Reon tersanjung mendengarnya.
Benarkah Sakura menganggapnya seperti itu?
Reon benar-benar seperti diberi harapan kecil padanya sebab dia memberitahu penyebab PTSD yang dia derita. Selama ini dia tidak pernah mengekspresikan perasaan dia, jadi ia tidak bisa menebak penilaian dia tentangnya.
Reon tahu ini bukanlah saatnya merasa senang, akan tetapi ia tidak bisa menahan dirinya. Ia sungguh-sungguh berharap Sakura menganggapnya se-spesial Asuka seperti dugaan Dokter Nami, "Um ...," Ia menggaruk belakang kepalanya malu, "Aku harus kembali ke apartemen atau uh ... menemui Asuka."
Dokter Nami melambaikan tangan pelan, "Hati-hati di jalan, Reon. Ingat apa yang aku katakan."
"Tentu saja!"
***
Reon mendengarkan ide Dokter Nami dengan membiarkan Sakura menyendiri. Ia tidak mencoba mencari dia, ia memilih menunggu di apartemen dia sambil bermain beberapa game serta sesekali ia mengirim email ke Dokter Nami terkait kondisi ayah Sakura.
