Fara membuka kelopak matanya yang berat. Mendapati dirinya tengah terbaring di tumpukan gerbong kereta yang sudah terbengkalai. Matanya terpaku pada lengannya. Sebuah cardigan melapisi tubuhnya yang mungil.
Tunggu. Ia baru saja bangun dari pingsannya. Gadis itu mengerutkan keningnya. Ia bangkit, lalu mengangkat kaki dari gerbong tua itu.
Tangannya memeluk dirinya sendiri. Angin malam menusuk sebagian kulitnya. Matanya beralih pada lelaki yang terduduk di sudut tumpukan gerbong dengan benda pipih yang terpampang menyilau kan mata.
"Lelaki itu..." Gumam Fara mencoba mengingat - ingat apa yang baru saja terjadi.
Benar ! Ia pingsan didepan lelaki itu dengan pakaian basah berwarna putih. Tapi saat bangun ia sudah memakai pakaian baru yang tidak ia kenal. Tampak pipi gadis itu yang memerah. Ia memegang pakaiannya lalu melotot kearah lelaki itu.
"Dasar cowok nakal !!" pekik Fara kedua tangannya sibuk memukuli lengan cowok itu.
"Eh apaan sih !" protesnya.
"Kamu ganti bajuku tanpa izin !!" suaranya naik satu oktaf. Pipinya semakin memerah. Suasana malam yang tadinya senyap menjadi ribut dan berisik diisi dua pasang manusia itu.
"Kata siapa" tanya balik. Lelaki itu mengulum tawanya.
"Aku pake ini" tangan beraksesoris gelang berwarnakan biru dengan batu berbentuk belah ketupat ia tampilkan.
Fara terdiam masih tak mengerti maksud dari perkataannya.
cowok itu memutar pergelangan tangannya. Membuat sebuah bunyi yang dapat ia pastikan berasal dari gelangnya. Sebuah desain busana terpapar secara hologram dan tampak sangat nyata.
"Aku udah desain baju kamu. Tinggal arahin keorangnya, lalu pasang" lelaki itu mengarahkan hologram itu pada Fara. Tangan nya kembali berputar, mengubah sedikit demi sedikit pakaian hologram itu menjadi pakaian nyata di tubuh Fara.
Mata Fara melebar. Melihat sebuah kain mulai merambat dari kakinya hingga ujung kepalanya. Tampak persis seperti desain baju yang ditampilkan oleh benda kecil itu.
"K-Kamu siapa ?" Fara mundur satu langkah. Menatap heran lelaki gondrong berbaju hitam dengan garis - garis biru yang serba modern.
"Aku Ran" Ran mengulurkan tangannya dengan telapak terbuka.
"Fara" gadis berambut cokelat itu meraih tangannya dengan senyum merekah.
"Tadi itu alat apa ? Keren banget !" heboh nya.
"Bukan apa - apa" sahut Ran. Ia mengambil duduk di ujung.
Memutar gelangnya yang baru saja bergetar. Lelaki itu menempelkan jari telunjuknya pada lubang telinga. Mendapati suara paruh baya.
"Maaf. Memorinya hilang, apa masih bisa diganti ?" ucap Ran. melalui telfon berteknologi canggih.
"Akan memakan waktu bila kamu kembali. Lebih baik, kamu buat lagi. file nanti aku kirim" suara berat berasal dari getaran gelang yang merambat melalui tangannya hingga sampai ke ujung jarinya berhasil ditangkap oleh telinga lelaki itu dengan amat jelas. Teknologi lawas pada zamannya.
"Hm..."
Fara memiringkan kepalanya. Memandang heran lelaki disampingnya ini.
"Kamu lagi bicara sama siapa ?"
"Kamu lagi ngapain ?" semprot Fara penasaran. Jari mungil Fara meraih tangan lelaki itu. Lalu memasukan jari lelaki itu pada telinganya.
Matanya membulat ketika mendengar suara seseorang didalam sana. Lelaki bernama Ran itu terlonjak kaget. Apa yang baru saja gadis ini lakukan ? Betapa kotornya telinga itu.
"Bodoh !" bentak lelaki itu, menarik balik jarinya.
Fara tidak menggubris bentakan kerasnya. Ia masih terpukau dengan alat - alat canggih yang ada pada lelaki itu.
"Keren !" kagumnya.
Disisi lain lelaki itu sibuk menyemprot jarinya dengan botol berwaenakan putih dengan tulisan 'disinvektan' pada bagian tengah.