Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mendapat tanggapan dari gadis ini, Utara sudah mulai berpikir bahwa Senja pingsan.
"Tengah hari…?" Senja bertanya dengan suara serak dan tatapan bingung, akhirnya kembali ke akal sehatnya. Dia menyipitkan matanya untuk melihat seorang pria di depannya.
"Apa kau baik-baik saja? Kau tidur seperti mati."
Senja mengangguk. "Baik, aku baik- baik saja..." dia memijat pelipisnya yang berdenyut.
Aneh, Senja benar- benar bisa tidur sampai tengah hari. Dia tidak pernah tidur sampai tengah hari, tidak peduli seberapa larut dia tidur.
"Persiapkan dirimu, dokter Lin telah berada di sini." Ucap Utara sambil mengusap kepala Senja.
Tindakannya itu membuat Senja bingung. Dia tidak dapat mengingat kapan dia sangat dekat dengannya, untuk membuatnya melakukan gesture itu dengan santai. Dengan tambahan dia datang dan pergi ke kamarnya sesuka hatinya.
Aku seorang gadis, oke?
Melihat wajah Senja yang cemberut, Utara menarik tangannya dan menggaruk kepalanya dengan canggung.
"Jangan sampai ada ide buruk. Aku memiliki seorang saudara perempuan seusia Kau dan kami sangat dekat. Aku hanya menganggapmu sebagai dia. Minta maaf atas ketidaksopananku."Dia sedikit membungkuk dengan penyesalan.
Dengan malas senja mengusap matanya, nyatanya ia tak ambil pusing dengan aksi Utara. Lagipula dia bisa merasakan kasih sayangng seorang kakak terhadapnya.
Mungkin, kemampuan Senja termasuk membuat orang lain dengan mudah merasa nyaman dengannya menyebabkan mereka menurunkan kewaspadaannya.
Hm, sepertinya bagus juga.
Senja tidak mengatakan apa- apa, dia hanya menguap dan meregangkan tubuhnya yang menunjukkan bahwa dia tidak menganggapnya serius.
Utara tersenyum saat melihat matanya yang mengantuk dan pergi keluar. Tapi sebelum dia membuka pintu dia mendengar suara manja gadis itu.
"Aku lapar... bolehkah aku makan?"
Utara berbalik menghadapnya, hanya untuk mengetahui bahwa dia sudah melingkarkan tubuhnya di dalam selimut lagi, hanya menunjukkan wajah kecilnya yang mengantuk.
"Begitu kau bangun semua yang kau tanyakan hanya makanan?" Dia berkata sambil tersenyum. "Apa kau punya permintaan lain selain makanan? Kau menjadi tidak rasional dengan nafsu makanmu."
"Aku sangat lapar. Mau bagaimana lagi…"Senja mengedipkan matanya dengan polos.
Melihatnya seperti itu, Utara hanya mendesah tanpa daya. Dalam beberapa hari terakhir ini mereka memberinya makan secara teratur dengan tiga kali makan sehari, juga benar bahwa dia menghabiskan setiap makanan yang dibawakan kepadanya. Namun, mengapa setiap kali dia meminta makanan Senja terlihat seperti pengemis yang kelaparan?
***
Utara kembali setelah satu jam bukan setengah jam seperti yang dia katakan. Dan pada saat itu Senja telah selesai makan dan menyegarkan diri.
Dia membawa Dokter Lin bersamanya.
Tentu kesan pertama yang ditangkap Dokter Lin adalah rambut Senja. Mata bulatnya melebar karena terkejut tapi dia tidak mengatakan apa- apa.
Mungkin Letnan Utara sudah memberitahunya sebelum membawanya bertemu Senja.
Mereka tidak banyak bicara, setelah sambutan resmi, Utara keluar untuk mempersilakan Dokter Lin memeriksa Senja.
Senja menunjukkan bahunya. Memang ada 3 tato daun merah di atasnya. Dokter Lin memandangnya dengan terperangah, dia menutup mulutnya agar tidak menjerit.
"Kau benar- benar cucu perempuan tetua Dam yang hilang?" Dia bertanya. Ekspresinya menunjukkan betapa terkejutnya dia.
Betulkah?
Senja tidak kalah terkejut darinya. Wanita tua itu telah menjebaknya! Dan dia telah merencanakannya untuk waktu yang lama.
Apa maksud nenek dengan ini? Membuat aku untuk pergi ke dunia ini? menjadikan aku cucu perempuan terkenal dari klan yang tangguh? Siapa sebenarnya pria bernama Yun ini?