Flashback Tiga Bulan Yang Lalu.
Dae Hyun tengah menyusuri jalan dengan menaiki mobilnya. Suasana rumah pagi ini sedikit tidak nyaman karena pagi-pagi sudah terjadi sedikit keributan antara dia dengan istrinya. Ia memilih meninggalkan rumah.
Saat menghadap ke samping tanpa sengaja Dae Hyun melihat keributan yang terjadi di pinggir jalan di depan sebuah rumah yang cukup besar.
Seorang pria paruh baya di seret oleh dua orang pria bertubuh besar. Seorang gadis muda yang bernama Soo Yin menangis sambil memohon kepada seorang pria tua yang berdiri di depannya.
"Tuan Jang, tolong lepaskan ayahku! kami berjanji akan melunasi hutang-hutang keluarga kami," rengek Soo Yin dengan deraian air mata mengalir di pipinya.
"Enak saja, kau pikir aku bodoh. Kalian pasti akan kabur seperti wanita jalang itu," ujar Jang yang berkepala botak itu sambil memicingkan matanya.
"Tuan, saya mohon." Soo Yin sampai berlutut di hadapan tuan Jang.
Dae Hyun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan kemudian segera ke luar untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada keributan apa ini?" tanya Dae Hyun.
"Tidak usah ikut campur urusan kami, lagi pula tidak mungkin kau mau membantu mereka untuk melunasi hutang pada kami," ujar tuan Jang tersenyum mengejek.
"Hutang?" tanya Dae Hyun sambil mengerutkan keningnya.
"Iya, sudahlah tidak usah bertanya lagi!" ujar Jang.
Soo Yin tidak tau harus berbuat apa. Ia juga tidak punya uang untuk membantu ayahnya. Mereka seperti ini karena ibu tirinya yang menggunakan surat-surat rumah dan tanah mereka sebagai jaminan. Tapi disaat seperti ini justru ibu tirinya sudah kabur ntah kemana.
"Tulis berapa hutang mereka!" Dae Hyun menyerahkan cek agar tuan Jang mengisinya sendiri.
"Jika masih kurang, ini kartu namaku." Dae Hyun menyerahkan kartu namanya pada tuan Jang.
"Terima kasih, Tuan." Jang mencium kertas yang berisi cek dengan sangat senang.
Lepaskan dia!" seru tuan Jang kepada anak buahnya agar melepaskan ayah Soo Yin. Kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Soo Yin langsung bangkit dan berlari menuju ayahnya yang tiba-tiba saja ambruk ke tanah.
"Ayah, bangun! jangan tinggalkan aku!" teriak Soo Yin sambil memeluk ayahnya.
"Ayo, bawa ayahmu ke rumah sakit!" ujar Dae Hyun.
Di sepanjang perjalanan ke rumah sakit, Soo Yin terus saja meneteskan air mata. Gadis itu tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Cukup sudah ibunya pergi selama-lamanya. Saat ini hanyalah ayahnya yang dia punya.
Dae Hyun membawa mereka ke RS Hallym University Medical Center, salah satu rumah sakit terbesar yang ada di Seoul.
Soo Yin ingin ikut masuk ke dalam ICU ketika melihat ayahnya dimasukkan ke sana bersama dengan dokter dan perawat. Ia memberontak ketika lengannya di cekal oleh Dae Hyun.
"Biarkan dokter yang menangani, ayahmu pasti sembuh," ujar Dae Hyun sambil menepuk pundak gadis itu.
Soo Yin akhirnya bisa tenang walaupun tidak bisa membendung air matanya. Anak mana yang sanggup terlihat tegar di saat ayahnya tengah menjalani masa kritis.
Beberapa hari kemudian.
Akhirnya setelah selama tiga hari dilakukan perawatan oleh dokter, ayah Soo Yin kondisinya sudah mulai membaik dan sudah dipindahkan ke ruang inap.
"Ayah, jangan membuatku takut lagi." Soo Yin duduk di samping ranjang sambil memegang tangan ayahnya.
"Maafkan ayah, Soo Yin. Ayah sudah membuatmu khawatir," ujar sang ayah sambil membelai rambut Soo Yin lembut.
"Soo Yin, apa kau tau siapa nama orang yang telah menolong kita?" tanya ayah Soo Yin yang bernama Kim Nam. Dia mengingat sebelum dirinya pingsan ada seseorang yang menolongnya.
