Chereads / CEO Dadakan / Chapter 221 - Kenyamanan

Chapter 221 - Kenyamanan

Pukul sudah menunjukkan jam 01.00 malam, John diiringi beberapa pengawal mengikuti Feby dan Zai kembali. By, aku mulai gerah dengan dokter itu ucap Zai.

Kan aku sudah bilang, jangan mengundangnya.

Aku tidak mengira kalau nyalinya sebesar itu, masih berani saja mencoba mendekatimu. Apakah aku boleh mengusirnya?

Ai, kalau sekarang kamu mengusirnya. Akan menguntungkannya. Kamu adalah publik figur, semua tentang mu akan menjadi berita. Kalau kamu menyuruh orang yang mengusirnya maka dia bisa saja akan membuat pernyataan kemana-mana yang akhirnya dia akan banyak berbicara. Aku dan dirinya memang tidak pernah ada hubungan khusus selama ini tapi bagaimana pun bukti kalau kami berteman pasti banyak, apalagi kami satu divisi.

Ah, aku benar-benar kesal jadinya ucap Zai.

Sudahlah, anggap saja dia tidak ada di sini. Jangan sampai dia mengganggu pesta kita. Ayo tersenyum ucap Feby sambil menggosok lengan Zai. Orang-orang melihat ke arah kita dari tadi, jadi tolong kondisikan muka mu sayang ucap Feby.

Zai menoleh kekanan dan kekiri, sambil membalas senyum orang-orang yang menatap ke arah mereka.

John dan 2 orang pengawal masuk ke lift dan yang lainnya membungkukkan badan sampai pintu tertutup.

John, anak2 diberi tahu. Tidak usah seformal seperti itu, Feby tidak nyaman.

Baik Tuan ucap John.

Dan juga kalian cukup berjaga di depan lift dan pintu darurat saja. Tidak usah menunggu di depan pintu kamar kami.

Baik Tuan ucap John sambil melirik ke arah tuannya. Ini bos nya modus pasti, padahal kan John gini-gini juga walaupun masih muda tapi ngertilah maksud arah perintah bosnya ini.

Selamat malam Tuan, kalau begitu saya izin istirahat dulu ucap John.

Istirahatlah ucap Zai, jangan menghubungiku kecuali situasi Urgent yang tidak bisa kamu selesaikan sendiri bisik Zai ke John.

Siap Pak Bos ucap John sambil menunjukkan jempolnya ke Zai.

Ai, aku lelah sekali ucap Feby sambil menaikkan kakinya ke meja di depan TV.

Bergantilah baju dulu, setelah itu kita istirahat.

Rasanya aku ingin langsung tidur saja ucap Feby sambil melihat ke arah Zai yang membuka kancingnya satu persatu untuk berganti pakaian.

Asal kamu nyaman saja, karena kita tadi bertemu banyak orang. Kalau kamu merasa bisa tidur menggunakan gaun itu. Aku tidak masalah.

Ini kode berarti mereka akan tidur satu ranjang, Feby benar-benar canggung. Karena selama ini, mereka tidur di kasur terpisah walaupun di satu kamar. Tapi tidak mungkin kalau mereka tidur terpisah juga, kemarin malam Zai sudah tidur di kursi karena kelamaan menunggunya berganti pakaian. Sedangkan malam ini, Zai terlihat sangat segar sekali. Tidak mungkin kalau dia ketiduran lagi.

Zai, yang sudah selesai dari kamar mandi melihat Feby yang termenung di kursi.

Kenapa? Kamu masih tidak nyaman kita tidur satu ranjang?

Ah, bukan begitu ucap Feby.

Aku tidak masalah, kamu tenang saja. Aku akan tidur di sofa saja.

Tapi Zai ucap Feby.

Tidak apa-apa, Ayo kamu tidurlah duluan. Zai menggiring Feby ketempat tidur.

Dia menarik selimut untuk Feby dan duduk di bawah.

Tidurlah, kamu kelihatan sangat lelah.

Zai mencium kening Feby lalu mematikan lampu di samping Feby.

Dia kembali ke Sofa dan meletakkan bantal lalu berbaring.

Feby melihat ke arah Zai.

Tidurlah istriku ucap Zai.

Besok pagi kita harus menyapa para tetua di ruang makan.

Zai, panggil Feby.

Hem, jawab Zai.

Aku tidak masalah jika kamu mau tidur di sini.

Kamu yakin ucap Zai.

Kalau kamu tidak mau tidak apa2 ucap Feby.

Siapa yang tidak mau, pinggangku sungguh sakit semalam tidur di sini ucap Zai sambil melompat ke tempat tidur.

