Chereads / CEO Dadakan / Chapter 107 - Kenangan

Chapter 107 - Kenangan

Kali Imelda benar-benar tidak bisa apa-apa. Semua aktivitasnya hanya dilakukan di tempat tidur atau kursi roda. Putra menerima peringatan keras untuk tidak melakukan hubungan fisik dengan Imelda. Sepertinya Dokter Lurey mengetahui jika Putra dan Imelda habis bermain sebelum Imelda sakit. Karena Imelda tidak boleh Lelah dan ada pikiran. Hal yang bersamaan itu yang membuat Imelda kontraksi.

Putra selalu pulang makan siang beberapa hari ini. Dan mengurangi waktu di luar rumah. Dia selalu pulang ontime.

Puku, aku ingin makan di meja makan nanti malam.

Baiklah, aku akan menggendongmu turun.

Aku ingin berjalan sebentar saja.

Tidak bisa, bukankah kamu menyayangi anak kita. Maka kamu harus menjaganya.

Untuk Putra selama Imelda tidak mengalami sakit itu sudah pencapaian luar biasa.

Baiklah!! Aku sudah sangat jenuh dan aku benar-benar ingin berjalan di taman.

Aku akan meminta Zepri menyiapkan kursi roda di lantai bawah.

Berapa banyak kamu membeli kursi roda?

hanya 3...

3 untuk apa saja.

1 untuk di mobil jika kamu harus kontrol, 1 di lantai atas, dan 1 di lantai bawah.

Kamu benar-benar melakukan pemborosan gerutu Imelda.

Tidak apa-apa Iku, nanti jika kamu sudah tidak membutuhkannya. Kita bisa menyumbangkannya ke Panti Jompo.

Oh ya benar, kamu memang luar biasa puji Imelda pada suaminya itu. Bahkan untuk kursi roda pun kamu melakukan banyak pemborosan.

Kamu tau, sebenarnya semua uang ditabungan itu adalah uangmu. Karena AGC adalah milikmu, aku hanya mengelolanya saja.

Iya, tanpa kamu yang mengelolanya maka AGC belum tentu sebesar sekarang. Entah bagaimana cara menggambarkannya.

Sudahlah, bukankah Calon penerus AGC harus mendapatkan yang terbaik. Bahkan Kakeknya di sana akan senang jika uang hasil jerih payahnya digunakan bersenang-senang untuk calon cucunya.

Baiklah, aku menyerah ujar Imelda kepada Putra.

Setelah hampir 1 minggu tidak keluar kamar, Imelda merasa senang karena bisa makan berkumpul dengan yang lainnya.

Masalah Dokter Zain dan Lulu sudah lumayan mencair, Akhirnya Dokter Zain menunda maksudnya untuk melamar Lulu karena takut Lulu akan marah lagi padanya. Sedangkan Chan masih belum mendapatkan permohonan maaf dari Lulu.

Kamu mau kemana habis ini ujar Chan ke Imelda.

Aku ingin nonton bersama kalian, apakah kalian ada rencana lain?

Tentu saja tidak ada, kami sudah lama ingin mengumpul denganmu ujar Dave.

Kami senang kita bisa ngobrol seperti ini lagi.

Putra menoleh ke arah Dokter Zain.

Tenang saja, pemeriksaan terakhir kandungannya sudah lebih kuat. Sekedar menonton tidak masalah. Imelda memang masih harus menggunakan kursi roda demi kebaikkan perkembangan bayinya.

Imelda memegang tangan Putra, kamu tenang saja. Jika aku merasa lelah, aku akan minta kembali ke kamar.

Baiklah!! Tapi tidak ada film yang bisa membuat kamu stress ujar Putra.

Aku punya film komedi korea untukmu ujar Dave.

Mana? tanya Imelda dengan semangat...

Nanti liat aja.

Ya, kalau sudah bahas Korea aku nga bisa berbuat apa-apa ujar Putra.

Bisa bisa nanti calon anakmu kayak orang korea karena Imelda suka yang berbau Korea.

Anakku harus mirip aku ujar Putra tertawa...

Aku ingin jika anakku perempuan dia mirip sama Puku tapi jika laki-laki aku ingin dia mirip Kak Meldyan.

Tiba-tiba suasana terdiam sejenak. Apa lagi Serrah dia merasa bingung.

Kalau sudah begitu, aku akan menyerah ujar Putra. Meldyan punya tempat khusus di hati Imelda.

Meldyan tanya Tari?

Ya, dia kakaknya Imelda.

Do You have a brother?

Ya!! Tapi dia lagi di suatu tempat yang jauh sehingga aku belum bisa bertemu dengannya.

Puku merangkul istrinya dengan sangat erat. Kita pasti akan menemukannya, baik hidup atau pun tiada.

Okay!! Ada aku di sini Imelda, untuk sementara aku akan menggantikannya menjaga dirimu. Chan, memberikan sepotong ayam ke piring Imelda.

Dave pun memberikan sepotong sosis ke piring Imelda. Aku akan ikut menjagamu sampai kita semua menemukan Kakakmu.

