Prince, dimana Prince ucapnya ke Pur.
Tadi Tuan Muda menangis mau ikut Tuan Zai, jadi tadi Zepri mengantarnya ke paviliun.
Putra menarik nafas panjangnya, Tuan menurut saya lebih baik nanti ketika Tuan Muda pulang sekolah saja. Tuan memiliki waktu berdua dengannya, bukankah Tuan sudah lama tidak menjemput Tuan Muda sekolah.
Baiklah, kalau begitu kita ke kantor dulu. Aku akan pamit ke Ibu sebentar ucap Putra melangkah dengan berat.