Chapter 80 - Departemen Dungeon

Tebakanku benar, gedung departemen Dungeon tidak jauh dari lokasi sebelumnya aku berjalan-jalan, berjarak sekitar 160 meter.

Saat aku sampai di sana aku mulai mengamati lingkungan dan tahu Gedung ini cukup besar, memiliki lapangan yang luas, area bawah tanah dan fasilitas lainnya, cukup lengkap meski departemen ini baru di bentuk.

Aku sedikit penasaran dulunya tempat ini bekas gedung apa.

Di sepanjang jalan bertemu banyak orang, mendapatkan sapaan dari orang-orang yang lewat, mereka cukup sopan tapi dari wajah mereka aku masih bisa membaca emosi sebenarnya di hati mereka, meski aku sendiri tidak terlalu peduli apa yang mereka pikirkan.

Setelah berjalan selama hingga 30 menit berputar-putar akhirnya sampai juga di ruangan yang mereka tuju, atau tepatnya di kantor Pak Kersen.

"Silahkan duduk mas Alan"

"Terimakasih"

Kami berdua duduk bersebrangan dan diam selama 1 menit tanpa ada orang yang berinisiatif untuk berbicara.

Tidak ada suasana canggung yang terasa, hanya ada keheningan yang akan membuat seseorang gugup.

"Mas Alan, menurut pendapat mu bagaimana dampak ke datangan Dungeon ke bumi?"

Pertanyaan ampas ini, aku tak menyangka dia akan langsung pada inti masalah, apakah dia sedang mengetesku? pertanyaan dengan jawaban bercabang ini memiliki terlalu banyak jawaban, tapi jika dia bertanya tentang Dungeon... jawaban ku hanya 1.

"Penyelamat mungkin? aku sendiri kurang yakin, tidak banyak yang kita tahu tentang Dungeon tapi dari banyaknya bencana hingga saat ini hanya Dungeon yang telah menguntungkan pihak manusia dan fakta Dungeon yang memperkuat manusia membuatku merasa penjelasan yang di dapat saat menjadi penyerang Dungeon memang benar"

Aku tidak perlu menjelaskan lagi apa isi dari penjelasan tersebut, karena mereka menyebut diri mereka departemen Dungeon secara alami mereka seharusnya memiliki departemen terkait.

"Pemikiran yang menarik"

Pak tua ini bahkan tidak merenungkannya dan dia bilang menarik? ya jika melihat jawabanku lagi tidak mengherankan sih, meski itu memang pendapat ku dulu tapi pendapat ini juga salah satu pendapat umum yang di miliki orang-orang, jadi salah satu anggota dari departemen Dungeon pasti ada yang memiliki pendapat yang sama, dan pak Kersen sudah mempertimbangkan pro dan kontra dari teori ini.

"Jika mengikuti pendapatan mu mas Alan, apakah kami harus mendukung dan mendorong orang-orang untuk berburu di Dungeon?"

Jika aku memberikan jawaban 'Ya' sekarang, orang tua pasti akan langsung menyebut kontra dari pilihan ini, apakah dia ingin menekanku? apa maksudnya dia sengaja menanyakan pertanyaan dengan jawaban yang sudah pasti ini? kalau begitu, mari coba jawaban yang berputar.

"Tidak perlu, 'jangan melarangnya' sudah cukup"

Sudah banyak negara yang memberikan larangan seperti ini, lagi pula penyerang Dungeon bisa mengeluarkan senjata dimana saja dan kapan saja, yang terlalu berbahaya.

"Tapi jika kami tidak melarang mereka, kehidupan warga negara akan terancam"

Bukan Pak Kersen yang mengatakan nya tapi seseorang yang baru masuk dari pintu, dia adalah pria kurus tadi pagi.

Melihat sikapnya yang begitu tak sopan, sku sedikit melirik ke arah pak Kersen mencoba mengukur dia marah atau tidak, dan ternyata tidak, dia bahkan tidak keberatan, apa identitas dari pria ini? di garis waktu lain aku tidak ingat ada orang seperti dia di departemen Dungeon.

"Pak Kersen ini..."

Aku meminta pak Kersen untuk memperkenalkannya padaku.

"Pak Bambang, pengawas departemen Dungeon saat ini"

"Humph..."

