Setelah mendengar penjelasan dari ku, Laura langsung termenung di lautan pikirannya sendiri.
Tentu saja seperti biasa aku tidak terlalu memedulikannya, aku berdiri dari tempat aku duduk saat bercerita dan berjalan pergi meninggalkan Laura tanpa berpamitan.
"Hei Sedhulur, kemana kamu pergi?"
Tanpa berbalik aku menjawab aku menjawab sambil terus berjalan pergi.
"Jalan-jalan"
Singatku, selain ketika aku baru saja tiba di kota ini aku belum benar-benar mengamati kota yang ditinggalkan ini, meskipun sebenarnya itu hal yang paling dasar yang harus di lakukan arkeolog sebelum menjelajahi reruntuhan.
"Aku ikut," teriak Laura dan berlari mengejarku dari belakang.
"Lakukan apapun yang kau mau"
Bagaimanapun, meskipun kakiku melangkah, pikiranku sudah melayang entah ke mana. Kepalaku terus berusaha memikirkan petunjuk yang mungkin aku lewatkan.
Batas waktu untuk kunjungan lintas-dunia mendekati akhir, tetapi aku masih belum mendapatkan apa-apa dari reruntuhan ini, membuat ku merasa penjelajahan reruntuhan ini terasa sia-sia, jika aku tahu akan begini akan lebih baik tinggal di rumah Ladur dan mengajarinya beberapa metode pedang.
Ketika aku mencoba memikirkannya lagi, aku masih tidak mengerti bagaimana Ladur menemukan reruntuhan ini.
Tanpa informasi dan tanpa persiapan yang matang, aku sendiri heran dengan diriku sendiri yang begitu percaya akan bisa menyelesaikan reruntuhan dalam waktu singkat.
Mungkin fakta bahwa aku dulunya adalah seorang arkeolog yang memiliki begitu banyak pengalaman dan pengetahuan dari masa depan, secara tidak sadar membuat ku sedikit sombong, aku bahkan melupakan dasar-dasar penting.
Mengabaikan tentang kelalaian ku, fakta bahwa Ladur sendiri sebagai orang biasa dapat menyelesaikan atau setidaknya mengambil panen di reruntuhan ini dengan mudah, membuktikan bahwa dia memang tidak menghadapi sesuatu yang terlalu berbahaya.
Bahkan Ladur mungkin sejak awal sudah tahu cara mendapatkan panen di reruntuhan ini, seperti seorang peserta ujian yang memiliki kunci jawaban untuk soal yang akan di uji, dia tidak berpikir keras untuk menemukan 'penyelesaian'.
Jika kesimpulan itu benar hal ini juga dapat menjelaskan mengapa Ladur tidak menjadi karakter yang ceroboh setelah mendapat hasil dari penjelajahannya di reruntuhan.
Di reruntuhan ini Ladur memiliki informasi lengkap sejak awal, sehingga ia bisa mengetahui lokasi reruntuhan dan bagaimana cara menanganinya tanpa harus melalui hal-hal dan kesulitan yang tidak penting.
Dia tidak pernah datang untuk 'menjelajahi' reruntuhan, dia hanya datang 'berkunjung' untuk mengambil panen di reruntuhan ini.
Mempertimbangkan kekuatan Ladur saat itu, tindakan ku dalam mengalahkan robot dan menjelajahi ruang rahasia yang jelas berbahaya bagi Ladur seharusnya tidak perlu di lakukan sejak awal.
Karena itu untuk berikutnya aku harus lebih fokus mengeksplorasi reruntuhan dengan cara-cara dasar dan mempertimbangkan petunjuk yang mungkin mengarah pada hasil tapi tidak memilikinya banyak bahaya.
Untuk memulai, mari lakukan brainstroming.
Aku ingat di reruntuhan ini Ladur mendapatkan kekuatan yang terkait dengan system kekuatan 'dewa kematian', tapi anehnya hingga saat ini selain dari fenomena kota hantu hampir tidak ada hal lain yang terkait dengan element kematian.
Membuat ku semakin kesulitan mencari petunjuk berikutnya. Pasti ada sesuatu yang terlewat.
Semua yang berhubungan dengan necromancy harus coba kupikirkan sekali lagi, seperti fenomena kota hantu.
Aku sebelumnya memberi tahu Laura bahwa fenomena kota hantu mungkin terjadi karena kesalahan dalam sistem pertahanan kota yang menjebak jiwa orang yang meninggal untuk tetap di sini, namun jawaban ini masih belum pasti. Aku mengambil kesimpulan sementara ini untuk menjawab Laura hanya karena jawaban ini yang memiliki 'kemungkinan tertinggi' ketika fenomena seperti ini terjadi.
Karena itu mungkin aku harus terlebih dahulu memeriksa formasi pertahanan kota untuk mengkonfirmasi apakah kesimpulan dengan kemungkinan tertinggi ini memang benar.
"Laura, kamu sebelumnya sudah berkeliling di kota ini, kan? Pernahkah kamu melihat objek atau benda yang mencolok? Seperti patung, altar, air mancur atau yang serupa, pernah kah kau melihatnya?"
