"Dae Hyun, tolong aku!" teriak Soo Yin dari dalam toilet sembari berusaha keras untuk melepas bajunya hingga membuatnya sesak namun tidak juga terlepas.
Dae Hyun yang mendengar teriakan gadis itu membuatnya khawatir. Langsung mendorong pintu toilet yang sudah tidak terkunci.
"Ada apa?" tanya Dae Hyun dengan panik.
"Aku tidak bisa melepas bajuku," ujar Soo Yin yang sudah ingin menangis. Tanpa malu lagi kini menghadap suaminya.
'Kau selalu saja membuatku tidak tahan,' ~ batin Dae Hyun seraya memijat pelipisnya. Menghirup napas dalam-dalam dari hidung. Mengeluarkannya dari mulut.
"Tapi aku takut tidak bisa menahannya," ujar Dae Hyun dengan senyum nakal.
"Lalu bagaimana?" ujar Soo Yin dengan putus asa. Tidak habis pikir jika baju sialan ini sangat susah di lepas. Saat memakainya tadi pagi memang sedikit sulit tapi tetap memaksanya hingga akhirnya berhasil.
Dae Hyun menghela napas panjang. Merasa kasihan melihat wajahnya yang sudah pucat. Segera menghampiri Soo Yin kemudian merobek bajunya dengan paksa. Untung bahannya tipis sehingga mudah untuk melakukannya.
Kini terlihat bra yang menutupi gundukan indah yang sudah lama diinginkannya. Dae Hyun hanya bisa meneguk salivanya sehingga memilih memalingkan pandangannya ke arah lain. Namun pemandangan yang ada di depannya sungguh membuatnya tidak tahan.
Dae Hyun mengangkat tubuh Soo Yin. Membawanya ke luar kemudian meletakkannya di atas ranjang. Rok mini yang dipakai oleh Soo Yin tersingkap naik ke atas. Hingga terlihat celana dalam berwarna merah yang senada dengan bra nya.
"Apa yang akan kau lakukan?", Soo Yin membelalakan mata. Berusaha untuk bangkit namun Dae Hyun memandangnya dengan tatapan berkabut dan putus asa.
"Sayang, aku sungguh tidak tahan," ujar Dae Hyun sembari berbisik di telinga istrinya. Membuat perasaan aneh yang dirasakan saat itu kini terulang kembali.
Dae Hyun menindih tubuh Soo Yin. Baru saja gadis itu membuka mulutnya hendak berbicara, Dae Hyun sudah membungkam bibirnya. Melumatnya dengan penuh hasrat yang sudah berada di ujung kepala.
Semalam tidak melakukan apapun meski Aeri sudah menggodanya.
Soo Yin merasa kasihan sehingga mulai membalas ciumannya. Sudah lama dirinya mengulur, bukan tidak mau melakukannya tapi dirinya belum siap. Menurut orang-orang saat pertama melakukan hubungan intim itu sangat menyakitkan. Seperti tersayat oleh pisau yang sangat tajam. Membuatnya bergidik ngeri membayangkannya. Mesti belum tahu kebenarannya.
Dae Hyun mencium leher hingga tulang selangka istrinya hingga meninggalkan tanda kepemilikan yang berwarna merah. Tangannya memainkan benda kenyal yang terdapat di dada Soo Yin. Membuat gadis itu menggelinjang tidak tahan meski sudah berusaha untuk menahannya.
Soo Yin menahan suaranya agar tidak mengeluarkan desahan saat Dae Hyun menghisap benda kecil berwarna merah.
"Sayang, apa kau juga menginginkannya?" Dae Hyun tahu gadis itu juga merasakan hal yang sama.
"Tolong hentikan," ujar Soo Yin lirih dengan pandangan memohon.
"Bukankah kau juga menginginkannya?" ujar Dae Hyun sembari terus memasukkan telinga gadis itu ke dalam mulutnya.
"Aku ingin bulan madu. Aku tidak ingin melakukannya di sini," ujar Soo Yin tanpa pikir panjang lagi.
Dae Hyun menghentikan aksinya.
"Kau janji jika kita bulan madu kau akan melakukannya?" Dae Hyun hanya memastikan ucapannya tidak untuk alasan saja.
"Aku janji." Soo Yin duduk sembari mendorong tubuh suaminya. Nafasnya tersengal.