Soo Yin hampir saja melupakan pria itu. Ia juga belum sempat mengucapkan terima kasih karena saat itu ia benar-benar tengah sedih. Gadis itu segera teringat kalau tempo hari Dae Hyun meninggalkan kartu nama. Soo Yin segera mengeluarkan dari dompetnya.
"Dia meninggalkan kartu nama," ujar Soo Yin sambil menyodorkan kartu nama tersebut kepada ayahnya.
"Teleponlah dia, ayah ingin mengucapkan terima kasih," ujar Kim Nam menyerahkan kembali pada Soo Yin.
Soo Yin menuruti perintah ayahnya. Gadis itu segera menghubungi nomor telepon yang tertera di kartu nama.
"Hallo, ini siapa?" tanya Dae Hyun di seberang telepon.
"Ini aku, Soo Yin. Bisakah Tuan ke rumah sakit?" ujar Soo Yin ragu-ragu. Ia tidak yakin pria itu akan datang.
"Soo Yin? siapa?" Dae Hyun belum sempat mengetahui nama gadis itu karena saat itu terburu-buru harus kembali ke hotel.
"Ini aku ... yang beberapa hari anda tolong," ujar Soo Yin dengan gugup khawatir pria itu tidak mengingatnya.
"Oh, iya. Aku baru ingat, ayahmu yang masuk rumah sakit kan? ada apa?" tukas Dae Hyun.
"Bisakah anda berkunjung ke rumah sakit? ayahku ingin mengucapkan terima kasih, tapi kalau Tuan sibuk tidak apa-apa." Soo Yin menggigit bibir bawahnya menahan gugup.
"Baiklah, nanti akan aku usahakan untuk datang," ujar Dae Hyun.
"Kalau begitu, terima kasih." Soo Yin segera menutup sambungan telepon.
"Bagaimana?" tanya Kim Nam.
"Ayah, dia sibuk. Mana mungkin dia punya waktu untuk datang kemari," ucap Soo Yin.
"Maafkan ayahmu ini, Soo Yin. Sudah membuatmu menderita," ujar Kim Nam. Ada rasa menyesal yang teramat dalam di hatinya. Jika saja dia tidak menikah lagi, mungkin kondisi mereka tidak akan seperti ini.
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi," tukas Soo Yin sembari mengusap tangan Kim Nam.
Soo Yin berusaha untuk terlihat tegar agar ayahnya tidak sedih. Jika ingin marah, tentu saja Soo Yin sangat ingin marah tapi di saat kondisi ayahnya seperti ini ia lebih bisa menerima keadaan.
"Bagaimana dengan biaya rumah sakit ini?" tanya Kim Nam dengan sedih.
"Tidak usah khawatir, aku punya tabungan sedikit dan aku akan segera mencari pekerjaan." Soo Yin memiliki tabungan karena selama ini selalu menyisihkan uang yang diberikan oleh ayahnya dan berhemat selama masih sekolah. Soo Yin baru lulus beberapa bulan yang lalu dari sekolah menengah atas.
"Andai saja usaha kita tidak mengalami ...." Kim Nam tidak sanggup melanjutkan perkataannya.
Mereka sebenarnya memiliki toko roti yang lumayan besar yang dibangun ketika ibu Soo Yin masih hidup. Sebelum akhirnya Kim Nam menikahi seorang wanita yang ternyata adalah mata-mata saingan toko rotinya. Wanita itu mencuri resep rahasia roti milik keluarga Soo Yin dan mencampurkan roti mereka dengan obat yang membuat sakit perut hingga akhirnya tidak ada lagi pelanggan yang datang kemudian gulung tikar. Tanpa mereka ketahui wanita itu juga meminjam uang kepada tuan Jang dengan jaminan surat-surat berharga lalu kemudian kabur.
"Ayah, sudahlah. Aku akan mencari pekerjaan secepatnya agar kita bisa membangun toko roti lagi," ujar Soo Yin sambil tersenyum ceria.
"Terima kasih, Soo Yin. Ayah sangat beruntung memiliki dirimu," ucap Kim Nam.
Saat tengah mengobrol tiba-tiba saja Dae Hyun datang. Soo Yin tak menyangka jika pria itu datang kembali ke rumah sakit.
