Sakit perut yang di derita Zai karena terjadi peradangan pada apendiks, mereka harus segera melakukan operasi pada Zai. Tapi kondisi Zai belum sadarkan diri. Zain masih dalam penerbangan sehingga Zepri masih bingung ketika dokter Burhan meminta Zai segera di bawa ke rumah sakit.
Jika Datuk Noor tau kondisi Zai, dia pasti akan meminta Zai segera di bawa kembali ke KL. Satu-satunya jalan adalah mendapatkan izin dari Zain sebagai Wali, kalau ke Imelda maka akan menambah pikiran Imelda dan pasti berpengaruh ke janinnya.
Dok, hasil CT Scannya bagus untuk bagian kepala tapi Zai masih belum merespon apa pun ucap dr. Feby.
Kita tidak mengetahui riwayat penyakit pasien, aku sudah menjadi dokter keluarga Zen dari Tuan masih hidup. Tapi untuk riwayat Tuan Zai tidak pernah di serahkan kepadaku, semuanya di tangani langsung oleh Kakaknya dan tim dari negaranya. Jadi kita tetap harus menunggu sampai Tuan Zain bisa di hubungi.
Putra segera menuju apartemen setelah rapat selesai, dia sudah mengirim pesan ke Zain untuk segera menghubunginya begitu menerima pesannya.
dr. Feby duduk di samping tempat tidur Zai sambil sesekali melihat ke arah jam di tangannya. Sudah 6 Jam Zai tidak sadarkan diri, sesekali dr. Feby melihat Zai mengerutkan keningnya.
Dia mengelus punggung tangan Zai yang sudah di pasang infus, sesekali dia teringat perlakuan Zai kepadanya ketika di RS. dr. Feby merasa bersalah karena dia sudah berbicara sedikit kasar pada Zai hari itu. Tidak aneh jika perlakuan Zai padanya sekarang seperti ini. Dia duluan yang meminta Zai untuk menghormatinya sebagai dokter Imelda.
dr. Feby mencoba menghubungi dr. Shanty untuk menanyakan apakah ada kemungkinan jika yang terjadi pada Zai akibat dari Psikosis. Dia keluar kamar dan mencoba menghubungi dr. Shanty.
dr. ucap Putra yang melihat dr. Feby sedang menghubungi seseorang.
Maaf dokter, ada baiknya dokter sekarang kembali saja ke rumah agar bisa mengawasi Imelda ucap Putra dan saya minta agar dokter tidak menceritakan hal ini pada siapa pun karena bagaimana pun semua dokter yang dipercaya menangani keluarga inti Zen sudah menandatangani perjanjian untuk merahasiakan apa pun yang dilakukan.
Saya paham Tuan, izinkan saya menjaga Tuan Zai sebentar. Bagaimana pun aku sudah berjanji pada Dokter Zain akan ikut menjaga Tuan Zai.
Baiklah dokter, mohon dokter untuk mengingat yang saya katakan tadi. Bagaimanapun, Zai sudah termasuk keluarga inti Zen jadi saya minta dokter tidak mencari-cari informasi dan tidak membahas terkait hal ini pada siapa pun karena bagaimana pun dokter sudah terpilih sebagai dokter kepercayaan yang menangani keluarga inti.
Tuan tenang saja, bagaimana pun Imelda adalah adiknya Meldyan. Saya akan menjaganya seperti Meldyan menjaganya. Tuan Zai adalah orang yang sangat di sayangi oleh Imelda jadi saya tidak mungkin mengecewakannya.
Apakah dokter mengenal Kak meldy?
Bisa di artikan bahwa kami dulu teman dekat. Tuan tenang saja, saya tau posisi saya ucap dr. Feby. Saya izin melihat kedalam dulu ucapnya sambil berjalan menuju kamar Zai.
Putra masih bingung menjelaskan kondisi Zai pada Imelda. Jika Zai tidak pulang malam ini, Imelda pasti akan curiga.
Semoga Zai bisa sadar sebelum malam ucap Paman Anggo. Dokter Burhan sudah mengusahakan semua cara tapi mungkinkah yang terjadi pada Zai sekarang seperti Imelda dulu ucap Paman Anggo kepada Putra.
