Hembusan angin yang dingin dari celah jendela dan kehangatan tubuh Alex menerpa kulitku bergantian. Tubuhku bergetar dalam lingkupan tubuh Alex yang hangat. Ia masih menciumku dengan nafasnya yang menderu-deru di wajahku, setiap kali bibir kami bersentuhan aliran listrik samar terasa di balik kulit bibirku. Rasanya menyenangkan sekaligus membuatku penasaran dan membuatku ingin terus menciumnya. Kubalas ciumannya dengan lebih berhati-hati karena aku sempat merasakan sedikit rasa darahnya di dalam ciuman kami.
Kedua tanganku menyusuri kulit panasnya, mulai dari kedua bahunya lalu perlahan beranjak ke punggungnya yang keras dan lembut. Alex tidak menindihku, jadi masih ada sedikit jarak antara kaosku dan dadanya yang telanjang. Walaupun begitu suhu tubuhnya yang panas terasa jelas di kulitku.
