Chapter 75 - Rama dan Rafli

Ketika berjalan di taman, Pandu melihat dua orang aneh duduk di bangku di pinggir taman.

Kenapa dia bilang aneh? Sulit menjelaskan, tapi yang pasti siapa pun melihat keadaan mereka berdua, Pandu yakin orang itu pasti akan memiliki pendapat yang sama dengan dirinya.

Bangku sebenarnya cukup luas untuk bisa di duduki empat orang, tapi mereka memilih duduk dibangku yang berbeda, berseberangan.

Di kanan dan di kiri jalan, duduk dengan posisi yang sama, tangan mereka merangkul sandaran bangku, kepala mereka bersandar dengan tatapan yang menatap ke langit, ekspresi mereka menunjukkan seolah dunia mereka telah berakhir, tidak bergerak seperti patung.

Dan yang terburuk adalah Pandu mengenal mereka berdua. Dia ingin berbalik dan pura-pura tidak mengenal mereka berdua tapi sayangnya dia dikenali terlebih dahulu.

"Ah Pandu" suaranya memberikan getaran 'lemah' seolah ingin mengungkapkan semua tenaga mereka telah terkuras habis.

"Yo Rafli – Rama, apa yang sedang kalian lakukan"

Mereka berdua adalah dua bersaudara Rama dan Rafli. Semenjak hari itu mereka sudah sering bersama-sama menjelajahi Dungeon dengan atau tanpa Alan, jadi bisa di bilang mereka sudah cukup akrab, tidak hanya lagi sebatas kenalan.

Setelah mereka memanggilnya, tidak mungkin Pandu berpura-pura tidak mengenal mereka lagi.

"Jangan pedulikan kami.." Rama

"Lewat saja seperti biasa, seolah kami hanya selembar daun yang tak sengaja jatuh di atas bangku" Rafli.

"..." Pandu.

Pandu kehilangan kata-kata atas tingkah mereka berdua yang begitu menyedihkan. Dan yang paling menyebalkan, Pandu mulai merasa bersalah jika meninggalkan mereka begitu saja.

"Apa yang terjadi?"

Mereka terlihat terlalu jauh berbeda dengan mereka yang biasanya.

"Kami..." Rafli

"...Miskin" Rama

"..." Pandu.

Sial apakah membagi kalimat menjadi dua seperti itu penting? Apalagi mereka berdua terpisah di dua sisi, terasa sangat menyebalkan.

Pandu memutuskan untuk menarik Rama di samping kiri dan memindahkannya ke samping Rafli agar bisa berbicara dengan mereka dengan lebih mudah.

Rafli bergeser memberikan ruang untuk Rama agar dia bisa duduk dan melakukan hal yang sama lagi, perbedaannya kali ini mereka ada di bangku yang sama.

"..." Pandu.

Fak, aku ingin menendang mereka berdua hingga terjungkal ke belakang. Dorongan ini sulit sekali Pandu tahan.

"Oh benar Dungeon rush..." Rafli

"...Sama seperti Alan" Rama

"-_-*"Pandu.

Kali ini Pandu mencoba mengatur nafasnya sendiri, mencoba menahan amarahnya yang sudah di ujung ubun-ubun.

"Pertama, berhenti cara bicara aneh kalian, dan ceritakan apa yang terjadi padaku"

"Kami ingin melakukan Dungeon rush Pandu, sama seperti Alan" Rama

"Dengan ini, kami mungkin bisa membalikkan keadaan" Rafli

Mereka kemudian berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Pandu sendirian seperti orang bodoh.

Sial, kali ini Pandu tidak bisa menahannya lagi, dia melepaskan kedua sepatunya dan menghantamkannya pada kepala mereka masing-masing, membuat mereka hampir tersungkur ke depan.

"Ah...apa yang kau lakukan Pandu, itu sakit" Rama

"Apakah kau bangun di posisi yang salah hari ini pandu? Kenapa kau bertingkah aneh hari ini? Kenapa kau tiba-tiba melempari kami dengan sepatumu Pandu!?" Rafli.

"..." Pandu.

Sepertinya lemparan tadi masih belum cukup keras, Pandu memutuskan untuk mengambil sepatunya lagi untuk melemparkannya pada mereka berdua, kali ini di bagian wajah.

"Kalian yang bangun di posisi yang salah!!, seluruh keluarga kalian bangun di posisi yang salah!!"

"Tidak baik..." Rafli

"...Pandu sudah gila" Rama.

"!!!"Pandu

Adegan kejar-kejaran kemudian berlangsung hingga 1 jam lebih, hingga Pandu berhasil melampiaskan semua amarahnya.

Kini mereka berdua terkapar di rerumputan taman.

"Apa yang terjadi dengan kalian berdua, kenapa tiba-tiba kalian mengembangkan cara bicara aneh seperti itu dan apa yang terjadi hingga membuat kalian ingin melakukan Dungeon Rush?"

Pandu mencoba bertanya sekali lagi, tapi sebagai jawaban dia hanya mendapatkan senyum lebar dari Rafli di tambah dengan uluran tangan yang membentuk sign V (Victory).

Pandu "???"

Baru setelah jeda keheningan sesaat, Pandu mendapat jawaban dari Rama.

