Imelda masih melihat-lihat Universitas yang ada di Berlin. Putra tetap memintanya melanjutkan masternya di sini. Zepri pun akan ikut melanjutkan gelar masternya untuk mendampingi Imelda.
Imelda sebenarnya benar-benar tidak ingin melanjutkan gelar masternya tapi dia tidak ingin membuat Putra kecewa. Imelda memilih Freie untuk melanjutkan kuliahnya. Sebenarnya dia lebih memilih menjadi seorang istri di rumah yang duduk menunggu suaminya pulang kerja, mengurus anak dan mengurus suami dengan baik.
Imelda merasa Putra masih ragu dengan dirinya, bagaimana pun dia mengatakan bahwa dia sangat mencintainya maka Putra akan selalu terlihat seperti tidak mempercayainya.
Imelda merasa bahwa keputusan memiliki anak sekarang adalah waktu yang terbaik tapi sepertinya Putra masih belum ingin mereka memiliki anak sekarang. Imelda sedikit kecewa dengan keputusan Putra sebenarnya. Apakah Putra sudah tidak mencintainya lagi atau memang selama 3, 5 tahun ini Putra hanya menjalankan amanah ayahnya saja.
Malam itu Putra pulang agak malam karena ada acara penyambutan kepala Cabang baru di Jerman. Zepri mengantar Putra sampai kedepan pintu kamar. Putra minum sedikit alkohol karena terpaksa. Dia memang tidak kuat untuk minum alkohol tapi karena menghormati Kepala Cabang baru dia meminum wine yang di telah di tuangkan untuknya. Biasanya dia mengelak tapi entah kenapa perasaannya juga sedang tidak nyaman karena terus kepikiran soal Imelda.
Tuan!! Apakah tidak apa-apa tuan masuk sekarang? tanya Zepri, saya takut nyonya tidak nyaman.
Aku tidak apa-apa, Imelda juga pasti sudah tidur. Aku akan masuk pelan-pelan, kamu kembali saja ke kamarmu. Oh ya, katakan pada Dave besok siapkan semua pendaftaran Imelda dan kamu.
Baik Tuan!! Saya izin kembali duluan...
Zepri memberi salam ke Putra dan langsung turun untuk mengecek apakah Dave masih bangun.
Putra membuka pintu kamar sangat perlahan, dilihatnya Imelda yang tertidur dengan pulas dengan gaun putih mini. Putra mendekati Imelda dan mengelus kepala Imelda. Putra sangat mencintainya melebihi dirinya sendiri. Tapi sikap Imelda yang selalu mengikuti semua maunya Putra membuat Putra lebih tertekan. Imelda terkesan ingin membalas budinya karena bersedia menikahinya dulu.
Puku, kamu sudah pulang? Tiba-tiba Imelda terbangun.
Maafkan aku hon, aku membangunkanmu.
Kamu mabuk? Bukannya kamu nga bisa minum alkohol?
Ah! Aku baik-baik saja. Tadi manager cabang yang baru sudah terlanjur menuangkan wine, aku tidak enak menolaknya. Jadi aku meminumnya untuk menghormatinya.
Ayo, aku bantu kamu berdiri dulu. Imelda mendudukan Putra di kasur dan membantu Putra membuka pakaiannya.
Putra tertunduk tanpa menatap Imelda.
Puku, apa yang terjadi padamu?
Tidak ada apa-apa, aku hanya sedikit tertekan kamu akan tinggal di sini.
Imelda duduk di pangkuan Putra. Aku tidak akan meninggalkanmu, kamu yang memaksaku melanjutkan gelar masterku. Imelda mengelus kepala suaminya dengan tatapan penuh cinta. Aku akan mengikuti maumu Puku, dan aku tidak akan meninggalkanmu sejauh apa pun kamu mengirimku jauh dari mu.
Putra mencium istrinya dan memeluk istrinya dengan erat. Perasaannya sangat tenang mendengar perkataan Imelda. Entah kenapa, walau dia meragukan perkataan Imelda tapi tatapan mata Imelda selalu bisa membuatnya sangat tenang dan nyaman.
