Farel memandangi gadis aneh di depannya dengan tatapan malas. Walaupun Pras sudah mewanti-wanti Farel untuk bersikap manis di depan Rara, tetap saja Farel tak bisa.
Alasannya simpel, karena Rara adalah defenisi dari kebalikan diri Farel yang sesungguhnya.
Dandanan aneh dengan wajah planga plongo dan sering cengengesan. Belum lagi rambutnya yang acak kadut, sampai Farel curiga mungkin saja ada kecoa atau lipan yang bersarang di kepala Rara.
"Tapi Rel, dari kepala itulah muncul ide naskah drama yang mencetak rating tinggi."
Begitulah yang selalu Pras ucapkan setiap Farel mengutarakan protes tentang Rara kepada Pras.
Bagi Pras, Rara bak dewi fortuna, pembawa keberuntungan untuk Farel. Eh, bukan untuk Farel saja sih, tapi lebih tepatnya untuk Farel sekaligus untuk diri Pras.
Bagaimana tidak? Berkat Rara, Farel yang semula dihujat netizen budiman yang lidahnya lebih tajam daripada lidah mertua akibat kemampuan aktingnya, kini berbalik mendapatkan pujian di sana sini.
Belum lagi intensitas wara-wiri di acara reality show dan variety show yang mendadak melonjak. Tak lupa endorsment yang datang bak banjir bandang. Nah, alasan apa yang bisa membuat Pras tak menghormati Rara?.
"Lo kalau diajak makan malam dandan kek, gini amat sih jadi cewek. Nggak ada niat pengen cantik dikit, gitu?."
Farel kembali melanjutkan omelannya.
Ingin rasanya dia menarik tangan Rara sekarang, menyeretnya menuju salon untuk memperbaiki penampilan.
Tapi, Rara selalu menolak tawaran Farel. Lebih tepatnya sentuhan Farel. Hal inilah salah satu penyebab yang sering membuat Farel gusar.
Rara tak pernah suka disentuh olehnya. Bukan hanya disentuh, bahkan, Farel selalu merasa Rara selalu menghindarinya.
Awal mula, Farel kira hal itu terjadi karena Rara terlalu malu saat berada di sekitar Farel. Maklumlah, sebagai mantan visual dari sebuah boyband, ketampanan Farel tak perlu diragukan lagi.
Kalau snow white hampir mati karena menggigit apel, maka sama seperti para wanita yang hampir mati karena melihat ketampanan Farel (Abaikan tingkat kepedean super tinggi ini).
Maklumlah, apel snow white dan wajah Farel sama-sama beracun. Bedanya, racun Farel bisa membuat orang terbang ke dunia halu.
Tapi, lama kelamaan Farel menyadari ada yang salah dari tatapan Rara. Gadis itu tak menghindari Farel karena malu.
Sekalipun Farel tak ingin percaya, entah kenapa instingnya selalu mengatakan bahwa Rara sering menatapnya dengan tatapan mengejek sekaligus muak. Ya walaupun Farel selalu menepiskan asumsinya karena Rara lebih sering cengengesan atau menundukkan kepala.
"Ayo, gue trakir ke salon. Pusing gue ngeliat rambut lo yang kusut kayak hubungan sama mantan."
Ucap Farel lagi sambil melipat tangan di depan dada.
Seperti biasa, Rara hanya nyengir kuda dan mengacungkan kedua jempolnya kepada Farel. Nah, hal inilah alasan lain kenapa Farel selalu kesal kepada Rara.
Rara selalu cengengesan apapun kondisinya. Bahkan ketika dia di bully oleh staf atau aktris di lokasi syuting, Rara selalu merespon dengan menampilkan wajah cengengesan miliknya.
"Kalau ditanya pakek kata-kata, jawabannya juga pakek kata-kata dong. Mana gue paham maksud lo kalau cuma cengengesan gitu."
Farel mengurut dahinya frustasi.
Dengan kesal, Farel mulai melangkah meninggalkan Rara. Berjalan lurus menuju Liana, lawan mainnya di sinetron tuan gerandong.
Ah, memang, sampai kapanpun sepertinya Farel tak akan pernah bisa menyukai makhluk aneh seperti Rara.
Farel membalas lambaian tangan Liana, walaupun mendadak tangannya menggantung di udara begitu Farel melewati Rara.
