Chapter 64 - Bahaya dalam Kegelapan

Dari atas lubang, Laura menjulurkan kepalanya ke bawah, Sedhulur hanya melarangnya untuk ikut turun, jadi jika mengintipnya dari atas tak masalah kan?

Laura merasa jika ia hanya diam saja ia kan mati penasaran.

Dari atas atas, Laura bisa melihat Sedhulur mengangkat bola cahaya di bawah kakinya dengan tangan kiri.

Sedhulur kemudian menutup matanya, dan entah sejak 5 Bola cahaya yang lebih kecil terbentuk di setiap ujung jari tangan kanannya.

Bahkan tanpa Sedhulur beritahu, Laura sudah bisa merasakan sihir lima bola kecil berbeda dengan sihir sebelumnya, jika sebelumnya terasa seperti 'mengumpulan' cahaya sedangkan bola kecil terasa seperti Sedhulur sendiri yang mengeluarkan cahaya tersebut ke ujung jarinya.

Meskipun kedua sihir membutuhkan waktu hampir 1 menit, Lura tidak bisa tidak kagum pada kemampuan Sedhulur,

"...Bukan berarti penyihir atau Magus hanya bisa menggunakan satu element" Laura sendiri sudah tahu tentang hal ini, tapi dia tidak pernah ingat temannya yang sudah menjadi Magus bisa melakukannya selancar Sedhulur, Laura yakin itu pasti karena perbedaan kekuatan diantara mereka, tidak salah lagi Sedhulur adalah seorang Magus tingkat tinggi.

Laura kembali mengalihkan fokusnya pada Sedhulur, dia melihat lima bola cahaya kecil berubah menjadi aliran menuju bola cahaya besar di tangan kanan, membuat ukuran nya semakin besar dan bersinar semakin terang.

Sedhulur sendiri terlihat begitu serius, Laura merasa jika dia diam-diam turun Sedhulur pasti tidak akan menyadarinya. Tapi bahkan sebelum ia benar-benar melompat ke dalam lubang, Laura sudah mendapatkan peringatan lain dari Sedhulur.

"Jangan pernah berpikir aku tidak mengawasi mu Laura, jadilah gadis yang baik dan tetaplah di sana"

"..." Laura terdiam.

Bagaimana dia bisa tahu aku ingin ikut masuk sedangkan matanya masih tertutup?

Meskipun sedikit kesal terutama karena diperlakukan seperti anak kecil, Laura merasa dirinya telah kehilangan minat untuk ikut turun dan lebih memilih untuk mengintip dari atas lubang.

Laura kembali mengamati Sedhulir yang sedang sibuk memeriksa isi 'ruang rahasia' di dalam lubang. Mengangkat bola cahaya di tangan kirinya Sedhulur mulai melihat sekeliling.

Seperti apa yang Sedhulur amati, dia berpikir kakinya berpijak pada permukaan datar yang terbuat dari semen, baru setelah menyinarinya dengan cahaya yang lebih terang dia menyadari bahwa dia berdiri di atap sebuah bangunan.

Atapnya yang berbentuk kotak pipih seperti beberapa bangunan modern, atapnya bukan jenis atap miring yang terbuat dari kayu ataupun genteng tanah liat.

Bangunan dari tipe ini bukanlah jenis bangunan yang tidak dapat dibuat oleh orang-orang yang lebih mengutamakan sihir dibanding sains alami, sebagai bukti Sedhulur tidak pernah melihat adanya ras di planet ini yang memiliki budaya membangun bangunan jenis ini, fakta ini membuat perasaan Sedhulur sedikit bingung.

Namun saat ini bukan waktunya untuk brainstroming, apalagi di tempat yang masih belum jelas keamanan nya.

Sedhulur memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan.

Sedhulur membagi bola lampu yang ada di tangan kirinya menjadi empat bagian, dan menyebarkannya ke arah yang berbeda. 

Laura yang menonton nya dari atas bingung dengan tindakan Sedhulur, jika dia berniat memisahkan nya lagi menjadi empat bagian, untuk apa Sedhulur menggabungkan semua cahaya sebelumnya?

Tentu dari sudut pandang Alan tindakan nya tanpa tujuan, meskipun sudah sedikit memprediksi nya Alan tidak berpikir ruang rahasia akan begitu luas, begitu luasnya bahkan membuat nya tidak cocok lagi di sebut sebagai 'ruangan', Karena itu Alan hanya membawa Satu penerangan, baru setelah benar-benar turun ke bawah Alan menyadari satu sumber cahaya sama sekali tidak cukup.

Cahaya yang bersinar dalam lubang tidak memenuhi persyaratan untuk perapalan sihir yang sama, ia terlalu malas untuk naik lagi ke atas lubang, sedangkan sihir element cahaya yang asli mengkonsumsi terlalu banyak energi sihir. Karena itu Alan memilih cara berputar ini.

