Tubuh alleta bergetar hebat mendengar hal itu, air matanya terus mengalir dikedua pipinya bahkan sudah membasahi sofa.
Tangan Darren mulai menyentuh leher alleta lalu menariknya turun dengan perlahan hingga panggal paha alleta. Sesekali terdengar lenguhan tertahan dari bibir alleta.
'Otot-ototnya kencang,dia gementar',Batin Darren.
Tangan Darren dengan cepat menyingkap rok alleta memperlihatkan bokong leta dengan sempurna yang hanya memakai pakaian dalam. Tentu saja itu membuat alleta terkejut dan meronta.
'pakaian dalam ketat ya?' pupil biru itu mulai menunjukkan atensinya.
"Tu-tuan Saya mohon jangan lakuk-"
*plakk
"ARGH!...akh..Hah..hah..!"
sebuah tamparan keras dilayangkan Darren di bokong alleta. Darren hanya diam, memperlihatkan tubuh bergetar dan suara kesakitan alleta tanpa ada rasa kasihan.
*Plakk! *plakk! *plakk! *plak!
"ARGH!... AKH.. HIKS...HIKSs... TUAN CUKUP!.... SA-HIKS.... SA--SAYA MOHON..."
"Sudah Lima, tersisa Lima lagi"
"Tolong ampuni sa--"
*plak! *plak!
"AIHH... TUANHH!.."
*plak! *plakk!
"EMHH..." alleta mengigit bibirnya dengan keras,bibir bawahnya bahkan robek dan mengeluarkan darah.
'I-ini benar-benar sakit, bokong ku mati rasa, rasanya perih. sakit..., A-aku kesulitan bernafas hah.....
Rasanya sakit, sangat sakit dan, dan aneh...
Nafas alleta tersenggal.Tubuhnya mulai lemas. Lebam biru tercetak di pergelanganya. Walaupun kulitnya sedikit gelap, namun bekas tamparan itu terpampang jelas di bokongnya yang sudah sangat memerah Dan tampak jelas bekas telapak tangan darren disana.
"Turunkan punggungmu" perintah darren.
"sa-saya takut...Saya tak bisa melakukannya lagi tuan ini. Ini, aneh hiks... itu kesalahan saya mematikan komputer anda ta--tapi Saya takut, Saya takut hikss..."
"Angkat bokong mu"
*PLAKk!!!.....
"AGH... HAH...HAH.. HAH... akh.. Hikss..hikss...Huh.. Tu-tuan..."
Darren melemaskan tangannya. Mengusap lembut bokong alleta. Matanya terus memperhatikan badan alleta yang bergetar dan suara-suara rintihan yang keluar. saat alleta mulai tenang, Darren baru melepaskan ikatan di pergelangan alleta.
" Selesai, bagun dan pergi ke kamarmu"
Darren memandang alleta yang kacau. Wajahnya merah padam begitu pula bokongnya yang penuh jejak tamparan darren.
Mata alleta memerah dan bengkak. Bibir yang berdarah dan sedikit berliur yang tercampur. Tubuh nya masih bergetar dan kesulitan untuk berdiri.
"Ma-maafkan saya tuan, sa-saya akan berhati-hati kedepannya." alleta berdiri dengan tatih merapikan pakaiannya. Menunduk hormat lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Darren hanya melihat alleta, berjalan tertatih menuju pintu dengan kedua kakinya yang terlihat jelas gementar.
Darren kembali ke kursi kerjanya, tentu saja itu semua hanya permainan darren. File itu sama sekali tidak hilang dan jika hilang, ia susah membuat cadangannya. Saat itu entah apa yang ada dipikiran darren sehingga melakukan hal itu pada seorang pelayan.
Darren melihat tanganya yang juga sedikit memerah. Tercetak senyum tipis di wajah Darren.
'Ini hanya percobaan pertama kelinci ku...'
.
.
.
.
.
Para pelayan membicarakan alleta hari mengenai insiden kemarin. Alleta memandang kosong keluar jendela.Ia masih teringat kejadian kemarin, bahkan hari ini masih terasa perihnya. Saat tadi pagi ia mandi pun masih nampak jelas jejak tangan milik Darren di bokongnya.
Semenjak kejadian kemarin, alleta sering menghindari darren.Bahkan ia selalu menghindari tatapan Darren. Ia memenuhi tugasnya hari ini dengan cepat, sehingga ia bisa pergi kekamarnya atau mengerjakan tugas lain didapur.
Perasaan Alleta bersatu adu, ia tak tahu apa tepatnya yang saat ini ia rasakan. Dia berpikir apakah tuanya melakukan hal yang sama kepada pelayan yang lain? Atau mungkin dia sedang dipermainkan? Dan berpuluh-puluh pertanyaan lainnya yang saat ini ia pikirkan.
"Hey sudahlah, yang penting jangan terulang lagi oke." ucap arga berusaha menghibur Alleta.
"Hah iya... Memang aku yang salah. Ngomong-ngomong paket apa itu?."
"Ah tidak tahu, ini paket milik Tuan. Aku akan menghantarkannya." Ucap Arga menunjukkan sebuah paket berukuran sedang ditangannya.
Hari ini, secara tidak langsung Alleta telah memberikan setengah pekerjaan dari pagi hingga siang kepada Arga.
Walaupun Arga sendiri yang menawarkan dan memaksa membantu pekerjaan Alleta, Terutamanya hal-hal yang berkaitan Langsung dengan Tuan-nya seperti menyerahkan dokumen atau menghantarkan makanan.
