Chereads / CEO Dadakan / Chapter 108 - Memilih Kecewa Atau Mengerti

Chapter 108 - Memilih Kecewa Atau Mengerti

Putra mendorong kursi roda Imelda dan membantunya duduk di kursi sudut taman. Iku aku akan meninggalkanmu dan Zai. Dia pasti sangat marah dengan Dokter Zain sebagaimana ketika aku sangat marah ketika mereka menutupi tentang kehamilanmu padaku. Kamu harus bisa meyakinkannya.

Terima kasih Puku, aku akan masuk sebentar lagi.

Baiklah!! Aku akan menjemputmu 30 menit lagi.

Zai, aku masuk dulu ya. HP ku ketinggalan, kamu tolong jaga Imelda dulu ya.

Iya Bang.

Zai, duduk di samping Imelda sambil memegang HP nya.

Bang, maafkan aku. Itu hal pertama yang terbersit di pikiran Imelda.

Imelda tau Zai pasti akan marah karena Imelda membohongi tentang kondisinya. Selama hampir 4 tahun ini Zai sangat menjaganya dan banyak berkorban waktu untuknya. Tidak pernah sekali pun Zai lupa menghubunginya. Walau hanya sekali sehari tapi dia pasti akan menyempatkan videocall dia dan ibunya.

Kenapa kamu menutupi kondisimu dariku?

Aku hanya ingin kamu menyelesaikan urusanmu dulu di sana. Karena kamu pasti akan menemaniku di sini sampai Bayi ini lahir. Aku ingin kamu lebih memberi waktu untuk Hirah dan Ayahmu. Aku tidak ingin dianggap merebutmu dari mereka. Karena aku sangat tau rasanya kehilangan. Ada Bang Zain di sini yang menjagaku. Setidaknya kamu bisa menghabiskan waktumu dengan Ayahmu di sana, jadi beliau tidak terlalu merasa sendirian.

Sudah berapa lama kamu menggunakan kursi ini?

Sudah 1 mingguan ujar Imelda.

Berarti selama 1 minggu ini kamu menutupi keadaanmu padaku.

Bang, maafkan aku. Aku tau kamu pasti marah dan kecewa.

Kenapa kamu harus memakai kursi roda?

Aku akan menceritakan semuanya tapi abang harus berjanji setelah ini tidak akan marah lagi padaku.

Aku mau dengar ceritanya lengkap, jika masih ada yang kamu tutupi. Aku tidak akan memaafkanmu.

Beberapa hari setelah kembali dari RS banyak hal yang terjadi di rumah ini. Aku pun awalnya tidak menyangka akan mempengaruhi kondisi ku. Pertengkaran Lulu dan Bang Zain, lalu terakhir pertengkaran Chan dan Lulu.

Hari itu aku mencoba menyusul Lulu ke kamar setelah pertengkaran mereka. Aku ingin sedikit saja membantu beban Lulu tapi Lulu butuh waktu sendirian. Jadi aku memutuskan untuk istirahat.

Tiba-tiba saja kepala ku sangat sakit, akhirnya Bang Zain, Prof Stephen dan Dokter Lurey datang merawatku. Karena waktu itu Bang Zain dan Prof Stephen sedang di Lab maka mereka membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk sampai di sini. Lulu dengan di pandu Prof Stephen memberikan pertolongan pertama padaku dan meredakan sakitku agar tidak terjadi kontraksi. Tapi ternyata aku mengalami pendarahan yang lumayan banyak setelah di suntikan obat, akhirnya Dokter Lurey memutuskan aku harus benar-benar istirahat total dan harus menggunakan kursi roda sampai menjelang kelahiran. Tapi amazing nya Minggu depan aku sudah bisa berjalan tanpa kursi roda karena perkembangan bayinya sangat bagus, tapi untuk perjalanan jauh, menaiki tangga aku tetap harus dibantu.

Inti semuanya aku hanya tidak boleh lelah dan menerima tekanan. Tidak boleh ada sedikit saja pikiran yang membebaniku maka akan mengganggu perkembangan bayinya.

Apakah kamu sekarang benar-benar sehat?

Ya, sejak hari itu. Semuanya kembali seperti biasa, Lulu, Bang Zain dan Kak Chan dalam situasi yang baik di depanku. Tidak tau bagaimana jika di belakangku, tapi di depanku mereka sudah kembali seperti biasa...

Apakah kamu sekarang benar-benar meras lebih baik?

Ya!!! baiklah aku akan memaafkanmu kali ini, karena aku takut jika aku marah akan mempengaruhi kondisimu.

Terima kasih Bang Zai, Imelda tersenyum lebar mendengar kata-kata Zai.

Putra terlihat berjalan menuju mereka, dia melihat jika Imelda berhasil mendapatkan maaf dari Zai.

