Imelda membuka matanya melihat Zepri dan Pur berjaga di depan kamarnya. Kemana Putra ucap Imel?
Tuan ada di bawah Nyonya ucap Zepri, bersama yang lain.
Prince?
Tuan Muda sudah tidur Nyonya.
Ada apa malam2 begini Tuan Putra masih di bawah, apakah ada pekerjaan mendesak?
Pur dan Zepri saling bertatapan.
Apa ada yang Nyonya butuhkan ujar Pur.
Tidak ada, panggilkan Putra saja. Tiba-tiba perasaanku tidak enak, Bang Zai kemana?
Saya panggilkan Tuan dulu ya Nyonya ucap Zepri lalu buru-buru ke bawah. Putra mengatakan untuk merahasiakan kejadian Zai dari Imelda. Sepertinya mereka sudah ada kontak, tiba-tiba Nyonya menanyakan Tuan Zai padahal seharian ini dia sama sekali tidak mencarinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam tapi Zai masih belum sadarkan diri, padahal proses cuci lambung sudah selesai dari tadi.
Semuanya masih berkumpul di kamar Zai.
Tuan, nyonya bangun dan mencari tuan.
Tapi dia tidak taukan kondisi Zai?
Tidak Tuan tapi tadi nyonya menanyakan dimana Tuan Zai.
Aku naik ke atas, bergantian saja menjaga Zai. Beberapa orang bisa istirahat duluan.
Bisa kita bicara berdua saja ucap Lulu ke dr. Feby.
Lu ucap Zain sambil menggelengkan kepalanya.
Ada apa dr. Zain?
Apakah ada yang kalian sembunyikan dari ku?
Oh tidak, sebenarnya tadi Zai meminta agar dr. Feby bisa istirahat di kamar ini saja. Tapi karena ini, terpaksa dokter istirahat di Paviliun dengan dr. chris. Tadi Zai takutnya dokter tidak nyaman berdua dengan lawan jenis di sana.
Aku akan berjaga di sini saja, selain bisa memantau kondisi Zai. Di sini juga lebih dekat jika sewaktu-waktu Imelda membutuhkanku.
Tidak apa2 dok, aku dan Lulu akan menjaga Zai. Dokter lebih baik istirahat saja dulu ucap Zain.
Kebetulan aku tadi sudah sempat tidur sebelum makan malam, jadi aku sama sekali belum mengantuk.
Kalian istirahatlah duluan, nanti kita bergantian saja.
Zain ucap Lulu.
Honey, apa yang diucapkan dokter Feby benar. Besok kita akan kembali ke Jerman, lebih baik kita istirahat dulu sebentar.
Aku sepertinya tidak ikut kembali Zain.
Honey, aku tidak melarangmu untuk tinggal di sini. Tapi setidaknya kamu harus menyelesaikan dulu pekerjaanmu di sana. Kamu pun tau aku tidak bisa jauh darimu, jika kamu ingin di sini maka aku akan menyelesaikan pekerjaan di sana dan kita kembali ke Indonesia bersama Audrey dan Jerem secepatnya.
Lulu terdiam, dia baru ingat. Dia dan Zain sekarang bukan hanya berdua, tapi juga ada Audrey serta Jerem yang menunggu mereka di sana. Belum lagi Ajeng dan Dodzan yang sudah terlalu lama menjaga mereka berdua, apa lagi Dania terpaksa libur sekolah karena mengikuti mereka.
Kalian tenang saja, aku akan menjaga Zai selama kalian kembali ke Jerman ucap dr. Feby.
Tidak usah dok, terlalu merepotkan nantinya.
Tidak apa2, aku sangat tau bagaimana rasanya ketika depresi. Aku pun pernah mengalami ketika harus menerima kenyataan kehilangan orang yang menjadi motivasiku.
Lulu melihat ke Zain.
Yang terjadi pada Zai belum tentu seperti yang dokter pikirkan ucap Zain dan kami belum bisa menceritakan detail masalahnya.
Tidak apa2, aku hanya akan menjaganya saja. Kalian jangan khawatir, aku juga tidak pernah terpikir untuk memasuki masalah pribadinya.
Baiklah, kami kembali ke kamar dulu ucap Zain. Dia takut Lulu malah memberi tahu bahwa masalah Zai sekarang ini karena dr. Feby atau mencoba menggali masa lalu dr.Feby.
Zain, kenapa kita meninggalkan mereka berdua saja? Bagaimana jika Zai bangun dan melihat dr. Feby bersamanya?
Dia akan bisa mengatasinya jawab Zain santai.
Bukankah lebih baik dr. Feby tau jika dialah pemicu dari neurosis Zai.