"Selamat malam, maaf aku baru bisa datang kembali menjenguk anda," ujar Dae Hyun.
"Tuan, maaf sudah merepotkan anda," ucap Kim Nam.
"Tidak apa-apa, Paman," ujar Dae Hyun.
"Tuan Dae Hyun, terima kasih sudah membantu kami dan merepotkan anda," ucap Kim Nam sambil mencoba untuk duduk.
"Lebih baik anda berbaring saja," ujar Dae Hyun.
"Saya sangat mengucapkan terima kasih pada anda karena telah menolong keluarga saya," ujar Kim Nam.
"Sama-sama, Tuan Kim. Aku saat itu hanya tidak sengaja lewat," ujar Dae Hyun.
Soo Yin memilih meninggalkan ruangan di saat mereka tengah mengobrol. Ia menuju tempat administrasi untuk membayar biaya tagihan rumah sakit. Ketika melihat tagihan, Soo Yin sedikit syok karena ternyata biaya rumah sakit ini sangat mahal dan menyebabkan uang tabungannya terkuras habis.
Soo Yin berjalan di sepanjang koridor rumah sakit dengan lesu. Saat kembali ternyata Dae Hyun sudah tidak ada di sana.
"Pria itu sudah pergi ya," ujar Soo Yin sambil melihat sekeliling ruangan.
"Soo Yin, ada yang mau ayah bicarakan padamu." Kim Nam menghela napas panjang.
"Ada apa?" tanya Soo Yin sambil mengerutkan keningnya.
"Soo Yin, kau harus menikah dengan tuan Dae Hyun. Dia sudah banyak membantu kita," ucap Kim Nam kepada anak semata wayangnya.
Deg ...
"Apa?" seru Soo Yin. Ia masih berusaha mencerna kata-kata dari ayahnya.
"Maafkan ayah," ujar Kim Nam sambil memegang tangan putrinya.
Soo Yin berlari ke luar dari ruangan itu. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa jalan hidupnya selalu seperti ini. Dia berlari ke belakang gedung rumah sakit, kemudian duduk di bangku yang ada di sana.
Ayah pasti bercanda, tidak mungkin ayahku menyuruhku untuk menikah dengan pria yang tidak aku cintai.~ tukas Soo Yin dalam hati sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
Saat hatinya sudah mulai tenang, Soo Yin kembali ke ruang inap. Ternyata ada beberapa dokter dan perawat di sana. Soo Yin langsung berlari ke arah mereka, ternyata ayahnya kondisinya menurun.
"Ayah, bangun!" teriak Soo Yin ketika melihat Kim Nam menutup matanya.
"Maafkan ayahmu ini yang selalu menyusahkan dirimu," ujar Kim Nam sambil perlahan membuka matanya.
"Jangan tinggalkan aku! Aku ingin tetap bersama dengan Ayah," ucap Soo Yin sambil mengguncang tubuhnya.
Kim Nam mengalami masalah pada jantungnya dan membutuhkan biaya operasi. Soo Yin terduduk lemas, dia tidak tau harus meminta tolong kepada siapa. Sanak saudaranya berada jauh dari luar kota.
Dengan terpaksa Soo Yin menghubungi Dae Hyun dan mau menikah dengannya asalkan ayahnya bisa sembuh.
Setelah operasi berjalan lancar, Soo Yin dan Dae Hyun mengucap janji pernikahan. Keadaan ayah Soo Yin yang masih dilakukan perawatan, sehingga mereka menikah di rumah sakit. Tidak ada keluarga yang datang dari pihak Dae Hyun.
Sehari setelah menikah, Dae Hyun membelikan rumah yang akan di tempati oleh Soo Yin. Mereka berdua pun pindah ke sana. Saat Dae Hyun membersihkan diri tanpa sengaja Soo Yin menemukan foto pernikahan Dae Hyun dengan seorang wanita.
Soo Yin sangat marah kepada Dae Hyun karena merasa telah dibohongi. Ia memilih pergi dari rumah Dae Hyun dan mengontrak di tempat lain.
Ia mencoba mendaftar pekerjaan ke berbagai tempat namun tak kunjung menemukan. Hingga ia mendaftar bekerja di sebuah hotel yang ternyata ada milik Dae Hyun.
Flashback off