Bang, aku minta kamu jangan marah lagi ya dengan Bang Zain. Dia terpaksa melakukannya karena sedikit saja aku merasa tertekan akan mempengaruhi perkembangan kesehatanku jadi saja dia terpaksa menyembunyikan darimu karena takut aku drop lagi.

Baiklah aku tau, Bang Zain akan melakukan yang terbaik demi kamu. Walaupun itu membuatnya membohongiku, tapi jika hal ini menyangkut kesehatanmu. Aku tidak akan kecewa padanya walaupun sedikit kesal.

Imel tau kalau Abang yang terbaik sambil mengangkat kedua jempolnya.

Zai menepuk kepala Imelda sambil tertawa karena senang melihat Imelda bisa ceria kembali.

Wah, sepertinya kalian bicara sangat seru ya. sampai sepertinya tidak melihat kehadiranku.

Aku melihatmu Puku, apakah semua masih berkumpul?

Ya, mereka menunggumu untuk menonton bareng. Apakah kalian sudah selesai bicara?

Ya, kami sudah selesai Bang. Zai membantu Imelda berdiri dan membantu Imelda kembali ke kursi rodanya.

Zai, sepertinya kamu butuh bersih-bersih dulu. Kamu bisa pakai kamar di dekat kamar Dave, untuk berganti pakaian dan mandi. Hirah apakah dia?

Bolehkah Hirah berganti dikamar Lulu saja bang?

Ya, Lulu pasti tidak keberatan. Apakah kamu dan Hirah belum pernah bersama?

Ya, ini kali pertama kami pergi berdua. Keluarga Hirah masih menjunjung budaya bang, ini saja karena Ayah yang meminta ijin agar Hirah bisa berangkat ke sini menemaniku. Hirah diizinkan setelah meyakinkan bahwa ada hal yang sangat penting yang harus aku lakukan dan Hirah berperan juga di situ.

hmmm...itu lebih baik! Setidaknya kamu mendapatkan wanita yang baik. Di zaman seperti ini, banyak orang yang sudah tidak memandang budaya sehingga pernikahan kadang tidak berpondasi kuat karena jika ada masalah akan muncul rasa curiga. Dirinya saja tidak bisa dijaga dengan baik, wajar saja jika dia tidak bisa menjaga keluarganya.

Iya bang, aku setidaknya harus menghargai pengorbanannya 4 tahun ini. Karena bersedia menungguku ketika aku sedang dalam keadaan yang tidak stabil.

Mulai sekarang, kamu harus lebih memperhatikannya kak ucap Imelda. Aku memiliki banyak orang yang bisa memberikan perhatian padaku, terutama aku memiliki Puku yang selalu berada disampingku. Jangan sampai Hirah merasa kamu lebih mengutamakan ku dari padanya, karena tidak ada wanita yang mau menjadi yang kedua. Setidaknya itu yang aku rasakan semenjak bersama Putra, jika Putra terlalu sibuk saja aku akan mulai badmood dan marah-marah nga' jelas. Bahkan sering acuh karena merasa dia lebih mengutamakan pekerjaannya dari pada aku.

Oh ya, kok aku nga' merasa ya tanya Putra? Bukankah kamu yang selalu mengatakan dahulukanlah pekerjaanmu!

hmmm... aku tau kamu nga' akan peka Puku, makanya aku memilih tidak mengatakannya. Karena wanita ingin dimengerti bukan hanya ingin meminta.

Apa bedanya?

Dimengerti artinya kamu melakukan sesuatu karena keinginanmu sendiri. Sedangkan Meminta berarti kamu melakukan atas permintaan jadi yang kamu lakukan belum tentu keinginanmu.

Putra tertawa, pantas saja kalau aku sibuk kamu selalu memilih menginap di rumah ibu ternyata kamu itu sedang kesal padaku ya?

Tau ah... Udah ah jangan bahas ginian....

Zai tertawa, Bang sorry ya.... Aku duluan, aku tidak mau ikut kena imbas dari kejadian.

Eh Zai, kamu mau kabur ya?

Ini sudah urusan rumah tangga, aku tidak bisa menyelamatkanmu.

Bang Zai kamu melarikan diri. Aku kan sedang memberimu saran...

Ya... Ya... Abang mendengar dengan sangat jelas, dan akan Abang tanamkan dalam ingatan. Zai berlari kecil sambil tertawa meninggalkan Putra dan Imelda.

Putra mendorong kursi roda Imelda sambil tersenyum kecil. Selama ini dia mengira Imelda tidak perduli sama sekali dengan dirinya, karena apa pun yang berhubungan dengan pekerjaan. Imelda sangat mendukungnya bahkan merelakan Putra tidak pulang berhari-hari demi pekerjaannya. Putra tidak menyangka jika Imelda juga kesal jika dia terus bekerja.

Imelda yang merasa malu karena sudah membuka rahasianya sendiri gara-gara menasihati Zai hanya terdiam sambil menutupi mukanya yang memerah.