Villa Pyeongchang-dong
Begitu sampai villa, Soo Yin langsung membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Ingatan bagaimana Lee Joung Youn menyentuh tubuhnya dengan paksa, membuat gadis itu merasa jijik. Untuk menghilangkan itu semua Soo Yin berendam di dalam bath up dengan memakai sabun aroma therapy sehingga membuatnya lebih rileks.
Di luar, Dokter Kang tengah sibuk membersihkan luka Dae Hyun menggunakan alkohol agar tidak terjadi iritasi.
Sesekali Soo Yin dapat mendengar Dae Hyun yang berteriak kesakitan. Segera menyelesaikan mandinya dengan mengguyur tubuhnya menggunakan shower. Kemudian mengganti baju dan mengeringkan rambutnya.
Dengan terburu-buru Soo Yin ke luar dari kamar mandi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Soo Yin segera duduk di samping Dae Hyun yang tengah berbaring di ranjang. Melirik tubuhnya yang saat ini bertelanjang dada. Mengamati wajah pria itu yang penuh dengan keringat akibat menahan rasa sakit. Dia juga merasa ngeri saat melihat luka itu yang ternyata cukup dalam. Pantas saja lengannya terus mengeluarkan darah lumayan banyak.
Wajah Dae Hyun mengalami memar di beberapa bagian. Kelopak matanya juga menghitam terkena pukulan. Hidungnya juga tadi mengeluarkan darah tapi sudah mengering. Sudut bibirnya juga terluka.
"Arghh!" teriak Dae Hyun menahan rasa nyeri saat Dokter Kang menjahit lengannya.
Soo Yin memegang lengan Dae Hyun. Mengusapnya dengan lembut. Tidak tega melihatnya yang terus mengerang kesakitan.
"Dokter Kang, apa yang terjadi? apa kau lupa memberinya obat bius?" tanya Soo Yin pada Dokter Kang.
"Ini agar lukanya cepat kering sehingga aku hanya memberinya obat bius dengan dosis rendah," jawab Dokter Kang sembari terus menjahit lengan Dae Hyun.
"Maaf, gara-gara diriku kau jadi terluka seperti ini." Soo Yin menundukkan kepalanya, merasa sangat sedih. Seandainya dirinya berhati-hati dan tidak begitu saja mempercayai orang yang baru dikenalnya, semuanya tidak akan terjadi.
"Sssttt, itu bukan salahmu. Seharusnya aku yang meminta maaf. Seandainya aku tidak memaksamu ke pesta, pasti ini semua tidak akan terjadi." Dae Hyun menggenggam tangan Soo Yin dengan lembut agar gadis itu tidak merasa cemas lagi.
"Tidak perlu khawatir, Dae Hyun jauh lebih kuat dari yang kau kira," tukas Dokter Kang yang sudah selesai melaksanakan tugasnya.
"Aku pergi dulu karena sudah larut malam," pamit Dokter Kang sembari melihat jam tangannya yang sudah pukul dua dini hari. Kalau bukan Dae Hyun yang terluka, dirinya tidak akan datang kalau sudah selarut ini.
"Terima kasih, Dokter Kang," ucap Soo Yin mengantarkannya sampai depan pintu kamar.
Bibi Xia masuk sambil membawa air hangat untuk membersihkan luka memar yang terdapat di wajah Dae Hyun. Baru saja hendak membersihkan lukanya Soo Yin mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
"Bibi, biar aku saja. Lebih baik Bibi istirahat karena ini sudah larut malam," ujar Soo Yin sambil tersenyum.
Bibi Xia hanya menganggukan kepalanya. Ada perasaan bingung karena Soo Yin bersikap tidak seperti biasanya. Namun dia sangat bahagia akan hal itu. Bibi Xia memilih segera pergi meninggalkan ruangan, tidak ingin mengganggu mereka. Hanya bisa berharap agar Soo Yin sudah berubah dan mau menerima Dae Hyun.
Soo Yin mulai membersihkan wajah Dae Hyun pelan-pelan. Membersihkan noda darah yang sudah mengering di sudut bibirnya.
Dae Hyun terus menatap bola mata indah milik Soo Yin. Sungguh semakin terpesona olehnya. Dirinya saat ini sungguh merasa bahagia karena gadis itu peduli padanya. Sangat berharap kalau Soo Yin akan terus seperti ini.
Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat. Wajah Soo Yin memerah menahan malu.
"Aku sangat bahagia karena kau berada di sampingku saat ini," ujar Dae Hyun dengan jujur. Mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Soo Yin dengan lembut. Mengusapnya dengan jemari.
Soo Yin hanya terdiam sambil memandang Dae Hyun. Tangannya masih berada di wajah pria itu.
"Arghh." Dae Hyun merasakan lukanya nyeri karena Soo Yin terlalu kuat menekannya.
"Ah, maaf. Aku sungguh tidak sengaja," ujar Soo Yin dengan panik takut semakin melukai wajahnya.
"Aku baik-baik saja," ujar Dae Hyun sembari tersenyum.
"Hari sudah semakin larut, sebaiknya kau istirahat." Soo Yin meletakkan baskom yang berisi air hangat, menaruhnya di atas meja. Ia hendak turun dari ranjang namun Dae Hyun memegang pergelangan tangannya.
"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Soo Yin sambil mengerutkan keningnya.
"Bisakah kau mengambilkan pakaian untukku?" ujar Dae Hyun.
"Baiklah." Soo Yin lupa kalau ternyata Dae Hyun masih bertelanjang dada.
Soo Yin mengambilkan kemeja pendek yang sedikit longgar agar lengannya bisa dengan mudah masuk. Karena lengan sebelah kanannya di perban. Dengan malu-malu Soo Yin membantu Dae Hyun mengenakan pakaian.
"Kau mau kemana?" tanya Dae Hyun saat melihat Soo Yin hendak pergi.
"Aku akan tidur di sofa," ujar Soo Yin sembari menyunggingkan senyum.
"Tidurlah di sampingku, setidaknya untuk malam ini saja." Dae Hyun menepuk bantal di sebelahnya yang masih kosong.
Soo Yin menunduk sambil menggigit bibir bawahnya.
"Kemarilah," ujar Dae Hyun dengan lembut.
Akhirnya Soo Yin naik kembali ke atas ranjang. Pelan-pelan membaringkan tubuhnya di samping Dae Hyun . Jantungnya berdebar-debar karena tidak pernah tidur sedekat ini dengan pria. Dirinya tidak berani menghadap ke arah Dae Hyun, sehingga memilih untuk membelakanginya.
Dae Hyun menutupi tubuh Soo Yin dengan selimut. Kemudian segera memejamkan matanya karena tubuhnya terasa sakit semua.