"Semalam keluarga besar kami berkumpul, semua anggota bahkan yang tinggal di luar negeri di minta untuk pulang, untuk membahas rencana terhadap perubahan dunia"

Rama? Dia benar-benar Rama kan? Rama yang pendiam yang selalu berhemat dalam berkata-kata.

Tanpa sadar Pandu melirik Rafli lagi yang masih mengangkat tangannya menunjukkan sign V.

Apa yang terjadi?

"Tapi saat itu sesuatu terjadi" Rama

Setalah Rama mengatakan ini, Rafli menurunkan tangannya, dan mengambil alih topik, ekspresinya bermartabat.

"Perubahan dunia datang!" Rafli.

"Hewan berevolusi" Rama.

Mereka memulainya lagi.

Jika tidak dalam proses menjelaskan asal gaya bicara menyebalkan ini, pasti Pandu sudah mengambil sepatunya lagi.

"Kebetulan seekor cacing 'terbangun' di bawah rumah kami" Rafli.

"Tubuhnya begitu besar hingga berdiri saja telah merusak dan menghancurkan rumah kami" Rama.

Timingnya benar-benar terlalu buruk.

"Apakah keluarga kalian baik-baik saja?"

Bagaimana mana bisa hewan berevolusi muncul di tempat di mana keluarga mereka sedang berkumpul? Keluarga mereka terlalu sial, nenek moyang mereka pasti telah di kutuk tujuh turunan.

"Tidak ada yang mati, tapi semua generasi tua sedang terbaring di rumah sakit pribadi sekarang" Rama

Rumah sakit pribadi? Keluarga mereka benar-benar kaya.

"Hanya kami generasi muda keluarga yang tidak terluka, karena saat itu kami kebetulan sedang bermain di halaman rumah" Rafli.

"Tidak mau ikut ambil bagian dalam rapat keluarga yang sangat membosankan" Rama.

"Tapi saat itu, saat kami melihat rumah runtuh, semua orang ketakutan, meskipun khawatir dengan anggota keluarga mereka, tidak ada yang berani untuk mendekat, mereka membatu karena dikuasai rasa takut mereka" Rafli

"Hanya kami berdua sendiri yang masih bisa sadar, tapi kami berdua tidak benar-benar sadar saat itu" Rama.

"Kami di kuasai amarah, dan kami berdua pun nekat menyerang cacing yang baru saja meruntuhkan rumah kami"

Pandu kemudian mendengarkan cerita pertarungan 'heroik' dari Rafli dan Rama, mendengar bagaimana mereka memotong cacing hingga berkeping-keping.

Tapi apa yang fokus kan adalah keberuntungan mereka, mereka beruntung cacing bukan hewan yang buas.

Cacing tidak menumbuhkan kemampuan khusus setelah berevolusi, justru evolusi malah membuat cacing semakin lemah, terutama pada aspek gerak mereka yang semakin melambat.

Membuatnya hanya menjadi sebuah daging raksasa yang mudah di iris oleh Rama dan Rafli.

Akhir cacing sudah bisa di tebak, cacing mati setelah dibelah menjadi banyak bagian oleh mereka berdua.

Dan setelah itu Rafli dan Rama mendapatkan kemampuan pemberian. Alasan mereka berdua memiliki cara bicara aneh juga karena kemampuan pemberian itu. Kemampuan yang memiliki nama "Link".

Mendengar nama skill, deskripsi yang pertama kali dipikirkan Pandu adalah mereka berbagi pikiran, tapi ternyata tidak.

"Di katakan berbagi pikiran kurang tepat" Rama

"Karena kami tidak benar-benar bisa saling membaca pikiran" Rafli

"Skill ini hanya memperkuat pemahaman diam-diam di antara kami" Rama

"Membuat kami berdua bisa mampu memahami maksud masing-masing tanpa harus berkomunikasi langsung" Rafli.

Pandu terdiam. Tentu dia sudah tahu tentang kemampuan pemberian ini, karena topik ini telah populer di internet di seluruh dunia.

Dan yang dari berbagai data, orang-orang telah menyimpulkan.

1. Dengan membunuh monster seseorang mungkin akan mendapatkan 'kemampuan pemberian', tapi tidak selalu. Ada banyak orang yang bahkan telah membunuh puluhan monster tapi masih tidak mendapatkan kemampuan pemberian ini, terutama orang-orang dari milter.

2. Setiap orang hanya bisa mendapatkan kemampuan pemberian sekali.

3. Setiap kemampuan akan terkait dengan jenis hewan yang di bunuh (belum di konfirmasi)

Pandu juga menginginkan kemampuan seperti ini, sayangnya semua hewan telah pergi dan berkumpul di dekat bunga harapan.

Dia tidak berpikir sedikit pun untuk menyusul ke sana, karena dia melihat banyak contoh di internet, tidak ada yang kembali setelah pergi ke dana.

Di lihat dari beberapa Youtuber yang melakukan streaming, mereka semua mati di serang binatang berevolusi.

Pandu kembali lesu dan terdiam.

"Ada apa Pandu?" Rafli.

"Sedang mempertimbangkan apakah harus memukul kalian lagi atau tidak"

Dia kasihan dengan mereka tapi juga merasa tergarami mendengar mereka mendapatkan 'Kemampuan Pemberian'

"!!!"Rafli dan Rama.