Malam semakin larut, ketika tengah malam Joe baru saja sampai di rumah keluarga besarnya. Sedikit mengendap-endap Joe memasuki pintu utama. Dia tak ingin seorang pun mengetahui kedatangannya. Hampir seluruh lampu di ruangan bawah sudah padam, hanya menyisakan lampu penerangan kecil di sudut rumah. Ketika Joe berniat menaiki tangga, tiba-tiba saja seluruh lampu menyala. Joe cukup terkejut dengan hal itu.
"Baru pulang, Joe," sapa pria tua penguasa rumah besar itu.
"Kakek belum tidur?" tanyanya dengan ekspresi canggung.
Permana memperlihatkan tatapan tidak suka dengan sikap cucunya itu. Selama ini, dialah yang mendidik Joe. Pria tua itu merasa bertanggung jawab terhadap masa depan cucunya. "Tak perlu basa-basi. Besok pagi kamu berangkat ke kantor bersamaku," balasnya tanpa ekspresi apapun.
"Bukankah aku mulai ke kantor minggu depan?" protes Joe dengan wajah tidak senang. Lelaki itu sengaja menunjukkan sikap tidak tertariknya terhadap bisnis di keluarganya.