"Ya sudah sini, biar aku yang berikan"
"Tidak usah. Tak apa kau pergi saja, selesaikan tugasmu didapur saja. Biar aku yang mengantarkannya."
"Tidak, aku sudah merasa baikan. Hari ini kau sudah banyak membantuku, ku juga merasa tak nyaman kau juga harus beristirahat. Terima kasih Arga maaf sudah merepotkanmu." Alleta meraihkan paket yang dibawa Arga.
"Hei, jangan bilang begitu. Kau tidak merepotkan ku, lagi pula aku melakukannya dengan senang hati. Kau tahukan pekerjaan ku sedikit dan kepala ku juga sakit kalau terus bermain game."
"Wah, ternyata kau bisa sakit ya..."
ucap Alleta mengejek.
"Aku ini manusia bukan program digital tahu.."
Balas Arga.
"Ya sudah maafkan aku, aku hanya bercanda." Alleta dan Arga tertawa bersama.
" Kalau begitu aku akan memberikan ini dulu, takut terkena masalah lagi."
"Baiklah kalau begitu, aku ada ditaman jika kau membutuhkanku." ucap Arga meninggalkan Alleta.
.
.
.
.
.
Alleta berjalan menuju ke ruangan Darren. Hatinya risau, tanganya mengenggam erat paket yang dia bawa. Alleta berusaha menguatkan dirinya walaupun detak jantungnya sudah meningkat dari biasa.
*Tok *tok *tokk
"Tuan ini saya Alleta, Ada paket untuk Anda."
"Masuk." ucap Darren dari dalam.
*Kriet
Alleta membuka pintu dengan perlahan, ia menundukkan kepalanya tak berani melihat Darren.
"Tuan dimana aku harus meletakkannya?"
"Berikan padaku"
"Ah...ba-baik" Alleta meletakkan paketnya di atas meja Darren.
"Apa kau selalu bersikap tak sopan itu seperti itu?"
"Ma-maaf?" Alleta langsung melihat kearah Darren yang sedang membuka paket.
"kenapa kau selalu menundukkan wajah mu ketika orang sedang berbicara? Apa begitu sikapmu?."
" Ma-maaf Tuan, Saya tak akan mengulanginya." Alleta langsung menengakkan wajahnya. sangat terlihat jelas bahawa Alleta sedang gugup.
"Kau juga berusaha menghindariku seharian ini? Menyerahkan tugasmu pada Arga? Baru beberapa hari kau bekerja, kau sudah berani berbuat hal seperti ini. Hah... Mengesankan." Darren menatap Alleta tanpa ekspresi, memainkan pisau kecil ditangannya yang baru dia ambil dari laci.
"Kau melakukan kesalahan lagi..." Darren mendesah kasar. "Ya mungkin kau memang menginginkannya lagi."
"Tu-tuan...."
Alleta tak tahu berbicara apa, lidahnya kelu. Ia sangat takut pada Darren, ditambah kejadian kemarin. Alleta menyesali tindakannya, harusnya ia membiarkan Arga yang memberikan paketnya.
Darren sibuk membuka paketnya, bahkan seolah-olah tak memperdulikan Alleta yang ada dihadapnya sudah keringat dingin. Paket itu berukaran sedang, terkemas dengan elegan. Alleta bisa melihat isi paket seperti beberapa krim berbentuk lube yang berukuran besar hingga sedang dan beberapa kotak kecil berbalut kain belundru. Darren mengambil salah satu krim itu, lalu berdiri dari kursinya menuju kearah Alleta.
"Membungkuk"
Darren memaksa Alleta membungkuk. Alleta meletakan kedua tangannya diatas meja Darren untuk menopang tubuhnya yang membungkuk agar tidak jatuh. Tanpa aba-aba ia menyingkap rok Alleta dan menurunkan celana dalam Alleta.
"Tu-tuan, apa yang kau lakukan?"
Darren melihat bokong Alleta. Masih ada memar biru di sana. Tanpa bicara ia mengelus bokong Alleta dengan lembut, menekan-nekan secara perlahan di bagian-bagian yang tampak membiru. Darren mendapat rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut Alleta.
"Sakit?"
"Se-sedikit Tuan."
'sepertinya aku terlalu kasar...'
Darren mengoles kirim tadi dibokong Alleta. Darren mengusap, menekan dan terkadang memijat bokong Alleta. Alleta hanya menelungkupkan wajahnya, menahan desahan kecilnya diakibatkan rasa sakit yang masih ada.
setelah selesai, Darren menaikkan celana dalam Alleta dan membenarkan rok Alleta. Ia kembali ke kursinya, mengambil sebuah sapu tangan dan mengelap bersih tangannya.
"Kembalilah nanti malam, seperti biasa bawakan makananku. Kali ini jika kau tidak melakukan tugasmu dengan benar, kau akan mendapatkan hukuman berkali-kali lipat. Paham?"
"Ba-baik Tuan."
"Ah- satu lagi, datanglah tanpa mengenakan pakaian dalam apapun. Kau sendiri yang membuat perjanjian, Jadi seharusnya kau tahu apa akibat yang harus kau terima atas perlakuan mu Hari ini. Mengerti?"
Alleta mengangguk takut, kakinya sangat bergetar dan merasakan ia akan terjatuh dengan sendirinya.
"Kau buka mulut, jawab aku dengan benar!"
"Ba-baik Tuan Saya mengerti." tubuh Alleta tersentak
"Pergilah"
.
.
.
.
.
[BERSAMBUNG]
♠️:Jangan Lupa Vote jika suka episode Kali ini dan juga jangan lupa tinggalkan jejak commentmu dikolom Komentar...