Yang tadi sedikit buruk, Alan merasa kata-kata yang ia katakan sama sekali tidak terdengar seperti orang yang membalas dendam karena di bunuh. Tetapi malah seperti gadis yandere yang sedang menemui pacarnya.
Mungkin karena terburu-buru, Alan tidak bisa menciptakan dialog skenario dengan benar.
Untungnya semua bisa berjalan dengan lancar, bahkan efek sihir 'fear hallucination' juga berhasil di picu. Alan hanya mencoba berjudi tentang kemungkinan terpicunya keberhasilan sihir ini.
Sebelumnya tepat sebelum penyerangan Alan teringat rumor di garis waktu sebelumnya yang mengatakan bahwa sebagian besar anggota inti grup bintang jatuh takut dengan hantu, meski terdengar seperti omong kosong, tapi sebenarnya Alan memiliki harapan yang tinggi pada kebenaran rumor itu, karena Alan sendiri tahu sumber asli rumor ini tidak lain adalah Ladur.
Saat membalas dendam, dikarenakan wajar Ladur yang begitu mirip dengan kakak laki-lakinya, serta sistem kekuatan ekstrem yang Ladur lakukan membuat warna kulitnya berubah pucat dan kering seperti mayat.
Awalnya Ladur tidak bermaksud berakting menjadi kakak laki-lakinya, ia berkata saat itu ia hanya mengikuti arus, sejak awal anggota bintang jatuh sendiri yang salah menyangka bahwa Ladur adalah hantu kakaknya yang bangkit dari kematian. Berkat itu juga balas dendam menjadi sedikit lebih lancar.
Alan merasa rumor ini sedikit lucu, bagaimana bisa pembunuh brutal seperti mereka takut dengan hantu? Bahkan Alan sulit mempercayainya. Hanya hari ini ia bisa yakin bahwa rumor itu benar-benar nyata.
Membersihkan pikirannya Alan memutuskan untuk lanjut masuk ke dalam rumah kastil sebelum orang-orang di dalam menyadari ada yang janggal dengan situasi di luar.
Tapi sebelum itu Alan berniat melakukan sedikit persiapan terlebih dahulu, ia melempar pedang yang berlumur darah yang baru saja ia gunakan dan mengambil pedang satunya yang masih bersih.
Alan memukul-mukul pedang itu ke arah batu untuk membuat pedang terlihat seperti baru saja melalui sebuah pertarungan kecil, mungkin tidak akan terlalu mirip tapi jika seseorang hanya melihatnya sekilas dia akan tertipu, dan itu sudah cukup bagi Alan.
Alan sekali lagi menggunakan sihir imitasi untuk mengubah penampilannya untuk menjadi mirip seperti salah satu mayat di tanah.
Setelah persiapan kecil ini selesai, Alan mulai kembali berjalan ke arah rumah kastil. Namun ketika semakin dekat dengan rumah kastil ia mengubah ritme berjalannya seperti orang yang sedang lari terburu-buru.
"Tolong, ada penyusup" teriak Alan.
Dari dalam, 2 orang laki-laki berlari mendekat ke arah Alan menanggapi teriakan minta tolong Alan.
"Di mana penyusupnya? Ada berapa orang?"
"Di sana, mereka sedang bertarung, cepat!"
Meski Alan berkata begitu, saat 2 orang lelaki itu masuk dalam jangkauan serangannya, Alan langsung melakukan serangan tiba-tiba, dengan di kombinasikan dengan teknik pedang yang telah ia poles selama 27 tahun, Alan berhasil melumpuhkan 2 orang-laki-laki itu tanpa banyak kesulitan.
Menggunakan sihir ilusi yang ia miliki, Alan terus menggunakan berbagai macam trik untuk melakukan pembantaian.
Sebagai Dungeon master ia tidak takut kehabisan mana.
******************
Di kantor utama markas bintang jatuh.
Seorang lelaki dengan wajah masam terlihat sedang duduk sendirian di ruangan itu.
Lelaki itu adalah Mbeler, ketua kelompok arkeolog bintang jatuh, sekaligus orang terkuat dalam kelompok itu. Dia sudah melewati periode tempering 1 kali dan menjadi kesatria tingkat 1 dalam 1 bulan.
Ksatria tingkat 1 dalam 1 bulan, itu adalah prestasi yang selalu Mbeler banggakan, selain para prajurit ia belum menemui orang yang lebih kuat darinya membuatnya.
Meski tahu begitu banyak prajurit lebih kuat dari dirinya tidak membuat Mbeler berkecil hati, bahkan ia berpikir fakta ini masuk akal, lagi pula ia baru menjadi Ksatria 1 bulan ini, jika dirinya sudah masuk dalam dunia makhluk super ini cukup lama, Ia pasti akan jauh-jauh lebih kuat dari para prajurit itu.
