Ini adalah hari pertama Soo Yin bekerja sebagai sekretaris. Membuatnya menjadi deg-degan. Terlebih lagi hari ini ditugaskan untuk menjemput Mr. Peter Anderson bersama Chang Yuan serta Hae Kang ke bandara. Dikarenakan Dae Hyun harus mengerjakan yang lain sehingga tidak bisa ikut.
Mr. Peter Anderson merupakan seorang pengusaha berkebangsaan Inggris. Namun sudah sering kali melupakan perjalanan ke Korea. Saat muda juga pernah tinggal beberapa tahun. Untuk kunjungannya kali ini berencana akan melakukan investasi di The Silla Seoul Hotel.
Menjemputnya di bandara adalah salah satu cara agar rombongan Mr. Peter memiliki kesan yang baik dan merasa diperhatikan. Karena begitu banyak hotel di Seoul yang ingin bekerja sama dengan Mr. Peter Anderson. Tidak heran mereka harus bekerja keras untuk memenangkan persaingan.
"Nona, kelihatannya anda gugup," ujar Chang Yuan yang sedari tadi melihat Soo Yin melalui kaca. Mereka saat ini dalam perjalanan menuju bandara.
"Hmmm, sedikit. Aku hanya kurang bisa berbahasa Inggris. Aku takut mengacaukan semuanya," ujar Soo Yin dengan jujur sembari menoleh ke samping untuk melihat jalan yang di lewat.
Soo Yin seperti melihat Aeri tengah turun dari mobil sambil menggandeng seorang pria. Menoleh ke belakang untuk memastikan itu Aeri atau bukan namun mereka sudah tidak terlihat lagi.
'Tidak mungkin itu Aeri,' ~ batin Soo Yin karena Dae Hyun mengatakan kalau Aeri baru kembali kemungkinan dua atau tiga hari lagi ke Korea. Tapi Soo Yin sangat penasaran dengan seseorang yang bersama dengan Aeri. Seperti tidak asing meskipun hanya tampak dari belakang.
"Nona, apa ada sesuatu?" tanya Chang Yuan. Melihat Soo Yin yang bolak balik menoleh ke belakang.
"Ah, tidak. Aku hanya seperti melihat seseorang yang kukenal namun mungkin hanya perasaanku," ujar Soo Yin seraya duduk kembali dengan tenang.
"Apa yang harus aku lakukan saat bertemu dengan Mr. Peter?" tanya Soo Yin.
"Tenanglah, nanti biarkan Tuan Hae Kang yang mengurusnya. Nona hanya perlu tersenyum agar memberi kesan yang baik," ujar Chang Yuan.
"Hmmm, Baiklah."
Butuh waktu perjalanan sekitar 45 menit untuk sampai di Bandara Internasional Incheon. Sebuah bandara yang terletak di barat pusat kota Incheon (48 km barat dari kota Seoul) yang berdiri di lahan buatan antara pulau Yeongjong dan Yongyu yang sudah direklamasi. Memiliki arsitektur yang modern dan sangat mengagumkan. Sebuah bandara yang dinobatkan sebagai bandara paling bersih dan terbaik di dunia.
Soo Yin dan Chang Yuan segera bergabung dengan Hae Kang yang sudah sampai terlebih dahulu. Mereka menjemput Mr. Peter Anderson melaui terminal dua. Berdasarkan informasi akan sampai sepuluh menit lagi sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama.
"Kita harus memberikan kesan yang baik," ujar Hae Kang kepada semua orang yang ikut serta dalam menyambut Mr. Peter di bandara.
"Iya, Tuan," jawab semua anggota bersama dengan pengawal.
Tak selang beberapa lama akhirnya Peter Anderson sudah tiba beserta dengan rombongannya yang berjumlah lima orang.
"Selamat datang di Korea, Mr. Peter. Saya Hae Kang, perwakilan dari The Silla Seoul Hotel." Hae Kang menyapa menggunakan bahasa Inggris sembari membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat.
"Teriak kasih, Tuan Hae Kang. Terima kasih sudah repot menjemput kami," ujar Mr. Peter sembari mengembangkan senyum.
"Tidak masalah sama sekali, Mr. Peter. Maaf Tuan Dae Hyun tidak bisa menjemput anda secara langsung," ucap Hae Kang.
"Aku mengerti dia memang selalu sibuk. Aku ingin salah satu dari kalian pergi bersamaku," pinta Mr. Peter Anderson sembari menatap Soo Yin.