"Baiklah, jika kau menghindarinya aku akan tetap memaksamu," ancam Dae Hyun.
"Iya, iya. Kau sangat khawatir sekali." Soo Yin segera memasang kembali bra nya. Memakai baju yang ada di dalam paper bag dengan cepat.
Dae Hyun segera masuk ke dalam toilet. Sering kali menahan hasrat membuat kepalanya pusing dan merasa sangat frustrasi. Tapi tetap harus bersabar, tidak ingin memaksa Soo Yin sampai benar-benar bersedia untuk melakukannya.
Soo Yin merasa lega karena saat ini bisa menghindar lagi. Dirinya belum sanggup merasakan sakit dan perihnya. Menurut buku yang pernah dibacanya. Akan mengeluarkan darah sedikit namun itu terasa sangat sakit.
Setelah mengganti pakaiannya dengan yang lebih sopan. Soo Yin merapikan make upnya, kembali ke riasan wajahnya yang natural dan tidak berlebihan. Segera ke luar yang langsung diikuti oleh Dae Hyun di belakangnya.
"Asisten Chang?" Soo Yin terkejut karena ada Asisten Chang tengah duduk di sofa.
'Semoga saja tidak mendengarkan saat kami berada di dalam,' ~ batin Soo Yin.
"Selamat pagi, Nona," sapa Chang Yuan sembari berdiri. Membungkukkan tubuhnya dengan sopan.
"Chang Yuan segera persiapkan untuk aku pergi liburan ke tempat yang sangat romantis dan terpencil. Aku akan pergi bulan madu dengan istriku," ujar Dae Hyun yang berdiri tepat di belakang Soo Yin.
"Apa maksudmu?" tanya Soo Yin. Saat mengatakannya tadi Soo Yin masih di bawah kesadaran sehingga belum mengingatnya.
"Bukankah kau bilang kita akan bulan madu?" ujar Dae Hyun dengan terus terang.
"Asisten Chang, tolong jangan dengarkan dia!" Soo Yin merasa malu karena Dae Hyun berterus terang di depan orang lain.
Chang Yuan tidak tahu harus berkata apa. Lebih baik diam saja sembari menganggukan kepalanya.
"Aku tidak sanggup lagi untuk menah ...." Soo Yin membungkan mulut Dae Hyun agar tidak melanjutkan ucapannya.
"Lebih baik aku ke ruang rapat terlebih dahulu." Chang Yuan segera pergi meninggalkan ruangan.
"Apa kau tidak malu mengatakannya di depan orang lain? bagaimana jika mereka mengadu pada istrimu?" ujar Soo Yin dengan kesal.
"Tidak perlu khawatir, Chang Yuan sudah tahu semuanya tentang kita Dia bukan orang lain," ujar Dae Hyun dengan santai.
"Sudahlah,percuma saja berbicara denganmu," tukas Soo Yin dengan kesal. Segera kembali ke mejanya. Mempersiapkan berkas dan catatan yang akan dibawanya ke ruang rapat. Meski hanya untuk formalitas saja. Ada Chang Yuan yang akan melakukan semua pekerjaannya.
Ada enam orang saat itu yang mengikuti rapat membahas investasi. Ada Peter Anderson dan anak buahnya serta Dae Hyun, Chang Yuan dan Soo Yin.
Selama pertemuan Soo Yin hanya diam saja. Sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Pura-pura menyimak dengan tangan bolpoint di tangannya. Membuatnya sangat jenuh ingin pergi.
Dae Hyun hanya melirik sekilas Soo Yin yang duduk di sampingnya.
Setelah menandatangani kontrak perjanjian dan beberapa berkas yang diperlukan akhirnya rapat selesai juga.
"Terima kasih, semoga kerja sama kita terjalin dengan baik," ujar Peter Anderson dengan senyuman mengembang di wajahnya. Tangannya menjabat tangan Dae Hyun sebagai bukti kesepakatan.
"Sama-sama Mr. Peter, saya juga berharap semuanya berjalan lancar," balas Dae Hyun.
"Soo Yin, terima kasih juga selama di Korea sudah menemani kami," ujar Peter Anderson.
"Tidak masalah, saya senang melakukannya," balas Soo Yin sembari tersenyum.
Dikarenakan Dae Hyun saat menjemput tidak bisa sehingga saat pulang, Dae Hyun mengantarkan Peter Anderson sampai bandara.