Senja menumpahkan seluruh perasaannya dan pada saat topik itu mencapai momen terakhir yang ia lewatkan bersama Xiao Tianyou, suara Senja hanya seperti gumaman, seakan ia sedang bicara pada dirinya sendiri.
Dengan mengingat wajah pucat Xiao Tianyou dan darahnya yang mengalir tanpa henti di selimut juga arti dari suara terompet… Senja tidak mampu meneruskannya.
Senja membenamkan wajahnya di lengan sementara rasa sakit itu kembali, itu terjadi hanya tiga hari lalu dan perasaan itu masih sangat jelas di ingatannya.
Pada awalnya itu hanya tetesan air mata yang jatuh di tangannya, kemudian isakan lembut keluar dari bibirnya yang bergetar hingga menjadi sebuah tangisan.
"Oh, sayangku…" Ibu Senja melingkarkan lengannya di sekeliling tubuh Senja sambil menciumi kepalanya. "Jangan menangis, sayang…"
"Aku mencintainya bu.. aku mencintainya.. aku merindukannya…" Senja merengek, ia mengangkat kepala dan memeluk ibunya dan merasa luka di hatinya berbuka kembali.