Sinopsis:
Direktur satu ini menyebalkan banget..!!
Sion mengerutu di tempat duduknya ketika kedua orang ini mulai berdiskusi panjang.
Selama diskusi Sion hanya diam menatap muka kecil itu dengan kesal.
"Neh kau.."
Perkataan itu mengejutkan Sion dan berdiri.
"Jangan menatapku terus Napa "
Keluh direktur itu menatap dingin pada Sion.
Sion hanya berdiri dan ingin membalas tetapi ibu mengisyaratkan untuk diam.
Sion terpaksa diam dan hanya berjalan kekamarnya.
Sosok hitam itu hanya menatap kepergian Sion, dengan mata yang sedikit sedih...
"...uuh menyebalkan banget tau , tak kusangka direktur itu sombong banget..!!'
Keluh Sion meninju ninju bantal punya nya.
Dia kesal sekali , rasanya direktur itu merasa dirinya paling hebat. Dia juga gak mau bertemu dia jika harus sekolah.
Sion ingin sekali membantu ibu, ah tahan aja deh.
Dan tanpa sadar Sion tertidur pulas pada kasur.
"Hei kau, enak ya tidur"
Gumam kasar suara kecil di sebelah kasurnya.
Sion membuka matanya perlahan, dan mendapati sosok menyebalkan itu berada di kasurnya.
"Kau -kenapa datang kesini , dasar manusia kasar!!'
Tegas Sion menjauh dari sosok Aon
Aon menatap datar tanpa emosi pada shion hanya meletakan surat beasiswa pada nya.
"Ini, kau mau sekolah kan"
Ucap Aon dengan aura dinginnya dan menutup pintu pergi.
Sion menatap kesal dan perlahan tertuju pada surat itu. Ia membuka dan melihat benar ini adalah surat beasiswa.
Apalagi disekolah kedokteran.
Deg
"Dia baik juga ya"
Gumam Sion , sekolah kedokteran ini sangat mahal dan direktur itu yang akan membayarnya.
"A-apa sih , mungkin hanya belas kasihan saja..!!'
Tegas Sion mengeluarkan pikiran itu dan menyimpan surat itu.
Sementara itu Aon hanya bisa mendengar dari balik pintu. Wajahnya terlihat sedih . Bertemu pada seseorang yang dicintai.
Ia sama sekali tidak tau harus bagaimana. Padahal ia tidak ingin bertemu lagi..lalu
Kenapa?
Tes
"Kau menangis ya,"
Suara khas itu membuat Aon menatap asal suara.
Sion baru keluar dan kini bertatapan pada muka Aon.
Aon menatap sosok wajah pirang itu yang sangat dirindukan.
Tes
"Ho-hoi, sudahlah aku tidak suka melihat orang lain nangis"
Ucap Sion mengelus rambut lembut Aon.
Sion hanya bisa merasakan rambut Aon yang sangat lembut. Rasanya ia pernah menyentuh hal seperti ini.
Tetapi dimana ya?
"Ma-maaf tuan direktur"
Sion melepaskan elusannya. Dan membuat Aon tersadar. Ia menyapu air matanya dan menatap dingin pada Sion.
"Berapa umurmu"
Tanya nya.
"Aku , hm sekarang 18 tahun'
"Aku 15 tahun, panggil saja aku Aon . Lagipula aku masih muda"
Ucap direktur ini sedikit memiringkan wajahnya malu.
Hampir saja Sion merasa Aon imut. Dan Sion hanya mengiyakan.
Lalu Aon pun pergi. Sambil itu ibunya baru saja datang setelah memasak didapur.
"Kau tidak buat masalahkan "
Tanya ibunya.
"Tidak kok, tapi Aon itu .."
"Panggil dia direktur"
"Ta-
"Dia itu lebih berkuasa dari kita"
"Baiklah"
Sion menyerah pada ibu dan menatap kepergian Aon dimobil.
Seraya bertanya kapan mereka akan bertemu lagi..?
Ingin tau segalanya tentang Aon dan ingin lebih melihat semua tingkah lakunya.
Deg
Aon hanya menatap luar jendela. Ia memegang dadanya yang kini serasa senang sekali.
Bertemu Sion lagi , sikapnya memang berubah tetapi sikap pedulinya tetaplah sama.
Rasanya ia ingin jatuh cinta lagi, ia ingin melihat Sion lagi. Melakukannya untuk selamanya.
Ingin Sion tau siapa dirinya.
Kedua pasangan ini hanya bisa memandang satu sama lain didalam ikatan Takdir tidak terbatas.
Sebuah benang merah tidak pernah terlepas. Selalu bertemu dan akan selalu mengikat hubungan...