Entah kenapa, sekilas tadi Farel merasa tatapan Rara berbeda. Senyum cengengesan di wajahnya tak lagi terbentuk, berganti menjadi tatapan amarah yang sukses membuat Farel bergidik ngeri.
Hati Farel mendadak tak nyaman. Dia lalu menghentikan langkahnya, membalikkan tubuh atletisnya kembali tepat ke arah Rara,
"Woy,"
Panggil Farel.
Rara sontak membalikkan tubuhnya ke arah Farel dengan wajah cengengesan yang masih sama.
Farel mengerutkan alis, meneliti wajah Rara dengan seksama. Ah, apa jangan-jangan tadi Farel salah lihat ya?.
Akhirnya Farel hanya mengangkat bahu, kembali melanjutkan langkahnya menuju Liana. Ya, sepertinya Farel memang salah lihat tadi.
Mana mungkin Rara mengeluarkan tatapan dingin dan dilengkapi aura 'membunuh' seperti itu. Hmm, sepertinya Farel terlalu banyak pikiran. Tapi, peduli amat sih, bagaimanapun diri Rara, Farel sama sekali tak peduli.
Walaupun kesal setengah mati, Farel sadar bahwa dia harus menahan dan tetap membuat Rara memilihnya untuk menjadi pemeran utama di sinetron yang akan Rara tulis ke depannya.
***
Cincang,
Giling,
Atau di ulek?.
Pikiran itu memenuhi kepalaku saat si idol kampret mulai berjalan, melewati tubuhku yang masih terpaku di tempat.
Huaa..
Percayalah, tak ada yang lebih kuinginkan saat ini selain melakban mulutnya yang super duper ember itu.
Lagian, peduli amat dengan penampilan, karena itu memang tujuanku. Dengan penampilan begini, aku lebih mudah menyusup dan mencari informasi tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Woy."
Tubuhku membeku begitu mendengar panggilan Farel. Aish, tak bisakah makhluk tuhan yang paling pede ini pergi saja tanpa menghiraukan diriku?.
Dengan cepat aku langsung berbalik ke arah Farel, tak lupa mengganti ekspresiku dengan ekspresi bodoh seperti biasa.
Farel terlihat menghernyitkan alis, melontarkan tatapan menyelidik ke arahku. Ah sial, sepertinya ekspresiku kelepasan tadi.
Untung saja detik berikutnya Farel terlihat mengangkat bahu acuh tak acuh dan kembali berjalan, meninggalkanku sendirian yang masih berusaha keras memasang ekspresi bodoh.
Setelah memastikan Farel cukup jauh, barulah aku menghentikan cengengesanku, menundukkan kepala seperti biasa untuk menyembunyikan ekspresi sekaligus mulutku yang mulai komat-kamit mengucapkan sumpah serapah.
Sepertinya hidupku terlalu sial belakangan ini. Mulai dari harus terpisah sendiri dari Bian, Raka dan Jems. Sampai akhirnya bertemu dengan tuan gerandong yang sifatnya lebih mirip gorilla.
Sabar Lara, sabar..
Aku menarik nafas berkali-kali, menepuk-nepuk dada untuk sekedar meringankan perasaan kesal dan nafsu ingin menghajar Farel.
Ya, aku tak boleh terbawa emosi. Aku harus tetap menempel kepada Farel. Sebenarnya, bukan tanpa alasan aku tetap memilih Farel sebagai peran utama untuk sinetronku.
Aku memang membidik Farel sejak awal, memastikan diriku bisa dekat sekaligus menggunakan Farel untuk melancarkan misiku.
Apalagi..
Salah satu orang yang kucurigai selalu berada di dekat Farel.
Orang yang saat ini sedang menyapa jajaran staf serta para aktor dan aktris yang mulai berdatangan.
Orang yang selalu menampilkan senyum ramah sekaligus kebaikan hati yang tak ada duanya.
Dan orang itu kini mengalihkan tatapannya ke arahku, sepertinya menyadari bahwa aku sejak tadi memperhatikannya.
Dia lalu melambaikan tangan dan mulai berjalan mendekatiku. Seperti biasa, dengan senyuman manis yang semakin menyempurnakan wajah tampannya.
"Udah datang, Ra?."
Tanyanya riang, membuat mode cengengesan langsung kembali terpasang di wajahku.
Aku menganggukkan kepala ke arah pria yang tak lain dan tak bukan adalah Pras, manajer Farel..