Pengawas... masih tidak ingat, pengawas dalam ingatan ku adalah orang yang berbeda. Tapi tidak heran dia berani bertindak tidak sopan seperti ini, bahkan tanpa ingatanku aku bisa menebak jabatan ini ada hanya di gunakan untuk menentang setiap keputusan departemen Dungeon yang merugikan negara.

"Lalu bisakah kau melarangnya pak pengawas? jangan lupa penyerang Dungeon bisa berteleportasi, bahkan jika kau menangkap dan mengkarantina kami para penyerang Dungeon, kami masih bisa kabur dengan mudah"

Melihat wajah masam mereka semua, aku yakin mereka pasti sudah menyadari masalah ini juga.

"Selian itu, dari pada memperhatikan ancaman dari manusia lain bukankah lebih baik jika kita mewaspadai ancaman dari monster? kita tak tahu akan sampai kapan monster-monster ini akan terus tinggal di dekat Bunga Harapan"

"TNI akan membunuh mereka semua sebelum saat itu tiba"

Dari mana kepercayaan ini datang? apakah mereka sudah lupa penyerang saat Dungeon baru saja muncul yang membuat senjata api terlihat seperti omong kosong?

Aku melirik beberapa tentara yang menjaga di ruangan, dan segera mengerti apa maksud dari kata-katanya.

"Kalian ingin mengontrol Dungeon?"

Lengan Pak Kersen dan Pak Bambang menegang untuk sesaat.

Sepertinya tebakanku benar.

Mereka ingin terus mempertahankan otoritas kekuatan agar kekuasaan tetap terjaga, mereka tidak ingin melihat 'Alan' yang lain, 'Alan' yang bisa lepas dari bagian negara.

"Pada akhirnya ini terserah kalian, aku hanya berpendapat"

Mereka perlu mendapat 'pelajaran' agar mereka bisa mengerti, aku sendiri tidak peduli keputusan apa yang akan mereka ambil, bahkan jika mereka membuat larangan, toh aku tidak akan ikut terpengaruh, langkah apapun yang mereka ambil tidak akan berpengaruh padaku.

Karena aku sudah tidak tidak lagi menjadi bagian dari system negara, aku juga tidak memiliki sesuatu yang terkait denganku yang bisa di gunakan sebagai ancaman untuk memerasku, bahkan jika itu keluarga pamanku aku tidak peduli apakah mereka akan mati atau berhasil menjadi kuat.

"Tapi ada satu hal yang ingin ku tunjukkan pada kalian"

Aku mengambil smartphone dari sakuku untuk menunjukkan sebuah video pada mereka.

*********

Video di mulai dengan narasi pendek

"Awalnya ini hanya kebetulan, aku sedang berjalan-jalan untuk mengevaluasi perubahan dunia, aku tidak menyangka akan melihat sesuatu yang mengerikan seperti ini"

Di lihat dari warna langit latar waktu video seperti nya di rekam pada dini hari sekitar pukul 04.00 pagi.

5 detik hanya merekam kerusakan-kerusakan rumah, baru setelah detik ke 6 sesuatu terjadi, sosok putih melayang dari rumah ke sebuah pohon beringin besar.

"sial... bangs*t... b*jingan... kuntilanak...anj*ng"

Suara ketakutan dari seorang pria terdengar begitu nyaring, dia melarikan diri tanpa menengok kebelakang lagi dan video selesai.

**********

Aku memutar video sekali lagi dan menhentikan pada adegan di mana sosok putih terlihat.

"Bagaimana menurutmu tuan pengawas?"

"Ku pikir kau ingin menunjukkan sesuatu yang hebat, tapi apa ini? apakah kau meminta kami untuk mempercayai konten settingan seperti ini? penampakan kuntilanak ini hanyalah editan"

Aku tahu mereka tidak akan mempercayainya dengan begitu mudah. Lagi pula konten settingan memang sudah terlalu banyak ada di berbagai situs streaming video.

Karena itu aku perlu menambahkan hal lain.

"Seseorang bisa pinjamkan aku sebuah smartphone?"

"Untuk apa?"

"Untuk menunjukkan bahwa video ini nyata"

Pada akhirnya meskipun mereka merasa curiga dan tidak percaya, aku masih di pinjamkan sebuah smartphone oleh mereka, smartphone milik salah satu tentara.