Maafkan aku ya Ai.

Kenapa kamu suka sekali minta maaf, kita ini suami istri jadi aku akan berusaha membuatmu senyaman mungkin berada di sampingku.

Terima kasih Ai.

Aku yang terima kasih, karena kamu mengambil resiko menikahi lelaki yang sakit sepertiku.

Kamu kan tidak sakit lagi sekarang!!

Bukan sakit itu maksudku. Kamu tau aku punya penyakit kejiwaan dan suatu waktu bisa terobsesi pada sesuatu. Tapi kamu menerimaku dan mengambil resiko itu demi aku.

Karena itu, jika suatu hari obsesimu hilang terhadapku. Kamu harus mengatakannya langsung, jangan sampai kebersamaan kita membuatmu menderita.

Tidak akan, akan kupastikan jika pun aku terobsesi pada hal lain itu bukan karena aku berubah mencintai orang lain. Aku akan mencintaimu sampai akhir hayatku.

Sudah aku tidak ingin membahas ini lagi, kamu mulai mengerikan ucap Feby.

Ayo tidur ucap Zai.

Jangan sampai besok kita kesiangan.

Iku, Zai masih belum mengangkat teleponnya.

Ya, Puku... Apa aku minta John mengetok pintunya saja?

Aku sudah memintanya tadi, tapi dia dapat perintah khusus dari Zai semalam jadi dia tidak berani.

Sepertinya harus aku yang naik ke atas ucap Imelda.

Baiklah, aku akan menemanimu ucap Putra.

Pur dan Zepri, jaga Prince dan Princess sebentar. Kami akan naik ke atas.

Daddy, tapi Prince mau ikut membangunkan Ayah.

Itu ide bagus, ayo kita bangunkan ayahmu.

Putra menggandeng tangan Prince, yang dibarengin tertawa Imelda. Karena Putranya yang akan di jadikan alat.

Imelda dan Putra melihat Prince yang berlari dan langsung mengetok pintu Zai.

Ayah... Ayah... Buka...

Ayah... Buka

Prince yang merasa panggilannya tidak di dengar, langsung menendangkan kakinya ke pintu kamar.

Ayah teriaknya...

Lalu tiba-tiba Zai yang masih memakai kimono dan rambut acak2an kaget melihat ke arah jam. Ditolehnya Feby yang masih tertidur pulas disampingnya.

Zai membuka pintu dan melihat Prince di depan pintunya. Awalnya dia sudah emosi karena mendengar pintunya di tendang-tendang. Tapi begitu melihat bocah kecil itu, dia langsung tersenyum.

Ayah, kamu tau sekarang jam berapa ucap Prince?

Ayahmu pasti bergadang semalaman ucap Putra, jadi kesiangan.

Bang, semua orang tua sudah di ruang makan. Berapa lama lagi kami harus menunggu kalian berdua.

Berdua ucap Prince.

Ayah bersama siapa Mommy.

Kak Feby ya teriak Prince yang langsung berlarian masuk ke kamar.

Prince panggil Putra.

Iku, kamu iseng sekali. Feby pasti akan malu.

Imelda tertawa melihat ekspresi Zai yang langsung berbalik sambil menunjuk Imelda.

Di tangkapnya Prince, lalu di tutupnya mulutnya.

Bang, maafkan aku. Kamu boleh menghukumku tapi tolong tunggu di bawah saja. Feby orangnya sangat pemalu, kami akan segera menyusul. Lalu Zai menutup pintu kamarnya.

Prince dengar ucap Imelda, Ayahmu itu sedang sibuk jadi kita harus menunggunya di bawah.

Tapi Ayah dengan Kak Feby.

Bukankah mereka memang selalu bersama ucap Putra, di rumah Grandma juga kan?

Oh iya, baiklah ucap Zai sambil menganggukan kepalanya.

By, ucap Zai membangunkan Feby pelan-pelan.

Feby membuka matanya, dilihatnya Zai yang sudah rapi. Mengenakan baju kemeja pantai dengan celana putih pendek.

Jam berapa sekarang Ai?

Jam 8 ucap Zai.

Kenapa kamu baru membangunkan ku?

Bangun tadi aku langsung mandi, sengaja belum membangunkanmu. Kalau tidak kita terpaksa mandi bersama untuk menghemat waktu.

Ai, ucap Feby ke Zai yang menggodanya.

Cepatlah bangun, para orang tua sepertinya sudah menunggu kita.

Beri aku waktu 10 menit ucap Feby.

Dia langsung berlari ke kamar mandi.