Putra mengelus kepala Imelda. Kamu masih punya kami.

Aku akan menggantikan posisi Meldyan sampai kita menemukannya, seseorang dari arah ruang tamu ikut berbicara.

Bang Zai, Imelda kaget melihat Zai yang sudah kembali ke Jerman.

Zai yang melihat, wanita yang disayanginya melebihi Abangnya langsung menuju ke arah Imleda dan memeluknya.

Bro, sepertinya kamu berlebihan ucap Putra...

Oh, maaf Bang. Aku sangat merindukan adik bungsuku ini.

Hirah, ayo ke sini panggil Zain.

Hay Hirah, Imelda yang masih di posisinya mencoba berdiri.

Maafkan, salam kenal. Maaf aku tidak menyapamu dengan baik waktu itu.

Hay Imel. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi. Maafkan aku karena baru bisa datang melihatmu sekarang.

Ayo duduk di sini dulu. Putra mencoba menahan tubuh Imelda. Kalian pasti baru saja datang.

Putra memberi kode ke Zepri untuk menyiapkan kursi.

Silahkan duduk di sini, Chan bergeser dari Imelda.

Aku sangat merindukanmu Imel ujar Zai, sambil memegang tangan Imelda.

Putra mencoba melepaskan tangan Zai, buatnya ini pemandangan yang biasa tapi Putra tidak ingin Hirah kecewa.

Zain mencoba mencairkan suasana, Tari dan Serrah saja terbengong melihat tingkah Zai apa lagi Hirah yang calon istrinya.

Zai, makanlah dulu ujar Zain.

Apakah kalian semua sudah selesai makan?

Belum, lihatlah dipiring kami masih pada penuh, tapi karena kedatanganmu kami menunda memakannya ujar Chan.

Ah, maafkan!!

Ayo kita mulai makan.

Imel kamu mau makan apa?

Tidak terima kasih bang, piringku sudah hampir penuh karena pemberian Kak Chan dan Dave.

Zain melirik ke arah Zai, dengan harapan adiknya ini mengerti. Jika kemarin-kemarin memang Zai bisa memperlakukan Imelda seperti sekarang karen tidak ada Hirah dan Putra tapi sekarang situasinya beda.

Zai mencoba memahami maksud abangnya. Dia mengangkat alisnya dan Oh!!

Love, kamu mau makan apa tanya Zai ke Hirah!

Apa saja ujar Hirah halus sambil tersenyum sampai Dave, Chan di depan mereka bingung dengan respect Hirah.

Kenapa tadi jadi ngobrolin soal Meldyan?

Dave dan Chan hampir tersedak mendengar Zai santai sekali menanyakan hal itu.

Oh, maaf bang. Aku mengagetkan kalian?

Tidak ada Bang jawab Imelda. Tiba-tiba aku teringat padanya saja.

Kamu tenang saja, Abangkan sudah bilang selama dia belum ditemukan anggap saja abang adalah Meldyan. Abang akan memperlakukanmu selayaknya dia padamu.

Putra tidak merasa aneh lagi, memang selama hampir 4 tahun ini Zai sangat menjaga Imelda dan Ibu Zen. Dia akan menyempatkan 1 bulan sekali datang ke Indonesia untuk melihat kondisi Imelda dan Ibu Zen.

Tari mencoba mengajak Hirah mengobrol selama Zai terus-terusan menyerbu Imelda dengan banyak pertanyaan.

Para ART menyiapkan ruangan tengah untuk mereka menonton film yang di pilih Dave. Karena kamar sudah penuh, Zai dan Hirah akan menginap di apartemen dengan Zain.

Zepri mengambil kursi roda dari belakang tangga dan mendorongnya mendekati Imelda.

Kursi apa ini tanya Zai?

Kursi Roda bang jawab Imelda..

Ya! Aku tau kalau itu kursi roda. tapi untuk apa?

Zain mendekati ke Zai. Itu Kursi Imelda.

Imel butuh bedrest jadi dia sama sekali tidak boleh melakukan aktifitas.

Kenapa abang tidak mengatakan padaku?

Karena Imel memang baik-baik saja, dia hanya tidak diperbolehkan beraktifitas apa-apa. Dan dia tidak ingin kamu mencemaskannya.

Tapi abang berjanji padaku akan mengatakan apa pun kondisi Imelda padaku.

Imelda menepuk pundak Zai...

Bang, aku yang meminta semua orang untuk tidak memberi tau kamu dan ibu. Jangan salahkan Bang Zain. Bang Zain terpaksa melakukannya. Aku ingin jalan-jalan ke taman depan, bisa kamu membawaku ujar Imelda ke Zai.

Aku akan mendampingi kalian ujar Putra.

Hirah kamu juga bisa ikut ujar Imelda.

Tidak apa-apa, aku belum menyelesaikan makananku. Jika aku sudah selesai, aku akan menyusul ke depan.

Baiklah ujar Putra... Kalian bisa menonton duluan, kami tidak akan lama.