Soo Yin langsung berdiri tapi kedua kakinya terasa lemas. Otot-otot tubuhnya tak mampu lagi bekerja dengan benar. Itu sebuah pukulan yang sangat berat baginya.
"Tidak mungkin, mereka pasti salah orang." Soo Yin menggelengkan kepalanya kuat-kuat dengan air mata yang terus bercucuran membasahi pipinya.
Ia merasa seperti ada sebuah batu besar yang menghujam dadanya. Rasanya sangat sakit dan tidak bisa diungkapkan kata-kata.
Tak ingin membuang waktu Soo Yin kemudian membuka pintu untuk keluar. Di saat yang bersamaan ternyata ada seorang pelayan yang hendak masuk sambil membawa nampan di tangannya.
Soo Yin lalu mengambil pisau yang digunakan untuk memotong buah.
"Nona, apa yang kau lakukan?" ujar Pelayan histeris. Khawatir jika Soo Yin akan berbuat sesuatu yang macam-macam dengan pisau itu.
Soo Yin tidak menjawab, ia kemudian melangkah menuruni anak tangga. Kali ini ia seolah-olah mendapatkan kekuatan besar untuk berlari.