Semua penghuni istana tak sabar menantikan acara besar kerajaan Matinus.
Tak biasanya raja membuat acara besar. ini berarti ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan. Sebelumnya raja pernah membuat acara serupa karena ia hendak mengumumkan pelantikan Athena dan Apollo secara resmi menjadi panglima dan ahli strategi perang. Kakak beradik tak sekandung itu rupanya mempunyai kehidupan yang baik. Ketika mereka kecil, penasehat kerajaan Matinus meminta raja untuk membawa mereka ke istana dan menjadikan mereka sebagai anak angkat raja. Hal itu terjadi karena penasehat kerajaan adalah sahabat orang tua Apollo. Saat itu, Darius hanya berencana membawa Apollo akan tetapi ia melihat anak tampan itu merengkuh seorang anak perempuan yang tangah menangis. Darius tak tega sehingga ia memutuskan untuk membawa serta Athena yang statusnya tak jelas anak siapa dan dari mana.
"Sudah selesai dengan lamunanya nona manis?" suara itu terdengar begitu lembut. Athena mengalihkan pandangannya dan menatap Apollo yang tampak gagah dengan pakaian ala panglima kerajaan.
"Kau ini selalu membuatku tak mampu berkata-kata kakak. Kau selalu terlihat sempurna. Pantas saja banyak wanita diluar yang tergila-gila denganmu." Athena tersenyum jahil menggoda kakaknya.
"Lebih baik kita pergi sekarang. Aku yakin raja sudah menunggu putri tercintanya." Balas Apollo sambil melebarkan lengan kirinya meminta sang adik merangkul lengan itu. Mereka tersenyum lalu keluar dari ruangan dan menaiki kereta.
Malam ini Athena dan Apollo bukan penghuni biasa di istana melainkan abdi setia kerajaan Matinus sekaligus anak angkat raja sehingga mereka menggunakan kereta.
"aku tak tahu apalagi yang direncanakan yang mulia. Tapi aku merasa gugup kakak." Ucap Athena ketika mereka baru saja turun dari kereta. Gadis itu mengurut dadanya yang sejak tadi tak bisa tenang.
"Kenapa kau harus takut? Ini acara kerajaan adikku bukan pelelangan kepala manusia." Balas Apollo sambil terkekeh melihat tingkah konyol adiknya.
Athena merangkul lengan Apollo erat lalu memasuki istana.
"Putri Athena dan Panglima Apollo memasuki istana." suara lantang itu terdengar seiring mendekatnya langkah kaki Athena dan Apollo di gerbang istana. kemudian dua prajurit membuka pintu gerbang dan dua insan itu memasuki istana. disana, tampak putri Hera, putri Auristela, putri Camelia, pangeran Hugo, pangeran Henry, pangeran Louise dan pengawal mereka. Semua sudut mata memandang mereka berdua. Dua ciptaan yang sempurna dan selalu bersinar serta diberkati sejak dalam kandungan. Mereka memuja kecantikan Athena yang tiada duanya di Matinus. Disampingnya, berdiri seorang pria gagah yang merupakan panglima kebanggan Matinus. Selain tampan, Apollo juga merupakan seorang pria yang lemah lembut. Itulah alasannya ia digilai para wanita di Matinus.
Athena dan Apollo memberi hormat pada para putri dan pangeran yang ada disitu lalu duduk.
"Yang mulia memasuki istana." suara lantang itu kembali terdengar. Kemudian pintu gerbang terbuka dan semua orang yang ada di istana berdiri lalu memberi hormat.
Mereka tak berani mengangkat wajah mereka ketika mendengar beberapa orang memasuki istana. sepertinya hari ini ada tamu istimewa.
"Silahkan duduk anak-anakku!" suara itu terdengar begitu mengintimidasi sekaligus lembut.
Mereka duduk dan mengangkat wajah mereka untuk melihat siapa yang tengah bersama raja sekarang. Pandangan mereka tak tertuju pada raja dan ratu serta putra mahkota dan putri mahkota melainkan pada dua pria yang duduk disamping raja. Yang satu tampak lebih tua dari yang lain. Wajahnya menampakkan kewibawaan dan kebijaksanaan serta ketegasan dihiasi rambut putih yang terlihat jelas sangat kontras dengan mahkota indah dikepalanya yang dihiasi batu zamrud.
Athena mengalihkan pandangannya pada pria yang satunya lagi yang tampak lebih muda. Dan tanpa sengaja pria itu pun balik menatapnya dalam dan tajam.
Deg....
Jantung Athena terasa berdetak tak karuan ketika mata biru laut itu memandanginya begitu dalam seolah ingin menelanjangi apa saja yang ada dipikirannya. Pria itu mengalihkan pandangannya. Ia menatap ukiran-ukiran istana dengan tatapan dingin dan tajam.
Ketika semua penghuni istana masuk, terdengar bisikan-bisikan para pelayan dan kasim mengenai pria dengan tatapan dingin itu.
"Siapa pria itu? dia sangat tampan. Tidak dia terlalu tampan. Ya Tuhan."
"Apakah dia putra raja Arthur? Yah Tuhan apakah dia yang sering disebut Pria Tampan dari Onan itu?"
Athena kembali menatap pria yang menjadi topik utama pembicaraan itu. Dan memang benar. Pria itu terlalu tampan. Mata biru lautnya sekaan menghipnotis ketika ia menatap tajam dan dalam. Wajahnya begitu mempesona. Ditambah lagi pakaian kebesarannya yang semakin menampakkan keindahan ciptaan sang dewa yang tak diukir dengan sembarang tangan. Sentuhan arsitektur benar-benar melekat di wajah pria itu.