Zai pasti tidak ingin dikasihani. Yang dia inginkan memang mendapatkan dr. Feby tapi akan menjadi masalah jika dia tau dr. Feby menerimanya karena kasihan bukan karena mencintainya. Kalau hanya untuk mendapatkan dr. Feby saja, cukup dia meminta ke Ayah maka semua akan menjadi mudah. Tapi tetaplah yang diinginkan Zai adalah cinta dari dr. Feby.
Setidaknya jangan sampai dia menderita, jika kenyataannya dr. Feby memang memiliki lelaki lain. Bukan lebih baik dari awal kita tau tentang dr. Feby.
Dari itu kita harus mengobatinya, membuatnya melupakan obsesinya. Mengajarinya bagaimana caranya menerima bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa dia dapatkan. Aku yakin Zai tidak pernah berusaha untuk melakukan upaya bunuh diri, kejadiaan hari ini hanya kebetulan saja.
Lulu mau tak mau menuruti keinginan Zain, bagaimana pun sesayang apa pun dia dengan Zai. Zain pasti melebihinya karena Zain kakaknya.
dr. Feby duduk di sofa yang menghadapkan ketaman belakang. Buku-buku yang tersusun di kamar ini masih komik-komik tentang detective, dummy mobil dan beberapa penghargaan. Apa ini kamar Meldyan dulunya batin dr. Feby, tapi kenapa sama sekali tidak ada fotonya. Dilihatnya Penghargaan di samping rak buku, semuanya atas nama Jazid Malik dan foto-foto di sini pun hanya foto Zai, Imelda dan Prince bahkan foto Putra pun tidak ada.
Apa yang kamu lakukan tanya Zai yang sudah dalam posisi duduk di atas tempat tidur?
Kamu sudah bangun, dr. Feby langsung mendekati ke Zai.
Kenapa aku bisa di sini? Tadi aku di kamar Prince.
Kamu tadi pingsan di kamar Prince, kenapa kamu mau bunuh diri?
Bunuh diri, apa maksudmu ujar Zai tanpa melihat ke arah dr. Feby.
Aku tadi hanya bermain di kamar Prince. Lalu aku mengantuk dan tertidur.
Kamu meminum banyak sekali obat penenang, hampir saja kami tidak sempat menyelamatkanmu. Untung Prince menangis karena kamu tidak mau bangun ketika dia membangunkanmu.
Zai hendak turun dari tempat tidur, tetapi tiba-tiba badannya melayang dan perutnya sakit.
Kami baru mencuci perutmu tadi, setidaknya kamu butuh istirahat 1 hari ini.
Dimana abangku ucap Zai?
Mereka sudah kembali ke kamarnya, aku yang memintanya beristirahat karena penerbangan mereka besok pagi.
Aku sudah tidak apa2, aku akan kembali ke kamar Prince. Kamu istirahat saja di sini ucap Zai dingin.
Tidak usah, kamu yang butuh istirahat. Aku bisa kembali ke Paviliun.
Aku katakan kamu di sini saja, aku akan kembali ke kamar Prince teriak Zai ke dr. Feby.
Jhon yang mendengar suara Zai langsung masuk ke kamar.
Ada apa Tuan?
Bantu aku kembali ke kamar Prince ucap Zai.
Baik Tuan, John membimbing Zai.
dr. Feby hanya terdiam karena kaget melihat emosi Zai yang tiba-tiba naik.
John membantu Zai untuk tidur di ranjang Prince, Prince karena terus2an menangis akhirnya dibawa ibu imel untuk tidur bersamanya.
Zai tau kali ini gangguannya sangat berat. Bahkan dia tidak merasa melakukan yang dikatakan oleh dr. Feby. Bunuh diri, dia tidak sebodoh itu untuk mengakhiri hidupnya. Padahal dia tadi benar-benar hanya mencoba menahan rasa ingin bertemu dengan dr. Feby, kalau dia ketauan mencari dr. Feby maka Putra dan kakaknya pasti akan marah. Buruknya mereka bisa mengirim Zai kembali ke KL karena melakukan hal itu.
John, bawakan rekaman CCTV kamar ini ucap Zai.
Maaf tuan, khusus kamar Tuan Putra dan Tuan Muda hanya bisa di buka oleh Tuan Putra saja. Semua tim pengamanan tidak memiliki akses itu Tuan.
Bagaimana kamarku?
Untuk kamar selain 2 kamar tadi, tidak memiliki CCTV di dalam kamar tapi hanya ada di luar kamar yang mengarah ke kamar. Jadi jika pintunya di tutup, maka tidak dapat merekam aktivitas di dalamnya.
Baiklah, kamu minta agar Pur juga mengawasi dr. Feby. Kamar Ibu dan kamarkukan tidak jauh, siapa tau nanti dia butuh apa2.
John mengirimkan pesan ke Zepri atas permintaan Zai dan meneruskan pesannya ke Zai agar dia tenang dan bisa beristirahat kembali.