Soo Yin terkejut ketika semua orang memandangnya. Memang hanya dirinya satu-satunya seorang wanita di antara mereka. Firasatnya mengatakan kalau dirinya harus ikut satu mobil dengan Mr. Peter.
"Biarkan saya yang ikut bersama dengan anda," ujar Soo Yin.
Soo Yin segera mengikuti langkah kaki Mr. Peter, ikut masuk ke dalam mobil yang ditumpanginya. Sedangkan anak buahnya sebagian bersama dengan Hae Kang dan Chang Yuan.
Suasana di dalam mobil begitu hening karena Soo Yin tidak tahu harus berbicara apa. Tidak pernah terbiasa mengobrol dengan orang yang baru dikenalnya.
"Apa kau sekretaris Dae Hyun?" tanya Peter Anderson.
"Iya," ujar Soo Yin singkat sembari menganggukan kepalanya.
"Kau masih terlihat sangat muda," puji Peter Anderson sembari memandang Soo Yin. Saat melihatnya untuk pertama kali di bandara, Peter merasa kalau gadis itu sangat mirip dengan seseorang yang sangat dikenalnya.
Soo Yin hanya membalas dengan anggukan dan senyuman. Merasa sedikit risih saat pria berusia 55 tahun itu menatapnya. Peter Anderson jauh terlihat lebih muda dari usianya meski rambutnya sudah banyak yang berwarna putih. Dengan kerutan wajah yang juga sudah terlihat. Orang kebanyakan mengira dia masih berusia 45 tahun.
Soo Yin bisa bernapas lega karena tidak lama kemudian mereka sudah memasuki parkiran hotel. Segera membawa Peter Anderson ke ruangan Dae Hyun.
"Selamat datang kembali di Korea, Mr. Peter," sapa Dae Hyun dengan ramah seraya menyalaminya.
"Senang bertemu denganmu lagi." Peter membalas jabat tangan Dae Hyun.
Dae Hyun mempersilahkan Peter Anderson untuk duduk di ruang kerjanya. Karena baru saja tiba, tidak mungkin membicarakan masalah pekerjaan. Sedangkan Soo Yin hanya berdiri di samping Dae Hyun yang tengah duduk, takut kalau mereka mungkin membutuhkan sesuatu.
"Bagaimana perjalanannya, Mr. Peter? ku harap menyenangkan," tukas Dae Hyun sembari menuangkan minuman ke dalam gelas menyodorkannya pada Peter.
"Ya, sangat menyenangkan. Semua itu berkat Nona Soo Yin," ujar Peter Anderson sembari memandang Soo Yin kemudian meneguk minumannya.
Soo Yin hanya tersenyum padahal dirinya tidak melakukan apapun. Bahkan mengobrolpun hanya sebentar karena dirinya tidak fasih berbahasa Inggris. Namun sangat beruntung karena Peter Anderson bisa mengerti bahasa Korea walaupun sedikit.
"Terima kasih, Sa ... Soo Yin," ujar Dae Hyun sembari menatap istrinya. Hampir saja keceplosan memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Maaf, saya permisi sebentar," pamit Soo Yin segera pergi meninggalkan ruangan Dae Hyun. Dirinya butuh istirahat. Toh ada Asisten Chang Yuan dan yang lain.
"Dae Hyun, mungkin aku akan berada di Korea untuk beberapa hari ke depan. Bisakah Nona Soo Yin menemaniku pergi jalan-jalan selama aku berada di sini?" ujar Peter Anderson sembari meletakkan gelas di atas meja.
"Hah?" Dae Hyun membelalakan mata mendengar penuturan Peter Anderson. Mempunyai firasat buruk tentang itu.
"Bolehkan? aku yakin kau tidak akan keberatan," ucap Peter Anderson sembari menyunggingkan senyuman.
"Bagaimana kalau menggunakan Tour Guide saja? kami akan mencarikan seorang gadis yang jauh lebih muda untuk anda." Dae Hyun berusaha memberi penawaran yang lain. Tidak ingin Soo Yin bersama dengan pria tua seperti dirinya.
"Maaf, aku tidak tertarik. Aku lebih tertarik dengan sekretarismu," ucap Peter Anderson.
"Baiklah, nanti aku akan membicarakannya dengan Soo Yin." Dae Hyun menghela napas panjang. Hanya bisa pasrah. Tidak mungkin menolak keinginan Peter Anderson karena hotelnya membutuhkan investor besar. Mereka akan segera membangun kembali tempat salon kecantikan dan spa yang lebih modern untuk menarik pengunjung.