Imelda masih tertidur nyenyak ketika Putra bangun pagi itu. Kepalanya masih sedikit sakit, dia benar-benar harus menghindari alkohol kali ini. Apa yang terjadi semalam pikirnya, dilihatnya Imelda yang tertidur hanya berbalutkan selimut disampingnya. Ah, kenapa aku bisa berbuat seperti itu ketika sedang dalam pengaruh alkohol. Semoga aku tidak berkata hal yang aneh semalam pada Imelda.
Dia segera mandi dan menuliskan sebuah catatan di meja samping tempat tidur mereka.
"Maafkan aku semalam pulang dalam kondisi mabuk, aku harus segera rapat pagi ini. Sampai berjumpa nanti sore, aku akan menjemputmu untuk keluar makan malam".
Putra ikut menghadiri konferensi pers yang diadakan di sana, banyak perusahaan dari seluruh dunia menghadiri itu. Disana juga tampak Tuan Bian dan Daniel hadir. Putra sudah biasa melihat senyum sinis Daniel yang dilontarkan kepadanya karena mengambil tindakan memblock kehidupan luar untuk Imelda. Dia malas menanggapinya, toh setelah Imelda lulus gelar sarjananya, dia tidak lagi membuat pengawalan ketat untuk Imelda. Paling Imelda hanya di temani Zepri dan sesekali Zai. Bahkan dia tidak lagi membatasi telepon Imelda, siapa pun bisa menghubunginya. Dasar si Daniel saja yang tidak move on. Putra membalas senyum sinis Daniel dengan senyum tanda pengejekan ke Daniel. Dave yang melihat itu hanya tertawa ringan. Sudahlah, untuk apa kamu menanggapi Daniel.
Tidak ada!! Dia senyum kepadaku, jadi aku balas senyum juga. Bagaimana urusan pendaftaran?
Sudah di urus semua, bagaimanan Zepri dan Imelda selanjutnya?
Kita akan pulang besok, mereka harus mulai kursus bahasa Jerman selama 3 bulan sampai mendekati waktu masuk kuliah baru kita kembali mengantar mereka ke sini.
Baiklah! Aku akan mengurus semuanya setibanya kita di Indonesia. Apakah kamu sudah ngomong ke Zai soal ini?
Yapz!! Kamu jangan bingungkan anak itu, harta bapaknya bolak-balik keliling dunia tidak akan habis. Apa lagi dia sekarang artis terkenal, bisa-bisa dia akan membuat film di sini agar bisa dekat sama Imelda.
Dave tertawa lepas!! Entah apa yang diinginkan Zai sebenarnya, kalau aku tidak akan mau menghabisi harta cuman buat menjaga istri orang.
Putra tersenyum sinis ke Dave!! Makanya kamu nga punya-punya pasangan karena nga mau modal cibir Putra.
Tuan Bian menghampiri Putra, Selamat Siang Tuan Bian, senang melihat anda hari ini. Belakangan ini saya hanya melihat Tuan Daniel dan Dodzan saja di acara-acara bisnis. Apakah anda sedang tidak sehat?
Haha... Ternyata kamu sangat perhatian padaku, padahal mertuamu tidak suka sekali padaku.
Saya memang menantu dari Ayah Zen tapi saya belum pernah ada masalah dengan ThreeD Company jadi buat saya Tuan sama seperti rekan bisnis lainnya.
Aku tidak menyangka ternyata kompetensi mu melebihi ekspektasi ku. Sayang sekali kamu sudah diambil duluan oleh Zen. Semoga kamu bisa terus mengembangkan AGC.
Terima kasih tuan, tapi anda melebih-lebihkan. Saya ini anak baru di dunia bisnis ini. Masih perlu banyak bimbingan dari para senior.
Tuan Bian tertawa lepas!! Kamu merendahkan diri Putra. Jika nanti kamu ditinggalkan oleh Imelda, saya siap menerima Anda di perusahaan kami.