"Jika aku ingat, aku sepertinya- uh tidak, aku belum pernah melihat yang seperti itu."
Di tengah kalimat ketika Laura sedang memberikan jawaban, dia tiba-tiba berhenti seolah tidak mau menjawab, akankah dia memiliki ingatan buruk tentang itu? atau ada hal yang lain? Sepertinya aku harus memprovokasi sedikit.
"Ayo lah Laura, coba ingat sedikit lagi, kumohon!"
"Aku bilang tidak ada, ya tidak ada"
Eh dia marah? Kenapa dia tiba-tiba marah kepadaku? Apakah aku telah melakukan kesalahan tanpa kusadari hingga membuatnya marah?
"Bahkan jika ada, untuk alasan apa aku harus memberitahumu?!"
Sepertinya dia memang marah kepada ku, meski begitu setelah aku memeriksa ekspresinya sekali lagi, aku bisa tahu bahwa Laura tidak benar-benar marah kepada ku, dia tidak marah karena membenci tapi marah sebagai perwujudan kode untukku.
Kode yang sering di sebut sebagai 'kode wanita'.
Dalam situasi ini, dengan berpura-pura marah Laura ingin memberi tahu ku bahwa aku telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ku lakukan, sesuatu yang membuatnya marah, tentu 'sesuatu' itu harus kusadari sendiri jika aku meminta penjelasan Laura hanya akan menjadi lebih marah lagi, dan aku akan di cap seorang pria yang tidak peka.
Wanita memang benar-benar merepotkan, walaupun aku sebenarnya sudah tahu penyebab kemarahannya.
Kemungkinan besar karena aku tidak mengijinkan nya masuk ke dalam lubang di awal, dan karena ada musuh berbahaya (yang mungkin tidak dia percayai), membuat Laura tidak bisa masuk dan menjelajah ruang rahasia.
Tapi menurut pengalaman ku untuk memecahkan kode dari Laura alasan sebenarnya tidak terlalu penting, aku memiliki jalan pintas untuk meredakan kemarahannya.
Pertama bangun suasana dan ekspresi terlebih dahulu.
"Laura aku salah...aku.. benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud bersikap seperti itu kepadamu, aku tidak punya pilihan lain..."
Laura masih mengabaikan ku, tapi itu tidak akan bertahan lama.
"... Aku hanya tanpa sengaja menyadari sesuatu Laura! Mungkin aku ... mungkin aku jatuh cinta padamu!"
"Haaah ??? !!"
Dengan satu kalimat pendek sikap acuh-tak-acuh Laura langsung pecah, bahkan aku bisa melihat wajahnya yang sedikit memerah karena pernyataan cintaku yang begitu tiba-tiba.
Seolah dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya padaku, Laura mencoba menunjukkan poker face, namun setiap kali aku mencoba mendekati nya, tanpa sadar Laura akan melangkah mundur.
"Tolong berhenti Sedhulur"
Ketika punggungnya mencapai dinding, aku bisa melihat rona merah di wajah Laura dengan jelas, matanya berkedip-kedip lebih sering dan dia melihat sekeliling tanpa alasan yang jelas.
"Apa yang akan kamu lakukan Sedhulur, Berhenti! Coba kau rasakan sekali lagi, perasaanmu kepada ku pasti bukan cinta, pasti sesuatu yang lain mungkin ... emm ... seperti efek jembatan yang bergoyang!?"
Pikiran Laura semakin bingung, apanya efek dari jembatan yang bergoyang? Meskipun mirip metafora yang ia gunakan dalam situasi ini kurang cocok..
"Tidak, aku sangat yakin ketika berada di dekatmu hatiku berdebar dan bahkan saat ini pun aku bisa merasakannya"
Aku tidak berbohong jika tidak berdebar berarti aku sudah mati.
"Aku ingin mengistirahatkannya sebentar tapi kamu terus mengikutiku, membuatku tidak bisa tenang"
Sulit untuk terus diikuti oleh wanita yang banyak bicara, bahkan sekarang saya benar-benar ingin beristirahat di tempat yang lebih tenang.
"Aku tidak mengizinkanmu turun ke ruang rahasia karena aku tidak ingin kamu terluka, jika kamu terluka aku pasti akan ... aku pasti akan ..."
Latihan aktingku di masa lalu tidak akan sia-sia, entah bagaimana mataku memerah seolah akan menangis.
"Tapi aku tidak bisa menjaga perasaanku, waktuku di dunia ini tidak lama, aku harus kembali ke tempat asalku, aku tidak ingin kamu merasakan sakit yang sama seperti yang kurasakan ketika kami berpisah nanti, maafkan aku karena telah begitu Egois Laura, dan tolong berhentilah mengacuhkan ku"
Aku pikir akting ku cukup baik, tetapi yang tida ku duga aku melihat Laura mengangkat telapak tangannya, berniat melakukan 'perfect headshot' ke pipi kiriku.