Setelah mengobrol cukup lama, Dae Hyun mengantar Peter Anderson ke sebuah kamar hotel dengan tipe presidential suite. Salah satu tipe kamar terbaik.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Soo Yin merasa haus sehingga langsung pergi ke pantry. Tidak hanya itu, dia juga ingin bertemu dengan Jean dan Jae-hwa. Tidak enak bila tiba-tiba menghilang padahal mereka masih dalam satu tempat kerja yang sama.
Soo Yin mengambil sebotol minuman dingin rasa jeruk, meneguknya hingga habis. Melirik jam dinding yang sudah waktunya istirahat makan siang sehingga Soo Yin duduk di sebuah kursi sambil menunggu mereka.
"Soo Yin!" panggil Jean. Hendak memeluk tubuh sahabatnya namun tidak yakin kalau itu adalah Soo Yin.
"Hai, Jean. Aku sangat merindukanmu." Soo Yin bangkit dari duduknya kemudian memeluk tubuh Jean.
"Aku kira tadi salah lihat." Jean membalas pelukan sahabatnya.
"Selamat atas pekerjaan barumu. Kami dengar kalau kalian baru saja pulang dari Jepang. Pasti sangat menyenangkan bisa kesana," ucap Jean dengan senyum merekah.
"Hah?" Soo Yin terkejut saat mendengarkan pernyataan Jean.
"Kau pasti menikmati bunga sakura yang tengah bermekaran. Andaikan kau datang bersama Jae-hwa pasti itu sangatlah menyenangkan dan romantis," ujar Jean dengan mata berbinar-binar.
'Ya ampun, apa maksudnya? aku tidak mengerti apa yang dikatakannya," ~ batin Soo Yin. Bagaimana mungkin mereka mengira kalau dia pergi ke Jepang dan menikmati bunga sakura. Dia bahkan tidak kemana-mana sama sekali karena Dae Hyun melarangnya.
"Soo Yin, kau kenapa diam saja?" Jean mengguncang tubuh Soo Yin yang tengah melamun.
"Eh, ya tentu saja sangat indah," ujar Soo Yin tersenyum hampa sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pasti Asisten Chang yang mengatakan kalau mereka pergi ke Jepang.
"Soo Yin, kau sudah kembali?" tanya Jae-hwa yang baru saja masuk ke pantry.
"Hai, Jae-hwa? lama kita tidak berjumpa," ucap Soo Yin.
"Hmmm, aku punya sesuatu untukmu." Jae-hwa pergi sebentar mengambil sesuatu di lacinya. Dia kembali sembari meletakkan sebelah tangannya di punggungnya.
"Ini untukmu? aku membelinya tadi pagi sebagai ucapan selamat karena mendengar hari ini kau kembali." Jae-hwa menyodorkan satu buket bunga mawar putih pada Soo Yin.
"Selamat untuk apa?" tanya Soo Yin sembari mengulurkan tangan untuk menerima bunga tersebut. Mencium aromanya yang begitu wangi semerbak menerpa hidungnya.
"Selamat karena kau telah memiliki pekerjaan yang baru," ujar Jae-hwa dengan tersenyum bahagia.
"Terima kasih, Jae-hwa. Kau sangat baik kepadaku," ucap Soo Yin begitu terharu. Ternyata di dunia ini masih banyak orang yang peduli padanya.
"Hmmm. Ayo kita makan siang, aku sangat lapar," ajak Jean.
Baru saja hendak berdiri, namun ponsel Soo Yin bergetar. Ternyata Dae Hyun yang menghubunginya agar segera kembali ke ruangannya. Padahal Soo Yin sangat ingin makan siang bersama Jean dan Jae-hwa. Tapi tidak mungkin membantah permintaan Dae Hyun, barangkali pria itu saat ini membutuhkan bantuan.
"Maaf, lain kali saja kita makan siang bersama lagi," ujar Soo Yin dengan raut wajah sedih.
"Tidak masalah, kami tahu saat ini kau sangat sibuk," ucap Jean.
"Soo Yin, semangat!" timpal Jae-hwa.
"Terima kasih, kalian memang yang terbaik," ujar Soo Yin kemudian bergegas untuk pergi.
*
*
*
Hai Readers jangan lupa beri dukungan untuk cerita ini dengan cara kasih Review dan Power Stones...
Terima kasih semuanya....