Putra berusaha menahan emosinya, terima kasih atas tawaran baiknya tuan. Sepertinya anda akan sangat bahagia jika aku keluar dari AGC.
Tidak...Tidak... Aku tidak sebahagia itu. Tentu ada yang lebih bahagia nanti, karena dari dulu pun. Imelda sudah seperti menantu di keluarga kami.
Dave menahan lengan Putra.
Maafkan Tuan, Imelda bukanlah barang untuk diperebutkan. Dia adalah istri saya, dan saya bukan anak Tuan. Jadi otomatis Imelda bukan menantu di keluarga Tuan. Saya tidak ingin nanti orang yang mendengar salah paham.
Tenang Putra!! Maksud ayahku hanya seperti karena dulu aku dan Imelda sudah pernah melangsungkan pernikahan keluarga. Kamu jangan terlalu terbawa suasana. Kami tau jika Imelda adalah istrimu, bahkan semua orang di sini juga tau. Tapi yang mereka tidak tau, bahwa Imelda kehilangan memori masa kecilnya tentang pernikahan kami.
Putra mencoba mengatur nafasnya. Meredam emosinya. Aku tau sebagai Tuan Bian yang terhormat, AGC adalah perusahaan yang sangat besar. Dengan mendapatkan Putri satu-satunya dari pemilik AGC merupakan keuntungan yang besar pula. Tapi bagiku itu tidak masalah. Selama bukan Imelda yang mengatakannya aku tidak akan mundur. Silahkan kalian mengatakan kepada seluruh dunia tentang pernikahan masa kecil itu, selama Imelda memilihku aku tidak masalah.
Kalau memang kamu berani, beri kesempatan Daniel mendekati Imelda. Biar kita bisa tau siapa yang akan dipilihnya. Suami masa kecilnya atau suami pilihan ayahnya.
Baiklah!! Aku sudah tidak membatasi ruang gerak Imelda semenjak pasca sarjananya selesai. Coba saja Anda menghubunginya sekarang.
Daniel mengambil telepon dari jasnya dan mencoba menelepon ke nomor Imelda, tapi sama sekali tidak di angkat.
Kenapa tidak di angkat?? Padahal Imelda sudah mencatat nomor hp mu, di hp nya.
Tiba-tiba HP Putra berbunyi.
Imelda menelepon ku. Aku loudspeaker
Hon, kamu sedang sibuk?
Tidak, ada apa Iku?
Daniel menelepon ku!
Terus?
Ya tidak aku angkatlah, kira-kira apa lagi yang diinginkannya ya Hon! Kenapa kamu membuka semua blockiran telepon di hp ku?
Karena sudah waktunya kamu membuka kembali hubungan masa lalumu.
Tapi aku tidak mau Puku, aku sudah sangat bahagia dengan hidupku yang sekarang.
Nanti kita bicarakan dirumah ya!!
Seperti yang Tuan-Tuan dengar, bukan aku yang membatasi hubungan masa lalu Imelda, tapi dia yang memintanya.
Ya!! Anggap saja seperti itu. Kalau memang kamu yakin Imelda mencintaimu. Bagaimana kalau kamu beri aku kesempatan untuk membantunya mengingat masa lalu kami?
Putra berpikir keras, sudah waktunya. Dia tidak bisa meragukan Imelda lagi, ini salah satu cara agar dia tau perasaan Imelda kepadanya tulus atau karena balas budi.
Aku akan memberimu ruang dalam batasan wajar dan atas keinginan Imelda. Tapi jika dia tidak mau, aku minta kalian menjauh dari Imelda selamanya.
Ya!! Tidak masalah ujar Daniel... Bukan membuatmu bangun dari mimpimu segera lebih baik ujar Putra sambil menepuk pundak Putra.
Dave sudah mengepal tangannya, mereka memang tidak tau malu gumamnya.
Kalau bukan ditahan Putra, sudah habis pasti dia hajar si Daniel.