Itu adalah kegeniusan seorang Mbeler.
Karena itu saat mendengar tentang penyusup yang datang menyerang ia tidak terlalu peduli, toh meski ia tidak turun tangan bawahannya akan bisa mengurus mereka seperti biasanya.
Meski sedikit lebih ribut dari penyusupan biasanya, ia hanya memberikan perintah kepada asistennya untuk memeriksa situasi di luar dengan dua kondisi, jika musuhnya ada banyak atau terlalu kuat, segera kembali dan laporkan, dan jika musuhnya sedikit atau tidak terlalu kuat, usahakan untuk bereskan dengan cepat.
Setelah perintah itu di berikan, Mbeler kembali sibuk dengan dokumen-dokumen di kantornya.
Tapi setelah 2 jam sudah berlalu, asistennya masih belum kembali meskipun suara pertarungan sudah berhenti.
Mbeler pada akhirnya kehilangan kesabaran dan memutuskan untuk memeriksanya sendiri.
Berdiri dari kursinya dan berjalan ke luar ruangan.
Di lantai bawah segera dikejutkan dengan pemandangan mayat rekan-rekannya yang berserakan di mana-mana, darah mewarnai lantai dengan warna merah yang menjijikkan.
Di antara mayat itu Mbeler melihat lelaki berkulit pucat berdiri seperti patung.
Lelaki itu menatapnya sambil memberikan senyum aneh yang begitu lebar.
Vampir? Adalah hal yang pertama masuk dalam pikirannya, tapi setelah melihat metode brutal yang lelaki itu lakukan, Mbeler langsung menepis pikiran itu.
Saat vampir bertarung dengan ras lain, mereka pasti akan menghisap darah untuk memberikan buff pada semua keterampilan milik mereka, kemudian mereka meninggalkan mayat kering sambil bersiap melakukan pertarungan lainnya.
Mereka cenderung menyerang dengan cakar tajam yang merupakan senjata alami ras vampir.
Tapi melihat mayat di bawah kebanyakan dari mereka terlihat seperti terbunuh oleh benda tajam seperti pedang, pisau atau sejenisnya.
"Siapa kau?! kenapa kau membunuh rekan-rekanku?" sambil mengambil inisiatif untuk berkomunikasi, Mbeler menarik pedang dari pinggangnya, mencoba bersikap waspada, lagi pula orang yang mampu membunuh puluhan bawahannya tidak boleh dia anggap remeh.
Setelah beberapa keheningan singkat akhirnya pria berkulit pucat menjawab.
"Apakah kau juga melupakanku?"
Saat mendengar kalimat itu Mbeler langsung mengencangkan genggaman tangannya pada pedang.
Bukan kaimatnya yang membuatnya waspada tapi arah suaranya, entah bagaimana Mbeler mendengar suara itu seperti datang dari samping telinganya baik kiri maupun kanan, itu aneh.
Mbeler 100% yakin ada sihir di sini, ia bisa memikirkan beberapa trik yang mirip.
Hanya saja masalahnya ada sihir yang tidak bisa mengerti, saat berbicara bibir pria berkulit pucat itu sama sekali tidak bergerak.
"Tidak, sepertinya aku mengenalmu, kau adalah salah satu orang yang mati karena kelompok bintang jatuh milikku kan?"
Mbeler sebenarnya tidak benar-benar mengenal pria pucat ini, dia hanya membuat tebakan berdasarkan situasi untuk mengalihkan perhatian.
Ia tahu sebagian besar bawahannya itu penakut, jadi mungkin seseorang menggunakan kelemahan ini untuk balas dendam.
"Kau mengenalku, senangnya, tapi apakah kau tahu, di bawah tanah sana terasa begitu gelap, pengap, dan sepi, karena itu aku ingin seseorang menemaniku di bawah sana, apakah kau ingin menemaniku? Hi .. hi hi hi hi"
Pada saat kalimat itu berakhir, Mbeler merasakan sebuah mantra sihir diarahkan kepadanya, kenyataan terasa berubah dan kemudian untuk alasan tertentu langsung terpecah kembali seperti semula.
Mbeler tahu ada sesuatu yang baru saja terjadi, sebagai seorang ksatria ia memiliki kesadaran yang tinggi, meski begitu ia tidak bisa mengidentifikasi apa yang baru saja terjadi, kepalanya telah di penuhi pikiran tentang sihir sebelumnya.
Ia cukup kacau, membiarkan musuh dalam pertarungan trik ini, ini bukan hal yang baik, apalagi ia sekarang sedang menghadapi seorang penyihir.
Mbeler memutuskan untuk melakukan serangan langsung, dengan kecepatan lari tercepatnya, ia mencoba menyerang sosok pria berkulit pucat.