dahulu aku tidak pernah percaya tentang dongeng-dongeng orang tua. namun sekarang aku melihat sendiri makhluk-makhluk aneh di hadapan ku.
"perlu kamu ketahui, sampai sekarang ada banyak penyihir yang masih hidup, mereka berkamuflase dan membaur bersama manusia-manusia lain nya."
kami hanya diam mendengar cerita mbak Kunti, namun di benak ku ada seribu pertanyaan yang ingin aku ketahui.
"sekarang mengenai kamu," mbak kunti menunjuk ke arah ku.
"aku??, kanapa?"
"sudah lah, terlalu rumit menjelaskan nya, yang terpenting kami akam melindungi mu. karena kamu telah mengaktifkan sihir legendaris si pahit lidah.akan banyak makhluk dongeng dan para penyihir jahat yang ingin mengambil sihir itu dari mu."
mendengar nya aku semakin syok, kenapa aku harus terlibat dengan semua urusan tak masuk akal ini.
"kalau mau ambil aja, aku sama sekali tidak tertarik dengan sihir si pahit lidah."
"maka kamu akan mati," sahut malin tiba-tiba.
kami spontan menoleh ke arah nya, aku melihat ia berusaha duduk sembari meringis menahan sakit.
"Bos sudah sadar," ucap mbak kunti tampak bersyukur.
"kamu akan mati jika ada yang berhasil mengambil sihir itu dari tubuh mu," lanjut nya.
aku diam dan tak bisa bicara apa-apa mendengarnya.
"tapi selama ada kami, jangan khawatirkan itu, kami pasti akan melindungi mu," Mbak Kunti mencoba menenangkan
semua ini tak masuk akal, tapi jujur aku takut saat ini. aku takut berakhir tragis atas keterlibatan ku dengan makhluk-makhluk aneh di depan ku ini.
"permisi" seorang dokter datang.
melihat dokter itu kami berusaha bersikap biasa.
si dokter kemudian memeriksa keadaan Malin. ia menyuruh malin kembali berbaring. aku pun duduk kembali di sofa, namun aku merasa kehadiran aura mencekam setelah kedatangan si dokter.
seharusnya saat ini aku merasa aman, tapi kenapa aku malah merasa terancam ketika melihat Dokter itu.
ia memeriksa keadaan Malin, namun tiba-tiba Malin menangkap tangan Dokter. spontan hal itu membuat kami terkejut.
"ada apa ini?" tanya si Dokter tak mengerti.
"tunjukan wujud asli mu," jawab Malin penuh amarah.
"Berlindung di belakang ku," teriak mbak Kunti.
aku dan Vina yang tahu apa-apa tentang keadaan saat ini, karena itu kami hanya diam, "berlindung," teriak mbak kunti sekali lagi.
tiba-tiba tubuh Dokter itu berubah menjadi sesosok makhluk yang mirip dengan suster ngesot.
"aaaaaaaaaaa," teriak Vina histeris.
"suster ngesot, kenapa kamu kesini??" teriak Mbak Kunti.
ia menoleh ke arah kami dengan tatap penuh nafsu "sihir si pahit lidah, berikan padaku," kata nya dengan nada mengerikan.
malin kemudian menendang si suster hingga ia terpental dan menghantam dinding hingga dinding hancur terbentur tulang belakang si suster ngesot. sembari menahan sakit Malin berjalan ke arah kami, ia berusaha melindungi kami.
suster kemudian bangkit dan terbang menyerang Malin, malin sempat menghindar namun ia berhasil mencekik leher nya.
"lari, pergi dari sini," teriak Malin.
"tapi Bos" mbak kunti ragu.
"aku kan menyusul, percayalah, jangan remehkan Malin Kundang Kunti." jawabnya sembari menahan sakit dari cengkraman tangan suster ngesot.
tiba-tiba tangan mbak kunti memanjang seperti karet dan merangkul kami berdua, aku pun pasrah. kami kemudian di bawa nya terbang menembus atap dan merayap di gadung rumah sakit.
disisi lain malin masih berusaha lolos dari cengkraman tangan kuat suster. bersusah payah akhirnya malin lepas dan berhasil memukulnya hingga ia menjauh.
kesempatan itu ia gunakan untuk kabur melalui lubang atap yang telah di bobol Kunti.
***
aku merasakan tubuh ku terbang, sekilas aku melihat Vina tak sadarkan diri. beberapa saat kemudian Mbak Kunti membawa kami ke sebuah tanah kosong, disini kami di lepaskan dari dekapan nya.
"kita tunggu bos disini," kata mbak kunti sembari mengawasi keadaan sekitar.
"Vin bangun Vin, bangun," aku mencoba menyadarkan Vina.
sekarang aku mengerti, kenapa ibu melarang ku berkhayal dan berandai-andai. itu semua karena ibu sudah tahu jika aku memiliki sihir ini, jika saja aku lebih pintar menyikapi apa yang ibu katakan, semua pasti akan baik-baik saja.
***
beberapa menit kemudian Malin muncul dengan ajaib di hadapan kami. namun ia tampak lemah dan kemudian pingsan.
"Bos," teriak mbak kunti.
keadaan semakin mencekam, si suster bisa saja datang kapan pun. aku yakin mbak Kunti tak akan mampu melawan suster itu sendirian.
"kita harus bertahan disini," kata Mbak Kunti sembari mengawasi sekeliling.
"aku akan mengaktifkan sihir si pahit lidah dan akan menyelamatkan kita semua," kata ku mencoba membantu.
mbak kunti menatap ku, "apakah kamu yakin bisa menggunakan nya?"
"aku yakin."
ayo berkhayal, bayangkan kami kembali ke rumah paman Vina, Vina kembali sadar dan si Malin kembali sehat. ayo bayangkan ayoo...."aku ingin kami pulang dan semua kembali sehat," teriak ku sembari memejamkan mata.
saat aku membuka mata, aku melihat waktu se akan-akan berhenti, dan dalam sekejap kami sudah berada di kamar Vina.
"kamu berhasil,"
namun aku merasakan sekujur tubuhku lelah, dan sekejab semua menjadi hitam.