'Jika tidak cukup cahaya, kau hanya perlu membawa lebih banyak api'

Ketika bola cahaya terus menyebar memgukur luas 'ruang' rahasia, Alan tahu dugaannya benar di dalam sini begitu luas, memiliki banyak bangunan seolah pernah ada kota di sini.

Kota bawah tanah di bawah kota bawah tanah? Sebuah kalimat aneh, tetapi Sedhulur kalimat ini adalah frasa yang paling cocok untuk menggambarkan tempat ini.

Ketika mereka berdua terus menonton, tiba-tiba terdengar teriakan kecil di daeeah di mana bola cahaya baru saja lewat, mungkin karena lingkungannya begitu sunyi sehingga bahkan suara sekecil itu terdengar begitu jelas di telinga Sedhulur.

Otak sedhulur masih berusaha mengidentifikasi jenis suara apa itu, tetapi untuk beberapa alasan setiap otot di tubuhnya berkedut seolah-olah mengingat Sedhulur jenis suara ini.

Segera ingatan kecil masuk ke otak Sedhulur, ingat yang membangkitkan rasa takut di hatinya. 

Masih belum jelas monster apa itu, tapi Alan tahu itu adalah suara monster yang tidak boleh ia lawan dengan level kekuatan saat ini.

Jika bertarung dengan monster ini ditempat penuh cahaya ada kemungkinan ia bisa menang, tetapi di tempat gelap yang pada dasarnya adalah domain makhluk itu, Alan merasa jika bisa kabur dan selamat ia sudah cukup beruntung.

Memberikan nasibnya pada perjudian bukanlah hal yang di sukai Alan.

Karena itu Alan langsung berputar balik, memilih untuk melarikan diri. 

Tapi begitu dia melakukan tindakan ini dia mendengar teriakan lain yang menyusul teriakan sebelumnya, jeritan nyaring yang terasa seperti baru daja mengatakan 'waktunya untuk berburu'.

Tanpa menunda lagi Alan langsung berlari dan melompat mencoba meraih lubang, tetapi mungkin karena terlalu terburu-buru dalam melompat ia gagal meraih tepian lubang bahkan langit-langit pun tidak.

"Sial"

Setelah gagal, Alan kali ini berusaha menenangkan dirinya sebelum melompat. 

Di kepalanya dia terus mengingat bagaimana cara melompat cukup tinggi dengan tubuh manusia biasa.

'Pertama, berikan jarak yang cukup dari titik awal lompatan dan kemudian mulai lah berlari sambil mempertimbangkan waktu melompat, untuk sesuai dengan posisi lubang yang di tuju.

Saat hendak melompat pusatkan titik berat pada bola kaki yang akan digunakan sebagai tumpuan. Dan kemudian biarkan momentum ancang-ancang itu mengalir ke atas'

Dengan menggunakan lompatan ini Alan berhasil melompat cukup tinggi, bahkan membuat setengah dari kepalnya keluar dari lubang, sayangnya pinggiran lubang yang ia gengam terbuat dari tanah, jika terus seperti ini ia pasti akan jatuh lagi.

Saat pikiran itu terlintas di kepala Alan, dia merasakan sentuhan hangat mengambil tangannya. Ketika mendongak Alan bisa melihat wajah tersenyum seorang gadis yang sedang berusaha menarik tangan kanannya.

"Terima kasih Laura, kamu menyelamatkanku"

Mungkin ini sesuatu yang sudah pasti, tetapi Sedhulur bersyukur Laura adalah seorang Elves, karena ras yang lebih tinggi bahkan untuk seorang wanita seperti Laura akan memiliki kekuatan yang hampir sama dengan kekuatan rata-rata seorang pria dewasa dari ras manusia.

Setelah mencapai kembali ke permukaan Sedhulur segera meminta Laura untuk mencari batu yang cukup besar untuk menutupi lubang, pada sore hari makhluk itu mungkin tidak berani keluar tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan mereka lakukan pada malam nanti.

Sedhulur tidak mau karena dirinya makhluk-makhluk tersebut bisa keluar dan mengamuk di kota terdekat.

"Hei Sedhulur, sebenarnya apa yang kamu lihat di sana?"

Sebenarnya, kali ini Alan juga ingin menjawab dengan frasa 'tidak ada apa-apa' tetapi setelah dengan semua tindakan sebelum, Alan merasa kebohongan nya tidak akan digigit oleh Laura.

Berdasarkan karakter Laura Alan merasa jika dia benar-benar merespons dengan kata-kata seperti itu, Laura pasti akan terus memaksanya untuk memberikan jawaban yang sebenarnya dengan cara apa pun.

Yang terburuk, Laura bahkan akan menuduh Sedhulur ingin menyembunyikan isi ruang rahasia untuk dirinya sendiri.

Pada akhirnya, meski memaksakan perasaan malas yang menyelimuti tubuhnya, Sedhulur sedikit memberi penjelasan pada Laura.