Aku tidak berharap hal itu terjadi pada Zai tapi paman semalam Zai overdosis karena meminum obat penenang.
Bagaimana kalau kita mengatakannya kepada Dokter Burhan?
Sesuai permintaan Zain tadi, kita harus sebisa mungkin menutupi masalah penyakit Zai dari dr. Feby.
Kenapa?
Karena sekarang obsesinya adalah dr. Feby.
Paman Anggo hampir menumpahkan air yang di tuangnya karena merasa tidak percaya.
Bagaimana bisa?
Itu yang sedang di cari Zain, tapi karena ada kondisi urgent di Jerman dia harus segera pulang. Padahal sama sekali tidak ada line antara dr. Feby dan Zai. Ini terjadi seperti dia dengan Imelda. Tapi kali ini beda Paman, karena Zai tiba-tiba mencintainya bukan seperti Imelda dulu. Obsesinya hanya melindunginya dan tidak bisa jauh dari Imel.
Bukankah kita bisa saja meminta bantuan dr. Feby .
Tidak paman, Zai sekarang posisinya menjauhi dokter Feby karena dia mengatakan sudah memiliki orang yang di sukai. Akhirnya Zai menyiksa dirinya sendiri. Dia tidak ingin dokter Feby mendekatinya tapi dia diam2 mengikuti kemana saja dokter Feby dan mencari tau semua tentangnya. Dia mengalami gangguan cemas jika melihat dr Feby bersama lawan jenis tapi dia menahan dirinya tidak melakukan apa apa, yang akhirnya dia menyakiti dirinya sendiri.
Bukankah ini akan membahayakan dirinya?
Zain meminta aku menjaganya sampai dia kembali lagi, rencana mereka 1 bulan tapi karena melihat kondisi Zai. Zain hanya akan kembali mengecek pasiennya dan segera kembali lagi ke sini.
Bagaimana Datuk Noor?
Sementara Zain meminta kita tidak memberi tahunya dulu karena jika beliau tau, Zai pasti akan di bawa pulang.
Tapi kondisi Zai hari ini tidak baik2 saja Put.
Iya Paman, aku sudah mengirim pesan ke Zain. Setelah mendapatkan keputusan dari Zain kita baru bisa mengambil keputusan.
Zai merasa sedang duduk di sebuah coffe shop di sebuah swalayan. Dari jauh dia melihat dua orang anak sedang bermain di dekat air mancur. Anak perempuan itu berambut panjang, dengan memakai baju merah berlari sambil menyemprotkan gelembung sabun ke anak lelaki itu. Mereka terlihat sangat senang, di belakangnya berdiri beberapa orang menjaga agar tidak ada orang yang mendekati posisi kedua anak itu.
Zai merasa tidak asing dengan wajah anak laki-laki itu. Dia terlihat sangat senang dan bahagia, sesekali dia menghampiri seorang lelaki yang duduk di samping pengawal sambil menyodorkan botol minum untuknya. Kenapa lelaki itu sangat mirip dengan Paman Anggo ucap Zai.
Dia keluar berjalan menuju tempat kedua anak itu bermain, dia bermaksud menyapa Paman Anggo. Tapi semakin dekat, dia semakin aneh. Kenapa Paman Anggo terlihat sangat muda, dan pengawal itu dia sama sekali tidak mengenal satu pun dari mereka.
Paman Go, ayo kita ke toko mainan. Aku ingin membelikan Feby sesuatu sebagai kenang2an ucap anak lelaki kira2 berumur 7 tahun tapi dia terlihat sangat dewasa untuk anak seusianya. Sambil membungkukkan badan ke arah orang yang berpapasan dengannya, dia tersenyum dan menarik tangan lelaki itu.
Mereka menghampiri seorang anak wanita yang terlihat seusia dengan anak lelaki itu. Anak lelaki itu meletakkan tangan anak wanita itu pada lengannya dan mereka berjalan beriringan menuju sebuah mall di seberang tempat mereka berdiri.